JOANA Sniper Cantik dan Ganas, Sudah Bunuh 100 Prajurit ISIS: Rela Setop Kuliah Demi Bertempur

TRIBUNJAMBI.COM - Kalau mendengar kata Sniper (penembak jitu) dalam benak kita tentulah terbayang seorang

Editor: ridwan
Instagram @Joanna Palani
Joanna Palani, sniper dewi kematian ISIS 

Pimpinan ISIS bukannya tak menyadari bahwa Kurdi punya mesin pembunuh yang agak unik tersebut.

Untuk itu, mereka telah mengumumkan bahwa kepada siapa saja yang bisa membunuh atau menangkap Joanna Palani, akan diberi hadiah sebesar 1 juta dolar atau sekitar Rp13 miliar.

ISIS memang sangat ingin menangkap saya, lalu menjadikan saya budak seks," ungkapnya kepada Daily Mail.

Informasi keganasan sniper Joanna tampaknya sengaja dihembuskan untuk menurunkan moral pejuang garis keras ISIS.

Di lain pihak, informasi ini juga memancing berbagai media di Eropa untuk menguak kisah perjuangannya.

Baca: Nikita Mirzani Dipancing Raffi Ahmad dan Nagita, Sebut Gaya Syahrini & Reino Barack Basi dan Norak

Kesempatan muncul ketika badan intelijen Denmark (P.E.T) menangkap Joanna pada Desember 2016.

Nick Fagge dan Lara Whyte dari Daily Mail Online berhasil mewawancarai The Most Wanted Woman Sniper ini tak lama setelah dibebaskan dari penjara akhir Januari lalu. P.E.T. bermaksud "mengamankan" sang sniper, tapi pihak kejaksaan tampaknya tak mau ambil risiko.

Membidik target dengan perhitungan angin yang pas dan juga senjata yang baik, selalu diperhitungkan oleh sniper.

Baca: Sinopsis Film 2012, Menceritakan Hari Kiamat di Bumi, Tayang di Bisokop TRANS TV Malam Ini

Namun sniper atau penembak jitu tak hanya identik dengan laki-laki, perempuan pun tak kalah andal menyasar targetnya.

Ribuan wanita sniper pertama Rusia, bahkan menggegerkan sejarah peperangan di dunia.

Satu di antaranya adalah Lyudmila Pavlichenko.

Dilansir Tribunjabar.id dari Intisari, Lyudmila Pavlichenko awalnya bukan seorang tentara.

Baca: ANGGOTA Kopassus Ditempeleng Teman Sendiri, Bahkan Diminta Sembunyikan Istri Panglima GAM

Ia adalah mahasiswa jurusan sejarah di Universitas Kiev.

Lyudmila Pavlichenko sedang menempuh pendidikan untuk meraih gelar master.

Namun, kondisi negaranya tengah berantakan.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved