Pilpres 2019
Ucapan Selamat Tinggal AHY ke Prabowo-Sandi Usai Koalisi Adil Makmur Bubar, Resmi Merapat ke Jokowi?
AHY putra sulung mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno
Gerindra belum menentukan apakah akan tetap menjadi oposisi atau mendukung pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin periode 2019-2024.
Baca: Makin Terbuka, Sinyal Kuat Partai Demokrat Bergabung dengan Koalisi Jokowi-Maruf Amin
Baca: Setelah Hotman Paris, Dua Kakak Fairuz Bereaksi Keras, Galih Ginanjar Disindir Nafkah Anak
Baca: Prabowo Cuma Kirim Utusan, KPU Tetapkan Jokowi-Maruf Sebagai Presiden & Wakil Presiden Terpilih
"Kami masih punya waktu cukup panjang sampai dengan pelantikan sehingga proses ini akan terus berlangsung. Insya Allah perkembangan itu saudara-saudara (media) akan ikuti semua," ujar
Muzani saat ditemui di media center pasangan Prabowo-Sandiaga, Jalan Sriwijaya I, Jakarta Selatan, Jumat (28/6/2019).
Menurut Muzani, Partai Gerindra akan terus berkomunikasi dengan empat partai lainnya mesti secara resmi tak lagi berada dalam satu koalisi.
Keempat partai tersebut yakni PKS, PAN, Demokrat, dan Partai Berkarya.
Di sisi lain kelima sekjen parpol telah menyepakati pembentukan kaukus yang bertujuan sebagai wadah komunikasi politik secara informal.
Muzani mengatakan, melalui kaukus tersebut, partai yang pernah mendukung
pasangan Prabowo-Sandiaga dapat membahas langkah-langkah kerja sama di berbagai forum.
Ia mencontohkan misalnya kerja sama antarpartai politik di dalam parlemen.
"Yang pasti kami semua akan terus berkomunikasi dalam suasana kekeluargaan yang terbentuk dengan baik dalam suasana keguyuban," kata Muzani.
"Kami rasanya akan saling berbicara apa yang akan kami rasakan baik Demokrat, PKS, PAN, Berkarya dan tentu saja Gerindra akan kami bicarakan," ucapnya.
3. Pengamat Sebut PAN dan Demokrat Paling Berpeluang Bergabung ke Jokowi
Pengamat komunikasi politik Universitas Paramadina Hendri Satrio berpendapat, dari
semua partai pendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019, hanya P
Keadilan Sejahtera ( PKS) yang akan tetap menjadi oposisi pemerintah.
Pasalnya, pasca-pembubaran koalisi parpol pendukung Prabowo-Sandiaga, PAN dan
Demokrat disebut berpeluang besar bergabung ke koalisi pendukung pemerintah periode 2019-2024.
"Peluang PAN dan Demokrat (pindah koalisi) lebih besar daripada PKS," ujar Hendri saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (29/6/2019).
Menurut Hendri, elektabilitas PKS cenderung meningkat jika menjadi oposisi ketimbang bergabung dalam pemerintahan.
Pada Pemilu 2009, PKS mendapat perolehan suara sebanyak 8.206.955 suara atau 7,88 persen.
Saat itu, PKS mendukung pasangan capres-cawapres terpilih Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.
Pada Pemilu 2014, perolehan suara PKS turun menjadi 8.480.204 atau 6,79 persen.
Selama pemerintahan Presiden Joko Widodo, PKSm posisi sebagai oposisi pemerintah.
Suara PKS meningkat tajam pada Pileg 2019, yakni dengan perolehan 11.493.663 suara atau 8,21 persen.
"Sejarahnya PKS kalau ada di luar pemerintahan itu elektabilitasnya justru naik. Kalau dia di posisi oposisi elektabilitasnya pasti naik," kata Hendri.
"Feeling politik saya kemungkinan besar yang tidak masuk ke dalam koalisi pemerintahan justru hanya PKS," ujar dia.
Sementara itu, lanjut Hendri, Partai Gerindra memiliki peluang bergabung dengan pemerintah.
Namun hal itu tergantung dari keputusan Prabowo sebagai ketua umum.
Di sisi lain, tidak mudah bagi Partai Gerindra untuk menjadi oposisi terus menerus selama 15 tahun.
"Memang tergantung Pak Prabowo, tapi 15 tahun menjadi oposisi itu tidaklah mudah. Pasti ada kader kader ataupun simpatisan Gerindra yang 'dahaga' (kekuasaan)," ucap Hendri.
Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com AHY: Pembubaran Koalisi 02 oleh Prabowo Menandai Berakhirnya Koalisi