Sejarah Indonesia

Reaksi Soekarno saat Dibisiki Ajudannya, saat Sang Sahabat Sudah Dieksekusi Mati Atas Persetujuannya

Reaksi Soekarno saat Dibisiki Ajudannya, saat Sang Sahabat Sudah Dieksekusi Mati Atas Persetujuannya

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Net/ TribunJateng
Soekarno dan Kartosewiryo 

Reaksi Soekarno saat Dibisiki Ajudannya, saat Sang Sahabat Sudah Dieksekusi Mati Atas Persetujuannya

TRIBUNJAMBI.COM - Di masa pemerintahan Soekarno, sang Proklamator pernah merasakan kekecewaan karena harus menghukum mati sahabatnya sendiri.

Hal itu dilakukan karena, sang sahabat melawan negara dan mencoba melakukan pertentangan terhadap hukum negara.

Kisah yang sangat membuat sang Proklamator Indonesia bersedih itu saat sahabatnya dieksekusi di masa kepemimpinannya.

Soekarno, dan Kartosoewiryo sebenarnya bukanlah seteru.

Awalnya, Soekarno dan Kartosoewiryo justru berteman.

Mereka merupakan teman saat kos di rumah HOS Tjokroaminoto di Surabaya bersama Semaun.

Baca: Nasib Jenderal TNI Idola Ahok Berakhir Tragis di Tangan Soeharto, Berani Gebrak Meja Rumah Presiden

Baca: Sumur Minyak Ilegal di Batanghari Meledak, Satu Orang Dikabarkan Tewas Saat Memuat Minyak

Baca: Inilah Keistimewaan Kopaska, Elitnya TNI AL dengan Wajah Seram yang Video Latihannya Bikin Bergidik

Baca: Pasukan Elite Laut AS Sampai Gentar Lihat Denjaka, Pasukan Khusus TNI AL dengan Kekuatan Misterius

Belakangan, tiga sahabat itu pecah.

Masing-masing memilih haluan berbeda.

Soekarno memilih paham nasionalis, Kartosoewiryo menghendaki Islam sebagai dasar negara, dan Semaun yang menjadi merah karena bergabung dengan PKI, atau Partai Komunis Indonesia.

Terkait hubungan antara Soekarno, dan Kartosoewiryo rupanya ada kisah yang tak diketahui semua orang.

Itu seperti yang terdapat dalam buku "Soekarno Poenja Tjerita", terbitan tahun 2016.

Presiden Soekarno
Presiden Soekarno 

Dalam buku itu disebutkan, Kartosoewiryo memang tak mau mengakui pemerintahan Republik Indonesia yang dipimpin Soekarno, sejak 7 Agustus 1949.

Konflik di antara keduanya pun semakin meruncing tatkala Kartosoewiryo memberikan instruksi untuk membunuh Soekarno.

"Di Indonesia ada RI dan NII. Dengan begitu ada dua presiden. Maka dari itu, Soekarno harus dibunuh," tulis buku itu menirukan isi dari instruksi Kartosoewiryo.

Upaya pembunuhan terhadap Soekarno pun terjadi beberapa kali.

Satu di antaranya terjadi pada tahu Juni 1961 di daerah Galunggung.

Baca: SINTONG Meradang Lihat Jenderal LB Moerdani Banting Baret Merah: Lalu Katakan Hal Ini kepada Benny

Baca: Menjelang, Tradisi Tua Saat Lebaran Idul Fitri di Bungo yang Masih Lestari

Baca: Habiskan Anggaran Rp 3,5 Miliar, Keindahan Tugu Keris Siginjai Mulai Pudar

Baca: Ini Alasan Bupati Merangin Al Haris Pilih Lantik Pejabat per Dinas

Saat itu Kartosoewiryo memerintahkan kepada Mardjuk yang merupakan bawahannya, untuk membunuh Soekarno.

Mardjuk kemudian melaporkan perintah pembunuhan Soekarno kepada Taruna dan Budi.

Mereka adalah dua sekretaris pribadi Kartosoewiryo.

Kepada Mardjuk diberikan gigi Kartosoewiryo sebagai sejenis surat kusaa.

Pada April 1962, Mardjuk kemudian memerintahkan kepada Sanusi, Abudin, Djaja, Napdi dan Kamil untuk membunuh Presiden Soekarno.

Tentara membawa SM Kartosoewirjo, imam DI/TII ke tempat eksekusi di Pulau Ubi. Foto: Koleksi Fadli Zon.
Tentara membawa SM Kartosoewirjo, imam DI/TII ke tempat eksekusi di Pulau Ubi. Foto: Koleksi Fadli Zon.)

Selanjutnya, pada 14 Mei 1962, saat Idul Adha, Sanusi menembakkan pistolnya ke arah Soekarno.

Saat itu Soekarno sedang salat Idul Adha di halaman Istana.

Beruntung, percobaan pembunuhan itu gagal.

Soekarno selamat.

Meski demikian, saat itu beberapa jemaah salat Idul Adha ada yang terluka.

Mereka tertembak di bahu dan punggung.

Dalam sidang, Sanusi Firkat alias Usfik, Kamil alias Harun, Djajapermana alias Hidajat, Napdi alias Hamdan, Abudin alias Hambali, dan Mardjuk bin Ahmad Dijatuhi hukuman mati.

Selain menangkap mereka, pemerintah saat itu juga berhasil menangkap Kartosoewiryo.

Baca: Pilgub Jambi, Cek Endra Bakal Gandeng Kapolda Jambi

Baca: Kalah Telak Dari Yordania di Kualifikasi Piala Dunia 2022, Perjuangan Timnas Indonesia Kian Berat!

Baca: Dibongkar Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Cara Kopassus Habisi Sarang Musuh, Cukup 3 Personel

Baca: Puasa Juara Sejak Motogp Australia Oktober 2018, Yamaha Akui Masih Kalah Dari Rival Soal Ini!

Kartosoewiryo ditangkap tentara Siliwangi saat bersembunyi di dalam gubuk yang ada di Gunung Rakutak, Jawa Bara,4 Juni 1962.

Vonis mati dijatuhkan kepada Kartosoewiryo.

Soekarno menolak grasi mantan sahabatnya itu, sehingga Kartosoewiryo pun tetap dieksekusi mati.

Meski demikian, Soekarno bertanya kepada regu tembak pasca eksekusi itu dilakukan.

"Bagaimana sorot matanya? Bagaimana sorot mata Kartosoewiryo? Bagaimana sorot matanya?" tanya Soekarno.

Mendapatkan pertanyaan itu mereka pun menjadi bingung.

Presiden Soekarno menangis
Presiden Soekarno menangis

Meski demikian, seorang ajudan spontan menjawabnya.

"Sorot mata Kartosoewiryo tajam. Setajam tatapan harimau pak," jawabnya.

Mendapatkan jawaban semacam itu, Soekarno pun bernafas lega, dan melempar tubuh ke sandaran kursi,

Tak lama setelah itu, Soekarno pun mendoakan keselamatan arwah Kartosoewiryo.

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

NONTON JUGA VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:

IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK:

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved