Sejarah Indonesia

Soeharto Disebut Punya Kekayaan 7 Turunan Disimpan di Luar Negeri, Ajudan Beberkan Fakta Ini

Sosok Soeharto merupakan Presiden Indonesia yang paling lama, selama 32 tahun Soeharto menjadi Presiden

Editor: bandot
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Mantan Presiden Soeharto. 

Tidak ada satupun media yang meliput pesta pernikahan mereka yang tertunda ini.

Seolah pesta ini digelar hanya untuk kedua pasangan dan para sahabat saja.

Pesta mewah yang digelar anak bungsu Bambang Trihatmodjo hanya dihadiri oleh para sahabat.
Pesta mewah yang digelar anak bungsu Bambang Trihatmodjo hanya dihadiri oleh para sahabat. (Instagram/@sabjoseph)

Dilansir dari laman LA Mag, Villa de Leon adalah bangunan bersejarah bergaya arsitektur Mediteranian milik seorang pengusaha kaya raya, Leon Kauffman.

Villa ini termasuk bangunan terkenal di kawasan Malibu karena sering digunakan pihak industri hiburan Amerika sebagai lokasi syuting atau pemotretan artis ternama.

Sebut saja Beyonce, Lady Gaga, Heidi Klum, Robert Pattinson, Agnez Mo dan masih banyak lagi.

Villa mewah berukuran ini sendiri telah lama disewakan untuk umum pada 1973 setelah melalui masa panajng restorasi selama 20 tahun.

Melansir laman LA Mag, untuk biaya sewa villa mewah ini per 6 jamnya hingga mencapai 10 ribu dolar AS.

Atau jika dikonversikan, biaya sewa yang harus dikeluarkan oleh Aditya dan Kezia adalah sekitar Rp 140 juta per 6 jam.

Bila ditotal, kemungkinan pesta mewah yang digelar kedua pasangan Keluarga Cendana tersebut bisa mencapai ratusan juta Rupiah.

Bila menilik kekayaan keluarga Cendana, termasuk aset kekayaan keluarga Kezia Toemion, biaya yang dikeluarkan ini sungguh bukan sebuah masalah. (*)

Sosok Sederhana

Mei 1998 huru-hara terjadi di Jakarta, Ibu kota Indonesia ini mencekam dengan aksi demonstrasi dan penjarahan.

Pusat-pusat perbelanjaan dijarah dan dibakar, demonstrasi menuntut Soeharto turun terjadi.

Di gedung DPR/MPR mahasiswa melakukan aksi menduduki Senayan mendesak Soeharto untuk segera turun tahta.

Selama 32 tahun menjabat sebagai Presiden, Soeharto berulang kali mengalami unjuk rasa menentang dirinya, namun baru pada Mei 1998 dirinya seperti kehabisan cara untuk bisa meredamnya.

Krisis ekonomi parah yang terjadi pada periode tersebut membuat rakyat bergerak menuntut Soeharto mundur.

Pasalnya satu diantara penyebab parahnya krisis ekonomi di Indonesia yakni kebijakan perekonomian pemerintah Soeharto yang rapuh karena tudingan sarat dengan KKN.

Dan puncaknya pada 23 Mei 1998 Soeharto akhirnya memutuskan untuk lengser.

 

Baca: Ada Dua Potensi Besar Kemenangan Prabowo-Sandi Usai Ajukan Gugatan ke MK, Ternyata Mudah Dilakukan

Baca: Aiman Witjaksono Bongkar Operasi Rahasia di Balik Rusuh 22 Mei, Ini 3 Kelompok yang Beraksi

Baca: Pistol Mertua KSAD Melorot ke Dalam Celana, Profesor Intelijen Kopassus Duel di Gubuk yang Terbakar

Baca: Baru Sebulan Nikah, Perut Irish Bella Jadi Sorotan Alami Perubahan Signifikan, Dituding Hamil Duluan

Setelah "lengser", tak banyak yang mengetahui kehidupan kesehariannya.

Soeharto dilengserkan melalui gerakan mahasiswa pada 1998, setelah 32 tahun berkuasa.

Peristiwa itu puncaknya pada 23 Mei 1998, setelah desakan mahasiswa dari penjuru Tanah Air.

Meski lengser, Soeharto masih mendapat pengawalan khusus dari militer.

Soeharto mengumumkan pengunduran diri dari jabatan Presiden RI, di sampingnya ada BJ Habibie. Peristiwa ini terjadi di Istana Merdeka, Jakarta, 21 Mei 1998.
Soeharto mengumumkan pengunduran diri dari jabatan Presiden RI, di sampingnya ada BJ Habibie. Peristiwa ini terjadi di Istana Merdeka, Jakarta, 21 Mei 1998. (Wikimedia/Creative Commons)

Cerita sosok 'The Smiling General', sebutan orang Barat untuk presiden ke-2 RI itu karena raut mukanya yang selalu tersenyum, disampaikan oleh Maliki Mift.

Maliki Mift menyimpan kenangan berarti selama mendampingi Soeharto, setelah lengser pada 1998.

Dia diperintahkan Kepala Staf Angkatan Darat kala itu menjadi pengawal khusus Soeharto.

Kesan tersebut ditulisnya dalam salah satu bab di buku berjudul Soeharto: The Untold Stories (2011).

Pak Harto, begitu Maliki menyebut Soeharto, kerap mendapat pandangan miring selama memimpin Indonesia.

Namun, dia mendapati sisi lain Soeharto yang jarang terekspose, yakni kesederhanaan.

Satu di antaranya soal pengawalan.

Soeharto sangat anti dikawal setelah tak lagi menjadi presiden.

Padahal, hak mendapat pengawalan dari polisi masih melekat kepada mantan presiden.

"Tetapi, begitu satgas polisi datang dan mengawal di depan mobil kami, Pak Harto mengatakan, 'Saya tidak usah dikawal. Saya sekarang masyarakat biasa. Jadi, kasih tahu polisinya'," tulis Maliki dalam buku tersebut, menirukan ucapan Soeharto waktu itu.

Momen terakhir BJ Habibie bersama Soeharto adalah ketika Soeharto lengser jadi Presiden RI setelah 32 tahun menjabat.
Momen terakhir BJ Habibie bersama Soeharto adalah ketika Soeharto lengser jadi Presiden RI setelah 32 tahun menjabat. ((REUTERS))

Maliki mencoba memahami keinginan Soeharto, tetapi ia tetap merasa pengawalan sangat penting.

Dia memutar otak mencari cara agar Soeharto tetap dikawal, tetapi tanpa terlihat.

Akhirnya, Maliki meminta polisi mengawal di belakang saja, bukan di depan untuk membuka jalan.

Jika jalanan macet, barulah petugas pengawal maju ke depan.

"Namun, tetap saja Pak Harto mengetahui siasat itu. Beliau pun bertanya, 'Itu polisi kenapa ikut di belakang? Tidak usah'," kata Maliki.

Hari berikutnya, ide baru melintas di benak Maliki.

Ia meminta pihak kepolisian agar tidak lagi mengawal mobil Soeharto.

Sebagai gantinya, ia akan berkoordinasi dengan petugas lewat radio.

 

Jadi, setiap kali mobil Soeharto melewati lampu lalu lintas, petugas harus memastikan lampu hijau menyala.

Kalau lampunya merah, harus berubah menjadi hijau.

Akhirnya, hari itu, Soeharto berangkat tanpa pengawalan polisi.

Setiap kali melewati lampu lalu lintas di persimpangan, lampu hijau selalu menyala agar mobilnya tidak berhenti menunggu rambu berganti.

Namun, lagi-lagi Soeharto mengendus keanehan.

Ia mempertanyakan mengapa setiap persimpangan yang ia lewati tidak pernah ada lampu merah.

Ia pun menegur Maliki agar jangan memberi tahu polisi untuk mengatur lalu lintas.

"Sudah, saya rakyat biasa. Kalau lampu merah, ya, biar merah saja," ujar Pak Harto sebagaimana ditulis Maliki.

Maliki, saat itu, hanya terdiam dengan perasaan malu.

Kesederhanaan Soeharto, menurut Maliki, juga terlihat dari cara berpakaian.

Soeharto saat dilantik jadi Presiden
Soeharto saat dilantik jadi Presiden (net)

Sewaktu awal-awal menjadi pengawal khusus Soeharto, Maliki berpikir bahwa ia harus punya baju bagus untuk mendampingi Soeharto, paling tidak batik berbahan sutra.

Di hari pertama bertugas, Maliki mengenakan pakaian terbaiknya untuk mendampingi Soeharto keluar rumah.

Namun, apa yang dikenakan Soeharto sama sekali berbeda dengan bayangannya.

Soeharto hanya mengenakan baju batik sederhana yang biasa dia pakai sehari-hari di rumah.

"Diam-diam saya langsung balik ke kamar ajudan untuk mengganti batik sutra yang saya kenakan dengan batik yang sederhana pula," kata Maliki.

Artikel ini sudah tayang di kompas.com dengan judul "Cerita Paspampres Soeharto dan Lampu Hijau yang Tak Pernah 'Merah'"

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved