Tips Berhubungan Intim Bagi Pasangan Suami Istri Usai Berbuka Puasa, Jangan Lupa Mandi Wajib!
Simak tips untuk pasangan suami istri yang ingin berhubungan intim saat Ramadan, terutama setelah berbuka puasa.
TRIBUNJAMBI.COM - Simak tips untuk pasangan suami istri yang ingin berhubungan intim saat Ramadan, terutama setelah berbuka puasa.
Selama Ramadan aktifitas berhubungan intim tidak boleh dilakukan saat siang hari (sebelum berbuka dan masih dalam keadaan berpuasa). Ya, hubungan intim dengan pasangan diperbolehkan setelah berbuka puasa hingga Subuh menjelang.
Baca: Pria Ini Perkosa 5 Ekor Sapi, Saat Ditangkap Polisi Ngaku Sedang Mabuk Berat, Terungkap Lewat CCTV
Baca: 30 Bom Molotov Disiapkan Untuk Bakar Polsek Tambelangan, 5 Pelaku Diduga Dari Anggota Ormas
Baca: Kriteria Menteri yang Mengisi Kabinet Jokowi-Maruf Amien, Ada Nama Sandiaga Uno Dalam Kotak Misteri
Baca: Akankah Sandiaga Uno Terima Tawaran Menteri Kabinet Jokowi-Maruf Amien, Bagaimana Dengan Prabowo?
Ini pun tertulis pada Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 187 yang berbunyi:
Baca: Akankah Sandiaga Uno Terima Tawaran Menteri Kabinet Jokowi-Maruf Amien, Bagaimana Dengan Prabowo?
Baca: 10 Manfaat Tak Terduga Saat Berpelukan, Kesibukan Tinggi Bukan Alasan Kontak Fisik Jadi Terputus
Baca: Pria Korban Kerusuhan Aksi 22 Mei Ini Dicari Presiden Jokowi, Sampai Harus Dijemput Polisi
“Dihalalkan buat kalian pada malam puasa untuk menggauli istri-istri kalian.”
So, yang sudah memiliki suami atau istri, boleh kok berhubungan intim dan berikut ini tips berhubungan intim dengan pasangan sah saat bulan puasa.
Saat berbuka tiba
Seperti yang telah dituliskan dalam Al-Quran, pasangan suami istri boleh bercampur (berhubungan badan) setelah berbuka puasa. Ini tidak menjadikan puasamu batal.
Jam ideal
Menurut Konselor Seks, Dr. Naek L. Tobing, waktu yang tepat untuk berhubungan intim adalah pukul 09.00-10.00 malam. Dikarenakan hubungan intim akan mengeluarkan banyak tenaga hingga dikhawatirkan akan kebablasan esok harinya.
Jangan lupa mandi wajib
Sama seperti hubungan intim pada hari-hari lainnya, selesai bercinta harus mandi wajib untuk membersihkan diri. Yang berbeda adalah mandi wajib harus dilakukan sebelum salat Subuh. Sehingga, paginya dapat melakukan ibadah puasa.
Asupan bergizi
Berhubungan intim dengan pasangan sah pastinya akan menguras banyak tenaga. Diperlukan makan makanan yang bergizi untuk mengembalikan tenaga yang habis terkuras agar kuat menjalankan puasa pada pagi harinya.

Panduan Mandi Wajib yang Benar
Panduan mandi wajib yang benar dalam islam usai berhubungan intim bagi pasangan yang telah menikah!
Bagaimana tata cara dan niat mandi wajib yang benar di dalam hukum islam? pasalnya mandi wajib, hukumnya diharuskan untuk kesempurnaan ibadah yang lain, terutama di bulan Ramadan sebelum imsyak ya!.
Jika tidak mandi wajib, maka ibadah seperti salat juga tidak diperkenankan dilakukan umat muslim.
Lalu seperti apa tata cara dan niat mandi wajib yang benar dalam islam.
Selain usia berhubungan suami istri, mandi wajib menjadi hal yang harus dilakukan ketika terjadi berbagai kondisi.
Misalnya setelah berhentinya haid atau keluarnya air mani.
Tujuan dari mandi wajib adalah membersihkan diri dan mensucikan kembali.
Karena itu ada kaidah dan tata cara mandi wajib yang harus dilakukan.
Bagi yang belum memahami bagaimana tata cara mandi wajib baik bagi perempuan dan laki-laki, berikut kami sajikan urutannya.
Tata Cara Mandi wajib Bagi Pria
Ada hadits dan beberapa anjuran yang berbeda mengenai tata cara mandi wajib untuk pria.
Menurut HR At-Tirmidzi, menyela pangkal rambut hanya dikhususkan bagi laki-laki. Para wanita tidak perlu melakukan hal ini.
Berikut ini tata cara mandi wajib dengan cara Nabi Muhammad SAW menurut hadits Al Bukhari.
"Dari Aisyah istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mandi karena junub,
beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian berwudhu sebagaimana wudhu untuk salat.
lalu memasukkan jari-jarinya ke dalam air dan menggosokkannya ke kulit kepala.
Setelah itu beliau menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya." (HR. Al Bukhari)
"Dari Aisyah dia berkata, "Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mandi karena junub, maka beliau memulainya dengan membasuh kedua tangan.
Beliau menuangkan air dengan tangan kanan ke atas tangan kiri, kemudian membasuh kemaluan dan berwudhu dengan wudhu untuk salat.
Kemudian beliau menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut hingga rata.
Setelah selesai, beliau membasuh kepala sebanyak tiga kali, lalu beliau membasuh seluruh tubuh dan akhirnya membasuh kedua kaki." (HR. Muslim)
Berikut ringkasan taat cara mandi wajib bagi pria
1. Mulailah dengan niat mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar.
2. Ambil air kemudian membasuh tangan sebanyak 3 kali.
3. Bersihkan semua najis atau kotoran yang masih menempel pada tubuh.
4. Berwudhu sebagaimana ketika hendak salat
5. Mengguyur bagian kepala hingga tiga kali
6. Siram anggota badan sebelah kanan hingga tiga kali, kemudian siram anggota badan pada bagian kiri sebanyak tiga kali juga.
7. Membasuh rambut dan menyela pangkal kepala dengan cara memasukkan kedua tangan ke air, lalu menggosokkannya ke kulit kepala, dan kemudian menyiram kepala tiga kali.
8. Gosok bagian tubuh sebanyak tiga kali, baik pada bagian depan, belakang, atau menyela rambut serta jenggot.
9. Bilas seluruh tubuh dengan mengguyurkan air, dimulai dari sisi yang kanan, lalu lanjutkan dengan sisi tubuh kiri.
Tata Cara Mandi Wajib Bagi Wanita
Tata cara mandi bagi wanita, dibedakan antara mandi junub dan mandi setelah haid atau nifas.
Untuk tata cara mandi junub bagi wanita, sama dengan tata cara mandi bagi laki-laki, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Hanya saja, wanita yang mandi junub dibolehkan untuk menggelung rambutnya, sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Ummu Salamah, beliau bertanya:
“Wahai Rasulullah, aku seorang wanita yang gelungan rambutnya besar. Apakah aku harus membuka gelungan rambutku ketika mandi junub?”
Beliau menjawab: “Jangan (kamu buka). Cukuplah kamu menyela-nyelai kepalamu dengan air tiga kali, kemudian guyurlah kepala dan badanmu dengan air, sehingga kamu telah suci.” (HR. Muslim no. 330).
Dan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Kami ( istri-istri Nabi) apabila salah seorang diantara kami junub, maka dia mengambil (air) dengan kedua telapak tangannya tiga kali lalu menyiramkannya di atas kepalanya, kemudian dia mengambil air dengan satu tangannya lalu menyiramkannya ke bagian tubuh kanan dan dengan tangannya yang lain ke bagian tubuh yang kiri,” (HR. Bukhari: 277 dan Abu Dawud: 253).
Berikut ini, ringkasan tata cara mandi junub seorang Muslimah yang disunnahkan adalah sebagai berikut:
1. Niat (Menurut para ulama niat itu tempatnya di hati).
2. Mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak tiga kali sebelum tangan tersebut dimasukkan dalam bejana atau sebelum mandi.
3. Membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada dengan tangan kiri.
4. Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan dengan menggosokkan ke tanah (atau lantai) atau dengan menggunakan sabun.
5. Berwudhu dengan wudhu yang sempurna seperti ketika hendak shalat.
6. Menyiramkan air ke atas kepalanya tiga kali.
7. Mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali hingga sampai ke pangkal rambut atau kulit kepala dengan menggosok-gosokkannya dan menyela-nyelanya (Tidak wajib bagi wanita untuk mengurai ikatan rambutnya).
8. Mengguyur air ke seluruh badan dimulai dari sisi yang kanan setelah itu yang kiri.
Sedangkan untuk mandi karena haidh dan nifas, tata caranya sama dengan mandi junub namun ditambahkan dengan beberapa hal berikut ini:
Pertama: Dianjurkan Menggunakan Sabun.
Hal ini berdasarkan hadis Aisyah radhiallahu ‘anha, yang bertanya kepada Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mandi wanita haid. Beliau menjelaskan:
“Kalian hendaklah mengambil air dan daun bidara, lalu wudhu dengan sempurna. Kemudian menyiramkan air pada kepalanya, lalu menggosok-gosoknya agak keras hingga mencapai akar rambut kepalanya. Kemudian menyiramkan air pada kepalanya. Kemudian engkau mengambil kapas bermisik, lalu bersuci dengannya.” (HR. Bukhari no. 314 & Muslim no. 332)
Hadis di atas merupakan dalil dalam hal ini: “…lalu menggosok-gosoknya agak keras hingga mencapai akar rambut kepalanya..”
Hadis ini menunjukkan tidak cukup dengan hanya mengalirkan air seperti halnya mandi junub, namun harus juga digosok, seperti orang keramas memakai sampo.