Jambipedia
Simon, Pemilik Saimen Bakery, Pernah Jadi Tukang Tarik Gerobak, untuk Toko Roti Berukuran 2x3 Meter
Simon, Pemilik Saimen Bakery, Pernah Jadi Tukang Tarik Gerobak, untuk Toko Roti Berukuran 2x3 Meter
Penulis: Fitri Amalia | Editor: Deni Satria Budi
Simon, Pemilik Saimen Bakery, Pernah Jadi Tukang Tarik Gerobak, untuk Toko Roti Berukuran 2x3 Meter
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Kesuksesan Simon Daud, Pemilik Saimen Bakery, sudah tidak diragukan lagi.
Tentunya sukses yang ia rasakan sekarang buah dari memperjuangkan impian, talenta yang ia miliki, passion dan moto hidupnya.
"Dimana saya berada, disitu harus ada perubahan," hal itu juga ia sampaikan saat mengisi seminar baru-baru ini.
Lie Djin Lim atau yang lebih dikenal Simon Daud tidak lahir dari keluarga pengusaha. Ia lahir di Sungai Liat, Bangka, Desember 1957 dari ayah yang bekerja sebagai nelayan tradisional dan ibu rumah tangga biasa.

Tetapi anak ke dua dari lima bersaudara ini memiliki semangat dan impian yang tinggi untuk mengubah hidupnya.
Setelah menyelesaikan Sekolah Teknik (ST) yang saat ini setara dengan SMP di Bangka Belitung, Simon berkeinginan melanjutkan sekolah di Palembang. Pada saat itu usianya baru menginjak 16 tahun.
"Sebetulnya cita-cita saya jadi ahli mesin, tetapi saat saya sampai ke Palembang waktu penerimaan sudah tutup jadi tidak ada pilihan. Pilihan saya satu-satunya bekerja dan saya mulai menyelaraskan apa kira-kira passion saya," ujarnya.
Maka saat itu, ayah dari tiga anak ini memilih bekerja di toko roti yang juga menyediakan snack dan biskuit.
Baca: Ingin Meraih Kesuksesan, Ikuti 10 Kebiasaan Dilakukan Orang Sukses, Kamu Juga Bisa Melakukannya!
Baca: Perbandingan Harga Motor Matic Honda X-ADV 150, Yamaha NMAX, Honda PCX, Mana yang Paling Murah?
Baca: Suhu Bandung Drop, Kerinci Jambi Hujan Es, Dieng Minus 11 Derajat, Bromo Frozen, Ini Penjelasan BMKG
Dari tahun 1974-1977 ia menjadi tukang tarik gerobak untuk toko roti petak berukuran 2x3 meter nomor 206, yang terletak di Tujuh Ulu, di bawah Jembatan Ampera.
Bertahun-tahun ia bekerja di toko roti tersebut. Hingga suatu waktu toko roti tersebut hampir bangkrut, tetapi karena dorongan moto hidupnya, ia berhasil membangkitkan toko roti tersebut.
"Waktu itu saya minta kepemiliknya saya bisa untuk mempertahankan toko, setelah toko selamat, saya kembalikan lagi ke pemiliknya, dan membangun toko roti sendiri, atas dukungan dari pabrik-pabrik roti kenalan dengan modal kepercayaan saja," kenangnya.

Ia sangat serius membagun usaha yang ia rintis. Simon mulai mensurvei beberapa daerah untuk mengembangkan usaha toko rotinya.
Dari hasil ia survei maka terpilihlah Kota Jambi sebagai tempat toko rotinya yang baru, yakni Saimen Bakery.
Ia juga melalang buana berkeliling ke beberapa negara Asia dan Benua Eropa untuk fokus belajar membuat roti mengembangkan usahanya.
Baca: Diserang Tiga Ekor Beruang, Warga Batanghari Jambi Ini Lolos Dari Maut Kendarai Sepeda Motor
Baca: Pendaftaran CPNS 2019 Bakal Segera Dibuka, BKN Minta Calon Peserta Siapkan Dokumen Penting Ini
Baca: Sejuta Orang Ingin Lihat Alien dan Datangi Area 51, Ini Peringatan Militer AU Amerika Serikat
Mulai dari tahun 1987 ia mengikuti kursus pertama kali di Boga sari, lalu berlanjut kursus di Prima Baking School Singapore dan English Hot Bread di Malaysia.
Ia juga pernah kursus di Belanda, Belgia, Prancis, Jerman dan Italia. Mengikuti baking school di Taiwan, China, Thailand, Korea Taka Bread & Cake Japan, dan terakhir ia mengikuti Manila JCG tahun 1977.
Ia juga mendapat ilmu awal mula membuat roti secara tradisional di Prancis.
"Saya senang yang tradisional," ujarnya.
Hingga saat ini Saimen Bakery sendiri sudah memiliki 24 toko, di antaranya 17 gerai Saimen Bakery, enam Dine n Chat dan satu Simon and Son's.
Tentunya ia dibantu oleh dua putranya untuk mengelola semua toko tersebut. Ia juga membangun training center untuk mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang ia butuhkan untuk ditempatkan di tiap cabang tokonya.
Simon, Pemilik Saimen Bakery, Pernah Jadi Tukang Tarik Gerobak, untuk Toko Roti Berukuran 2x3 Meter (Fitri Amalia/Tribun Jambi)