Sejarah Indonesia
Gemparnya Gedung Putih Karena Kemarahan Soekarno, Namun Malah Buat Kagum Kongres AS, Apa Sebabnya?
Gemparnya Gedung Putih Karena Kemarahan Soekarno, Namun Malah Buat Kagum Kongres AS, Apa Sebabnya?
Gemparnya Gedung Putih Karena Kemarahan Soekarno, Namun Malah Buat Kagum Kongres AS, Apa Sebabnya?
TRIBUNJAMBI.COM - Sejarah Indonesia pernah mencatat, bahwa Presiden Soekarno pernah buat gempar Gedung Putih, kediaman Presiden Amerika Serikat.
Kala itu Soekarno berkunjung ke Amerika Serikat, saat mendapat undangan dari Presiden Dwight Eisenhower.
Para petinggi AS menilai, Soekarno memiliki peran sangat besar terhadap Indonesia dan kawasan sekitarnya.
Mengundang Soekarno merupakan cara AS untuk memengaruhinya.
Perjudian AS
Baca: Siapa Sebenarnya Frederik Kiran? Sosok Bule Cakep yang Disebut Warisi Darah Presiden Soekarno
Baca: Diremehkan Karena Dianggap Indonesia Belum Merdeka, Jadi Pemicu Ajudan Soeharto Ngamuk di Belanda
Baca: Kala Soekarno dan Soeharto Ngebet Banget Beli Lukisan Pelukis Ini, Namun Antonio Blanco Menolaknya
Pada konflik Perang Dingin dengan Uni Soviet, Amerika Serikat menilai membutuhkan kubu yang bisa memperkuat posisinya.
Berbagai negara sudah menetapkan posisinya untuk netral, termasuk Indonesia.
Dilansir dari buku Indonesia Melawan Amerika: Konflik Perang Dingin 1953-1963 (2008), karya Baskara T Wardaya situasi politik di Indonesia pada 1955 membuat AS pening.
Sebab, Indonesia berada pada dua kubu yang terdiri dari Sukarno, PNI dan PKI di satu sisi, serta Muhamad Hatta, Masyumi, dan Angkatan Darat di sisi lain.
Baca: Sisi Lain Soeharto yang Tak Diceritakan & Permintaan Bu Tien Sebelum Wafat, Minta Pak Harto Berhenti
Baca: Ancaman Barbie Kumalasari Kepada Mantan Suami yang Bongkar Pernikahan Dulunya, Ini Kata Istri Galih
Baca: Galih Ginanjar, Paulo Benua & Rey Utami Harap-harap Cemas, Berpotensi Jadi Tersangka Kasus Ikan Asin
Indonesia dinilai cenderung condong kepada Uni Soviet.
Ini menjadi pertimbangan tersendiri bagi AS untuk bisa memengaruhi pemikiran Soekarno.
Wakil Presiden AS Richard Nixon sempat beradu argumen dengan Menteri Luar Negeri AS John Foster Dulles terkait sistem perpolitikan Indonesia.
Akhirnya, mereka sepakat untuk mengundang Soekarno ke AS dengan berbagai pertimbangan.
Baca: Mengintip Potret Keseharian Ustaz Abdul Somad Ketika di Sudan, Bersepeda hingga Naik Becak Motor
Baca: Nama Habib Rizieq Sering Sekali Dimunculkan Kubu BPN, Pengamat Politik: Beri Tekanan Kepada Jokowi
Baca: Pelaku Penyebar Hoaks Soal PKI Dilegalkan Pemerintah Ditangkap Polisi, Terancam 6 Tahun Penjara
Menlu Dulles bertolak ke Jakarta dan memberikan undangan secara resmi kepada Soekarno.
Undangan ini disambut Bung Karno dengan antusias.
Soekarno marah
Baca: Spesial Bulan Juli, Honda Sinsen Beri Voucher Diskon hingga Rp 1 Juta
Baca: Lowongan Kerja Lulusan SMA hingga S3 di BTN, PT Pelni, PT Berdikari, Angkasa Pura, Dosen UII
Pada Rabu 16 Mei 1956, Soekarno bersama dengan rombongannya sampai di Washington DC.
Soekarno menggunakan pesawat pribadi Presiden Eisenhower, "The Columbine", dalam perjalanannya ke AS.
Sayangnya, Soekarno merasa tak diperlakukan dengan baik ketika di White House atau Gedung Putih.
Sistem protokol yang semestinya mempertemukan dengan Eisenhower pada pukul 10.00, mundur setengah jam.
Kemarahan memuncak, Soekarno pun mengancam akan meninggalkan Gedung Putih.
Namun, kondisi melunak ketika petugas protokoler Gedung Putih minta maaf.
Baca: OTT KPK di Kepri Diduga Terkait Suap Transaksi Izin Lokasi Rencana Reklamasi, Gubernur, Kadis Swasta
Baca: Buang Limbah Tak Sesuai Baku Mutu, DLH Jambi Tutup Paksa PT Deli Muda Perkasa
Baca: LIHAT Atraksi Tidak Biasa, Makan Beling & Debus: Jenderal AS Kaget Curigai Kopassus Pakai Sihir
Eisenhower akhirnya keluar dan bertemu langsung dengan Soekarno.
Dalam buku Sukarno: An Autobiography (1966) yang ditulis Cindy Adams, Eisernhower ketika menemui Soekarno di Gedung Putih berupaya meminta maaf atas keterlambatan jadwal pertemuan.
Saat bertemu Eisenhower, Soekarno berusaha menjelaskan psikologi sosial pasca-perang bangsa-bangsa di Asia kepada Eisenhower, terutama melawan penjajah Eropa.
Namun, Eisenhower lebih tertarik berbicara tentang film daripada politik luar negeri AS. Momen inilah yang menjadikan Soekarno dan Eisenhower tak memiliki hubungan baik.
Soekarno memesona
Saat itu, kunjungan Soekarno di AS tak hanya untuk pertemuan dengan Eisenhower saja.
Dia juga diberikan kesempatan untuk berpidato di Kongres AS pada 17 Mei 1956.
Selama 45 menit, Soekarno berkisah tentang revolusi AS yang melawan jerat kolonialisme Inggris, dan menularkan semangat perjuangan negara lain.
New York Times ketika itu menyoroti "Bahasa Inggris (Soekarno) yang jernih dan penuh semangat".
Baca: Ramalan Zodiak, Kamis 11 Juli 2019, Aries Bahagia dengan Kenalan Barunya, Gemini Puas dengan Cinta
Soekarno juga menyampaikan terima kasihnya atas bantuan AS kepada Indonesia selama ini.
Dia juga menyebut Konferesi Asia-Afrika sebagai pertanda penolakan bangsa-bansa Asia-Afrika terhadap kolonialisme.
"Di dunia ini sebenarnya tak ada kelompok orang yang lebih malas mendengarkan pidato daripada Kongres Amerika.
Namun setelah orang itu (Bung Karno) selesai pidato, secara spontan mereka berdiri dan bertepuk tangan karena merasa kagum akan pidatonya," ucap Asisten Menlu AS Walter Robertson.
Baca: Kronologi Tim Wanadri Temukan Jasad Thoriq di Gunung Piramid, Ungkap Kejanggalan & Berkumandang Azan
Tepuk tangan mengakhiri pidato Soekarno di Kongres AS.
Setelah itu, Pemerintah AS mempunyai harapan agar Indonesia condong ke negara Abang Sam (AS) itu ketimbang pengaruh komunisme yang dibawa Uni Soviet.
"Hanya George Washington saja yang pidatonya kepada Kongres lebih bagus daripada Soekarno," ujar Robertson.
SUMBER: Intisari
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:
IKUTI FANPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK: