Orang Pendek Berkaki Terbalik di Kerinci Bikin Peneliti Inggris Kebingungan, Pasang Jebakan Kamera

Sejauh ini, para saksi yang mengaku sudah beberapa kali melihat, menggambarkan tinggi orang pendek berkaki terbalik 85-130 Cm. Ada yang bilang ...

Editor: Duanto AS
Capture Youtube/Fredography
Ilustrasi rekaman pengendara sepeda motor bertemu orang pendek di Aceh. 

Sejauh ini, para saksi yang mengaku sudah beberapa kali melihat, menggambarkan tinggi orang pendek berkaki terbalik 85-130 Cm. Ada yang bilang mereka membawa tombak.

TRIBUNJAMBI.COM- Keberadaan Uhang Pandak atau orang pendek berkaki terbalik (orang pendek) di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, hingga kini masih misteri.

Catatan Marco Polo pada 1292 dan zoologiest Van Heerwaden pada 1923, rupanya meninggalkan rasa ingin tahu mendalam bagi peneliti.

Pada 1990-an, akhirnya para peneliti dari Eropa datang ke Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Kerinci.

Keberadaan orang pendek berkaki terbalik itu pernah dilacak dan diusahakan untuk ditangkap supaya dapat dijadikan sebagai bahan kajian ilmiah.

Hasilnya, setelah dilakukan sejumlah penelitian dan aksi ekspedisi, tetap tidak diketahui keberadaannya.

Baca Juga

 Siapa Sebenarnya Arswendo Atmowiloto? Budayawan yang Dikabarkan Meninggal, Ternyata Tidak

 Kronologi Helikopter TNI AD Hilang Kontak di Papua, 12 Orang Ada di Dalam Pesawat

 Naya Menikah di Usia 12 Tahun, Lalu Usia 31 sudah Jadi Nenek, Kisah Nyata Perempuan Probolinggo

 Ramalan Cinta Zodiak Hari Ini (29/6) - Pisces Drama Keluarga, Virgo Sangat Protektif, Taurus Gelisah

 Ramalan Gus Dur tentang Kejadian akhirnya Terbukti, Tokoh-tokoh Ini Menyaksikan Langsung

 Lika-liku Asmara Masa Lalu Meriam Bellina, Bom S3ks Indonesia yang Selalu Tampil Kencang Segar

Sangat sulit dilacak

Kehadiran orang pendek berkaki terbalik itu, tak ubahnya dengan makhluk gaib yang sulit dilacak dengan menggunakan kemampuan manusia atau teknologi dan ilmu pengetahuan ilmiah.

Pelacakan orang pendek ini misalnya, pernah masuk ke dalam salah satu studi cryptozoology.

Seperti pernah dirilis netralnews.com, ekspedisi pencarian orang pendek berkaki terbalik sudah beberapa kali dilakukan di kawasan Hutan Kerinci, satu di antaranya ekspedisi yang didanai oleh National Geographic Society.

National Geographic sangat tertarik mengenai legenda Orang Pendek di gunung Kerinci, Jambi. Beberapa peneliti telah mereka kirimkan kesana untuk melakukan penelitian mengenai makhluk tersebut.

Cerita mengenai Uhang Pandak pertama kali ditemukan dalam catatan penjelajah gambar jejak, Marco Polo, 1292, saat ia bertualang ke Asia.

Walau diyakini keberadaannya oleh penduduk setempat, makhluk ini dipandang hanya sebagai mitos belaka oleh para ilmuwan, seperti halnya "Yeti" di Himalaya dan monster "Loch Ness" Inggris Raya.

Sejauh ini, para saksi yang mengaku sudah beberapa kali melihat orang pendek dan menggambarkan tubuh fisiknya sebagai makhluk yang berjalan tegap (berjalan dengan dua kaki), tinggi sekitar satu meter (diantara 85 cm hingga 130 cm), dan memiliki banyak bulu di seluruh badan.

Mereka berjalan tegak dan berkaki terbalik. Bahkan tak sedikit pula yang menggambarkannya dengan membawa berbagai macam peralatan berburu, seperti semacam tombak.

Menurut cerita, orang-orang dari suku Anak Dalam, salah satu suku asli yang memiliki ilmu gaib yang tinggi itu pun sulit menangkap uhang pandak ini.

Bahkan, orang-orang dari suku Anak Dalam ini pun pernah dibuat putus asas karena selalu gagal menangkap uhang pandak alias orang kerdil ini.

Ada catatan di mana pada awal tahun 1900-an, pernah ada kesaksian Mr. Van Heerwarden di tahun 1923.

Van Heerwarden adalah seorang zoologiest, dan disekitar tahun itu ia sedang melakukan penelitian di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.

Dalam catatan itu dikatakan, ia menuliskan mengenai pertemuannya dengan beberapa makhluk gelap dengan banyak bulu di badan.

Ilustrasi Orang Pendek atau Uhang Pandak di TNKS Kerinci, Provinsi Jambi.
Ilustrasi orang pendek atau Uhang Pandak di TNKS Kerinci, Provinsi Jambi. (IST (Sripo))

Tinggi tubuh mereka ia gambarkan setinggi anak kecil berusia 3-4 tahun, namun dengan bentuk wajah yang lebih tua dan dengan rambut hitam sebahu.

Van Heerwarden sadar, mereka bukan sejenis siamang maupun primata lainnya.

Ia tahu makhluk-makhluk itu menyadari keberadaan dirinya saat itu, sehingga mereka berlari menghindar.

Satu hal yang membuat Mr. Heerwarden tak habis pikir, semua makhluk itu memiliki persenjataan berbentuk tombak dan mereka berjalan tegak.

