Sutopo Purwo Nugroho Meninggal Dunia
Reaksi Raisa Saat Ingat Pertemuannya dengan Almarhum Sutopo Bikin Pilu: Hati Aku Berat dan Sedih
Rasa sedih diungkapkan Raisa Andriana saat saat mengenang pertemuannya dengan Sutopo Purwo Nugroho.
Orang kuat adalah orang yang mengakui bahwa dirinya lemah.
.
Menangis adalah fitrah manusia jika ditimpa musibah. Menangis juga juga untuk melepaskan segala bebam yang ada di hati kita.
.
Tentu yang paling baik menangis sendirian di hadapan Sang Pencipta.
Menangis dan menyesali semua kesalahan dan kekhilafan yang pernah kita lakukan kepada diri sendiri maupun kepada Allah.
Jika kita melakukan ini, sesungguhnya Allah tengah menurunkan limpahan rahmat dan nikmat yang tidak terhingga untuk diri kita..
.
Apalagi menangis di saat sedang bersujud.
“Dan mereka bersujud sambil menangis dan mereka bertambah khusyu” (QS Al Israa’: 109).
.
Insya Allah jika setelah menangis di hadapan Allah, hati ini rasanya akan lebih tenang dan pikiran akan lebih terbuka.
Yakinlah bahwa Allah mendengar dan melihat tangisan kita.
Allah akan memberi jalan keluar yang terbaik kepada hambanya yang mau menyesali kesalahannya dan memohon pertolongan kepada-Nya.
.
Menangislah!"

Foto-foto & Video Sutopo Purwo Nugroho Berjuang Melawan Kanker Paru-paru, Sebelum Akhirnya Meninggal
Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dikabarkan meninggal dunia.
Sutopo Purwo Nugroho meninggal saat menjalani perwatan di salah satu rumah sakit di Guangzhou, China, Minggu (7/7/2019), pukul 02.20 waktu setempat.
Sutopo Purwo Nugroho telah divonis menderita kanker paru-paru.
Dikutip TribunStyle melalui Tribunnews kabar meninggalnya Sutopo Purwo Nugroho diketahui melalui pesan WhatsApp.
"Iya, benar (informasi yang menyebutkan Bapak Sutopo meninggal dunia)," kata Kepala Subbagian Tata Usaha Pusdatinmas BNPB, Yahya Djunaid saat dikonfirmasi Kompas.com, Minggu.
Selain itu, akun resmi Direktorat Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mengabarkan bahwa Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia di Guangzhou, China.
"Telah meninggal dunia Bapak @Sutopo_PN , Minggu, 07 July 2019, sekitar pukul 02.00 waktu Guangzhou/pukul 01.00 WIB. Mohon doanya untuk beliau," tulis akun Twitter @PRB_BNPB.
Meski tidak sehat karena kanker paru-paru yang diderita, Sutopo dikenal sebagai orang yang pekerja keras.
Dalam keadaan sakit, Sutopo masih saja bertanggung jawab dengan pekerjaannya.
Berikut foto-foto dan video perjuangan Sutopo saat berjuang melawan kanker paru-paru yang dilansir dari akun Instagram @sutopopurwo:
"Bukan sulap, bukan sihir. Bertahun-tahun saya botak. Puluhan shampo dan penumbuh rambut saya gunakan. Tapi rambut tak tumbuh jua. Malah rambut makin tipis.
.
Namun pasca kemoterapi rambut saya malah tumbuh. Biasanya orang dikemo rambut rontok dan botak. Saya malah tumbuh rambutnya. Tak mengalami rontok.
.
Aneh. Dokterpun juga bilang aneh. Tapi nyata. Saya mengalami sendiri. Jadi ini beneran testimoni.
.
Makanya buat para pria botak, jangan frustasi. Ada cara baru tumbuhkan rambut. Silakan ikut kemoterapi jika ingin tumbuh rambut. Hubungi rumah sakit terdekat. Ada kemo yang ditanggung BPJS lho."
"Mohon doanya saya segera sembuh dari sakit agar saya bisa terus menginfokan berbagai bencana di tanah air.
Bersyukurlah kepada Tuhan YMK atas nikmat sehat yang diberikan-Nya.
Jagalah selalu hidup sehat, berbuat kebaikan dan selalu membantu sesama agar hidup kita bermakna."
"Makin lama posisi saya saat berdiri atau berjalan makin miring.
Ternyata sesuai dengan hasil foto MRI. Tulang belakang saya sudah bengkok (skoliosis).
Bengkok disebabkan dorongan massa kanker. Rasanya sakit dan nyeri di tulang.
.
Makanya selalu bersyukurlah diberi nikmat sehat oleh Allah SWT.
Jangan kau rusak anggota tubuhmu dengan gaya hidup tidak sehat, makanan tidak sehat dan jarang olahraga.
.
Ingat, sehat itu mahal. Apalagi saat sudah menderita sakit kritis seperti saya ini.
Segala cara akan ditempuh agar sehat kembali.
Tetaplah berterima kasih pada Allah SWT karena kau telah diberi nikmat sehst."
"Orang kuat bukanlah orang yang tidak pernah menangis.
Orang kuat adalah orang yang mengakui bahwa dirinya lemah.
.
Menangis adalah fitrah manusia jika ditimpa musibah. Menangis juga juga untuk melepaskan segala bebam yang ada di hati kita.
.
Tentu yang paling baik menangis sendirian di hadapan Sang Pencipta.
Menangis dan menyesali semua kesalahan dan kekhilafan yang pernah kita lakukan kepada diri sendiri maupun kepada Allah.
Jika kita melakukan ini, sesungguhnya Allah tengah menurunkan limpahan rahmat dan nikmat yang tidak terhingga untuk diri kita..
.
Apalagi menangis di saat sedang bersujud. “Dan mereka bersujud sambil menangis dan mereka bertambah khusyu” (QS Al Israa’: 109).
.
Insya Allah jika setelah menangis di hadapan Allah, hati ini rasanya akan lebih tenang dan pikiran akan lebih terbuka.
Yakinlah bahwa Allah mendengar dan melihat tangisan kita.
Allah akan memberi jalan keluar yang terbaik kepada hambanya yang mau menyesali kesalahannya dan memohon pertolongan kepada-Nya.
.
Menangislah!"
Tulang nyeri setiap saat. Tidur pun susah. Malam rasanya sangat panjang karena tidak bisa tidur nyenyak. Hanya tidur ayam.
Akhirnya hati dan badan jadi tambah sakit dan gelisah.
.
Belajar senam yoga adalah salah satu ikhtiar.
Apakah yoga bisa menyembuhkan? Bagi orang sakit apapun akan ditempuh agar sembuh dan sehat. .
Syukurlah bagi kalian yang sehat. Sehat itu mahal. Sehat itu nikmat dan anugerah Allah yang sungguh besar.
Janganlah kau rusak tubuhmu dengan gaya hidup yang tidak sehat yang akhirnya bisa mendatangkan penyakit.
.
Selalu, jagalah kesehatanmu. Jagalah riang, gembira dan bahagia hatimu."
"Untuk kesekian kali harus menjalani CT Scan untuk mengetahui sebaran kanker di tubuh.
Selain CT scan, berbagai cara juga sudah ditempuh seperti PET scan, Bone scan, MRI, rontgen, dan lainnya. Semua adalah bagian dari ikhtiar untuk sembuh dari sakit.
.
Selain tidak nyaman. Beayanya juga mahal. Tapi itulah yang harus dilakukan.
.
Jagalah kesehatan. Apapun caranya tempuhlah untuk meraih dan mempertahankan sehat. Sehat itu mahal."
"Sakit kanker yang sudah metastase ke tulang itu sakitnya luar biasa.
Nyeri terus menerus dan di banyak sendi. Diberi morfin tidak mempan menahan sakit.
.
Alhamdulillah Ibuku masih sehat. Setiap merawatku.
Tanpa kenal kenal lelah memijit sendi-sendi yang sakit.
Meski selesai dipijit langsung sakit lagi. Mendoakankanku tanpa kenal lelah agar anaknya sembuh dari penderitaan sakit yang terus mendera anaknya. Doa ibu semoga di ijabah Allah YMK.
.
Mohon doanya semua netizen dan sahabatku semua."
(TribunStyle.com/Desi Kris)

Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji'un, Sutopo Purwo Nugroho Humas BNPB Meninggal, Ini Biografi Lengkap
Meninggalnya Sutopo Purwo Nugroho Kepala Humas BNPB pada Minggu dini hari ini 7 Juli 2019 di China, meninggalkan duka mendalam banyak pihak, termasuk kalangan pers yang dikenal dekat dengan almarhum semasa hidupnya.
Betapa tidak? Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho sempat berpamitan lewat media sosial ketika hendak berobat ke China sampai akhirnya dikabarkan meninggal dunia dalam perawatan kanker di Guangzhou, Tiongkok.
Kabar wafatnya Sutopo diinformasikan Direktorat Pengurangan Risiko Bencana BNPB lewat akun Twitter-nya.
Almarhum meninggal dunia pada Minggu, 7 Juli 2019, pukul 2 dini hari waktu setempat.
Informasi ini juga disampaikan putra Sutopo, Muhammad Ivanka Rizaldi melalui akun Instagram-nya.
Sutopo meninggal dunia saat sedang menjalani pengobatan penyakit kanker yang dideritanya di Saint Stamford Modern Cancer Hospital, Guangzhou, sejak 15 Juni 2019 yang lalu.
Kanker telah menyebar ke tulang dan beberapa organ vital tubuh.
Sebelumnya, Sutopo divonis dokter telah mengidap kanker paru pada pertengahan Januari 2018. #SutopoMeninggal #SutopoBNPB #RIPSutopo

Biografi Lengkap
Lengkapnya bernama Dr. Sutopo Purwo Nugroho, M.Si., APU (lahir di Boyolali, Jawa Tengah, 7 Oktober 1969 – meninggal di Guangzhou, Tiongkok, 7 Juli 2019 pada umur 49 tahun) terakhir riwayat kariernya adalah seorang Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat di BNPB.
BNPB adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Sutopo Purwo Nugroho adalah alumni Universitas Gajah Mada dan Institut Pertanian Bogor.
Sutopo Purwo Nugroho bekerja di pemerintahan sebelum ia akhirnya ditempatkan di BNPB pada 2010 sebagai Direktur Pengurangan Risiko Bencana.

Kota Kelahiran
Sutopo Purwo Nugroho lahir di Boyolali, Jawa Tengah, pada 7 Oktober 1969.
Sutopo Purwo Nugroho adalah anak pertama Suharsono Harsosaputro dan Sri Roosmandari.
SD, SMP, dan SMAnya itu ia jalani di kampung halamannya.
Ia memperoleh gelar S-1 geografi di Universitas Gadjah Mada pada 1993, dan ia menjadi lulusan terbaik di sana pada tahun itu.
Ia memeroleh gelar S2 dan S3 di bidang hidrologi di Institut Pertanian Bogor.
Menurut sebuah wawancara Sutopo nersama dengan detik.com, ia hampir menjadi profesor peneliti pada 2012 tapi dikandaskan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia karena statusnya sebagai peneliti Badan Pengkajian dan Penelitian Teknologi (BPPT) yang bekerja di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Riwayat Karier
Pada 2016, ketika Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengkritik lembaga penanganan bencana provinsi, Sutopo malah membenarkan kata-kata gubernur tersebut, mengatakan bahwa kritik tajam itu mustilah dianggap sebagai kritik yang membangun.
Pada tahun berikutnya, setelah Ahok ditangkap dan ditahan karena kasus penistaan agama, Sutopo menggunakan akun Twitternya untuk memuji secara terbuka keberhasilan Basuki dalam menekan banjir Jakarta ketika Basuki menginjak hari jadinya yang ke-51.[12]
Ia juga mengajar di IPB, Universitas Indonesia, dan Universitas Pertahanan Indonesia.

Riwayat Keluarga dan Pernikahan
Mengutip catatan Wikipedia, Sutopo Purwo Nugroho menikah dengan Retno Utami Yulianingsih dan mereka memiliki 4 orang anak hasil dari pernikahan itu.
Pada Januari 2018, Sutopo mengumumkan bahwa ia mengidap kanker paru-paru stadium IV dan masih berada di bawah tahap perawatan.
Keluarga dan dokternya telah memintanya untuk berhenti beraktivitas, namun ia menolak, meskipun sakit. Karenanya ia juga terpaksa pakai morfin. Ia juga masih tetap bersemangat dan tak pernah surut, terutama jika berbicara dengan wartawan.
Ia diketahui masih aktif memantau bencana di media sosial, menyediakan informasi, dalam berbagai kejadian, serupa tenggelamnya KM Sinar Bangun dan gempa Lombok pada 2018.
Namun begitu, kegiatannya berkurang jauh, dan kini waktunya hanya terbatas pada kerja kantor saja.
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com