Berita Nasional
Siapa Sebenarnya Kivlan Zen? Sempat Jadi Negosiator Untuk Bebaskan 18 WNI dari Teroris Filipina
Siapa Sebenarnya Kivlan Zen? Sempat Jadi Negosiator Untuk Bebaskan 18 WNI dari Teroris Filipina
Penulis: Andreas Eko Prasetyo | Editor: Andreas Eko Prasetyo
Ia pernah memegang jabatan Kepala Staf Kostrad (Kas Kostrad) ABRI setelah mengemban lebih dari 20 jabatan yang berbeda.
Dalam 20 jabatannya tersebut sebagian besar ia berada di posisi komando tempur.
Kivlan Zein juga dikenal sebagai negosiator penting.
Dilansir dari Tribunnews.com bahwa Mantan Kepala Dtaf Kostrad, Mayjend (Purn) Kivlan Zen sempat membantu pembebasan WNI korban sandera kelompok Abu Sayyaf di Fillipina Selatan.
Kedua WNI yang disandera itu bernama M Nasir alias M Syarif dan Pieter dibebaskannya.
"Alhamdulillah, dua sandera lagi bebas tanggal 12 Desember, tepat hari lahirnya Nabi Muhammad SAW," ujar Kivlan Zein, langsung dari Filipina, melalui pesan singkat, Senin (12/12/2016) malam.
Bahkan saat itu Kivlan menceritakan dirinya tiba di Filipina pada Kamis, 8 Desember 2016.
Di sana ia mengadakan pertemuan dengan mantan pimpinan The Moro National Liberation Front (MNLF), Nur Missuari dan Thaher selaku perunding pembebasan.
Dalam pertemuan tersebut, Kivlan Zen memintan Missuari secara langsung agar membebaskan kedua WNI sisa sandera dari kelompok Abu Sayyaf pimpinan Al Habsyi Mesaya.
Ternyata, sejak Agustus 2016 Kivlan Zen berupaya untuk membebaskan kedua WNI tersebut.
"Dan saya (sudah) bicara langsung dengan Al Habsyi Mesaya dan kedua terculik pada 27 Oktober 2016," jelasnya.

Pada akhirnya Kivlan Zen menyerahkan upaya pemulangan kedua WNI yang terakhir disandera melalui Brigjen Erwin untuk selanjutnya diserahkan kepada Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
Untuk diketahui, bahwa Kivlan Zen sudah berteman denganNur Missuari sejak dirinya bertugas dalam pasukan perdamaian di Filipina Selatan pada tahun 1995-1996.
Bahkan Al Habsyi Mesaya sempat menjadi pengawal Nur Missuari ketika menjabat sebagai Gubernur Otonomi Muslim di Mindanau atau ARMM pada 1996-2001.
Sebelumnya pada tanggal 12 Desember 2016, otoritas Filipina melepaskan dua WNI, Mohammad Nasi dan Rubin Pieter saat sore waktu setempat.