VIDEO: Mengenal Dideng, Seni Sastra Lisan dari Rantau Pandan, Bungo yang Hampir Punah
Bait-bait sastra yang dilantunkan di panggung depan Kantor Camat Rantau Pandan, Selasa siang itu (18/6/2019).
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Teguh Suprayitno
Dang Bujang dan Puti Dayang Ayu menikah kemudian, dan dikaruniai seorang anak laki-laki. Namun, Puti Dayang Ayu jatuh sakit dan kemudian meninggal. Dia menjelma menjadi elang. Maka, jika ada elang berbunyi siang hari, konin itu jelmaan Puti Dayang Ayu.
Berdasarkan informasi yang Tribunjambi.com peroleh, tradisi Dideng telah ada sejak ratusan tahun lalu. Alunan Dideng biasanya dilantunkan orang-orang tua untuk menemani anak-anak menganyam pandan, bercerita, hingga bermain. Selain itu, Dideng juga sebagai sarana menyampaikan pesan-pesan moral dan nasihat pada anak-anak mereka.
Sebagai seni sastra lisan, kidung yang terkandung dalam Dideng memuat pikiran, perasaan, perilaku masyarakat Melayu Jambi yang diwariskan dari satu generasi ke generasi hingga saat ini.
Kini, seni sastra lisan Dideng hampir punah, dan Nenek Jariah masih memperjuangkan kelestarian seni itu di usianya yang kian renta.