Semenjak itu, Mr. Heerwarden terus berusaha mencari tahu makhluk tersebut, namun usahanya selalu tidak berbuah hasil.

Dua orang peneliti dari Inggris, Debbie Martyr dan Jeremy Holden sudah lama mengabadikan dirinya untuk terus menerus melakukan ekspedisi terhadap eksistensi Orang Pendek.

Namun, sejak pertama kali mereka datang ke Taman Nasional Kerinci di tahun 1990, hasil yang didapat masih jauh dari kata memuaskan.

Lain dengan peneliti lainnya, Debbie dan Jeremy datang ke Indonesia dengan di biayai oleh Organisasi Flora dan Fauna Internasional. Dalam ekspedisi yang dinamakan “Project Orang Pendek” ini, mereka terlibat penelitian panjang disana.

Danau Gunung Tujuh
Danau Gunung Tujuh di Kerinci, Jambi. (Istimewa)

Secara sistematik, usaha-usaha yang mereka lakukan dalam ekspedisi ini antara lain adalah pengumpulan informasi dari beberapa saksi mata untuk mengetahui lokasi-lokasi dimana mereka sering dikabarkan muncul.

Kemudian ada metode menjebak pada suatu tempat, dimana terdapat beberapa kamera yang selalu siap untuk menangkap aktivitas mereka.

Namun, akhirnya rasa putus asa dan frustasi selalu menghinggap di diri mereka, ketika hasil ekspedisi selama ini yang mereka lakukan, belum mendapat hasil yang memuaskan alias nihil.

Beberapa pakar Cryptozoology mengatakan, bahwa Orang Pendek mungkin memiliki hubungan yang hilang dengan manusia. Apakah mereka merupakan sisa-sisa dari genus Australopithecus?

Banyak Paleontologiest mengatakan, bahwa jika anggota Australopithecus masih ada yang bertahan hidup hingga hari ini, maka mereka lebih suka digambarkan sebagai seekor siamang.

Pertanyaan mengenai identitas Orang Pendek yang banyak dikaitkan dengan genus Australopitechus ini, sedikit pudar dengan ditemukannya fosil dari beberapa spesies manusia kerdil di Flores beberapa tahun yang lalu.

Ciri-ciri fisik spesies ini sangat mirip dengan penggambaran mengenai Orang Pendek, dimana mereka memiliki tinggi badan tidak lebih dari satu seperempat meter, berjalan tegak dengan dua kaki, dan telah dapat mengembangkan perkakas/alat berburu sederhana, serta telah mampu menciptakan api.

Diperkirakan hidup antara 35000 – 18000 tahun yang lalu.

Apakah keberadaan “Uhang Pandak” benar-benar merupakan sisa-sisa dari Homo Floresiensis yang masih dapat bertahan hidup? Secara jujur, para peneliti belum dapat menjawabnya.

Peneliti mengetahui, bahwa setiap saksi mata yang berhasil mereka temui mengatakan, lebih mempercayai Orang Pendek sebagai seekor binatang.

Debbie Martyr dan Jeremy Holden, juga mempertahankan pendapat mereka, bahwa Orang Pendek adalah seekor siamang luar biasa dan bukan hominid.

Terlepas dari benar tidaknya mereka adalah bagian dari makhluk halus, binatang, atau pun ras manusia yang berbeda.

Dunia tentunya masih menyimpan misteri tentang mereka yang harus terus dilakukan penelitian keberadaannya.

14112017_danau kaco
Danau Kaco, Kerinci, Jambi (Tribun Jambi)

Intinya, meski manusia modern saat ini sudah begitu tinggi ilmu pengetahuan dan teknologinya, namun ternyata masih kalah dengan ilmu gaib yang dimiliki Orang Pendek di Kerinci.

Masa iya, tetapi itulah yang terjadi. (Salman Rasyidin)

Daerah lain di Indonesia

Menambah referensi tentang orang pendek berkaki terbalik, wikipedia menuliskan Orang Pendek merupakan nama yang paling umum diberikan untuk kryptid yang dilaporkan hidup di hutan-hutan pulau Sumatera.

Binatang ini telah dilihat dan didokumentasikan selama 100 tahun oleh penghuni hutan, penduduk desa, kolonis Belanda, ilmuwan, dan pengelana Barat.

Menurut para saksi, binatang ini merupakan primata bergerak yang hidup di tanah dan ditutupi oleh bulu pendek dan memiliki tinggi antara 80-150 cm.

Di sejumlah daerah di Indonesia banyak beredar informasi tentang orang pendek dengan nama lokal masing-masing.

Di Gorontalo, orang mengenalnya dengan sebutan mangubi, dengan identifikasi yang beragam, mulai dari sejenis binatang (seperti monyet) hingga makhluk menyerupai manusia.

Umumnya mendeskripsikan mangubi sebagai makhluk yang menyukai udang sungai.

Mereka menangkap udang dengan menggunakan bulu kepalanya yang panjang yang berfungsi sebagai saringan/jala. (*)

Baca Juga

 Mengapa Anak Pak Tarno dari Istri Pramugari Cantik Tak Mirip? Terbongkarnya Asmara Pesulap Unik

 Siapa Sebenarnya Angela Herliani Tanoesoedibjo? Disebut-sebut Jadi Bakal Calon Menteri Jokowi

 Koalisi Indonesia Adil dan Makmur Dibubarkan Prabowo, Langkah Politik Diserahkan ke Partai

 Ramalan Gus Dur tentang Kejadian akhirnya Terbukti, Tokoh-tokoh Ini Menyaksikan Langsung

 Kronologi Helikopter TNI AD Hilang Kontak di Papua, 12 Orang Ada di Dalam Pesawat

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved