Bahaya Smartphone 'Setan Gepeng' Pada Keluarga Anda, Jangan Sampai Menyesal!

Masing-masing memegang gawai atau ponsel pintar (smartphone). Mata mereka tampak serius memandangi layar gawai. Jari jemari kecil bergerak ke kanan

Editor: Suci Rahayu PK
via BANJARMASINPOST.co.id/achmad maudhody
(Foto: Dok. Akil) Akil saat lakukan joki game Mobile Legend. 

Meskipun demikian, Luki meraih ranking lima di sekolah saat kelas 2 SD.

Hal berbeda dialami Dika (9). Ia pernah tinggal kelas saat kelas 1 ke kelas 2 SD.

Meskipun usianya sama dengan Luki, Dika masih duduk di kelas 2.

Dika merupakan teman satu tim Luki saat bermain game online. Dengan bekal handset ponsel merek Huawei, dia mengunduh beberapa aplikasi game online.

"Yang sering main Free Fire. Kalau PUBG pas update (pembaharuan) itu menyedot kuota besar, (kapasitas) sampai 3 GB," kata Dika.

Anak terakhir dari tiga bersaudara itu sudah mengenal game sejak TK tingkat nol besar.

Game- game offline kerap dimainkan saat itu.

Tidak berbeda dengan Luki, Dika pun kerap bermain hingga pukul 24.00 WIB.

Ia menuturkan orangtuanya tidak pernah memarahinya, hanya mengingatkan saat waktunya belajar dan makan.

Saking seringnya bermain game, ia sudah berganti ponsel sampai enam kali.

"Karena rusak sama jatuh pas di-charge (isi daya), jadinya ganti," ucapnya tersenyum.

Anak-anak seumurannya banyak yang bermain game online. Bahkan, mereka punya tim game online beranggotakan 14 anak-anak.

Mereka juga sering main bareng di satu rumah yang menyediakan layanan WiFi di kampung mereka.

Dengan membayar Rp 5 ribu, mereka bisa bermain sepuasnya sepanjang hari.

Saat malam hari, mereka memilih bermain game di rumah masing-masing.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved