Literasi Sejarah Jambi
Banyak Kesepakatan tak Tertulis tentang Jambi Perlu Dibukukan Ulang & Minimnya Buku Sejarah Jambi
Banyak Kesepakatan tak Tertulis tentang Jambi Perlu Dibukukan Ulang & Minimnya Buku Sejarah Jambi
Penulis: Jaka Hendra Baittri | Editor: Deni Satria Budi
Banyak Kesepakatan tak Tertulis tentang Jambi Perlu Dibukukan Ulang & Minimnya Buku Sejarah Jambi
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Keberadaan buku tentang Jambi ada banyak. Hanya saja perlu dikategorisasi agar lebih mudah menyusunnya. Sebab tidak semua buku tentang Jambi yang disebutnya juga ada di toko buku.
Ini diungkap Jumardi Putra, pegiat literasi budaya dan sejarah dari Seloko Institute.
Menurutnya, ada kesepakatan tidak tertulis yang mengakui bahwa sumber tulisan soal Jambi itu masih sangat terbatas.
Baca: Sejak 1941, Tradisi Unik Masjid Bersejarah di Bungo, Pukul Beduk Tiap 1 Jam Selama Ramadan
Baca: Sejarah Jambi Masih Simpang Siur
Baca: KOPASSUS Piawai Misi SAR di Gunung, Disebut Pasukan Dakibu: Ambil Baret Merah di Tebing Curam
"Dari yang terbatas itu didominasi peneliti asing yang umumnya juga banyak berbahasa Belanda atau Bahasa Inggris," ujarnya.
Selain itu yang ditulis ini juga banyak membahas Jambi hanya selayang pandang. Jadi, belum jadi perhatian penuh soal Jambi.
Seperti Anthony Reid, Wolters, William Marsdeen, Edwin M Loeb, ada karya Tome Pires yang didalam buku itu terselip soal Jambi.

Mereka kebanyakan membahas sejarah Sumatera namun ada terselip terbit di jurnal-jurnal internasional.
"Banyak tulisan soal Jambi yang masih dalam bentuk penelitian dan belum dibukukan atau diterbitkan ulang," ungkap Jumardi Putra.
Juga ada buku Elsbeth Lochter-Scholten berjudul Kesultanan Sumatera dan negara kolonial: Hubungan Jambi - Batavia 1839 1907.
Baca: Sagusabu Jadi Cara Dongkrak Literasi dari Dusun-dusun di Bungo, Buku Digital Belum Ramai Diminati
Baca: Pemkab Tanjab Barat, Bangun Kerjasama dengan Berbagai Instansi guna Peningkatan SDM
Baca: Isinya Menyayat Hati, Istri Bani Seventeen Temukan Buku Harian Suami Saat Hamil 8 Bulan, Ini Isinya
"Cukup menelanjangi bagaimana aspek imperialisme dari batavia ke Jambi. Baik dalam posisi positif atau negatif bahkan memberikan kita gambaran sosok orang oentin dalam perjalanan sejarah Jambi," bilang Junardi.
"Termasuk sosok Sultan Thaha ditulis Belanda sebagai sosok yang susah diajak kompromi dan berbeda dengan pendahulunya, dan membuat kita tahu betul mengapa Belanda ingin sekali menghabisi Sultan Thaha," tambah Jumardi.
Selain itu kata Jumardi, ada pula buku yang ditulis Barbara Watson Andaya, yang berjudul Hidup Bersaudara Sumatera Tenggara, abad 17 dan 18.
Baca: KASUS Pembunuhan Paling Kejam dalam Sejarah, Bocah 8 Tahun Diculik Psikopat, Begini Kisahnya
Baca: Sebut Pemilu Paling Mematikan Sepanjang Sejarah, Sandiaga Uno Turut Ungkap Dugaan Kecurangan Pilpres
Baca: Fatuhrahman & Zikri Ardani, Dai Cilik di Kemilau Ramadhan Tribun Jambi, Belajar Lewat Buku dan Video
Jumardi mengatakan dalam buku tersebut memperlihatkan kontak ulu-ilirnya perdagangan antara Jambi dan Palembang.
"Waktu itu ada perdagangan lada, merica dan hubungan dua daerah ini seperti saudara sekaligus oertentangan ulu dan ilir dalam usaha mengontrol lalu lintas perdagangan," terangnya.
Selain itu ada buku klasik yang ditulis sekitar abad 6 atau 7 masehi, yaitu Catatan I-Tsing.
Catatan I-Tsing adalah catatan biksu I-Tsing dalam perjalanan dari Cina ke India lalu singgah di kerajaan melayu yang disebut Jambi hari ini.
"Ia juga singgah di sriwijaya. Ini juga dianggap buku catatan dan sumber awal melayu kuno. Karena berdasarkan berita berira dari Cina dan apa yg ia temui selama singgah di melayu," ungkapnya.
Selain itu ada juga Kitab Tanjung Tanah yang ditulis Uli Kozok.
Baca: Link https://rekrutbersama.fhcibumn.com/ Pukul 09.00 WIB Hasil TKD Rekrut Bersama BUMN Bisa Dilihat
Baca: Pemprov Jambi akan Ajukan Usulan Formasi CPNS dan P3K Ke Menpan, Paling Lambat Diusulkan Juni 2019
"Buku ini oenting sekalinkarena menyibak apa yang kita dengar sebagai naskah melayu tertua di sebuah kampun ei Kerinci. Naskah ini berisi aturan hukum yang dipakai masyarakat saat itu di ditulis keraton Dharmasraya yang saat itu jaya di abad 13-14," terang Jumardi.
"Buku ini selalu jadi perbincangan hangat katena menandakan masyarakat melayu punya hukum dan aksara sendiri," katanya.
Baca: Operasi Senyap Kopasus Detik-detik Menegangkan, Jarak Pandang 5 Meter, Peluru Berseliweran
Baca: KOPASSUS Piawai Misi SAR di Gunung, Disebut Pasukan Dakibu: Ambil Baret Merah di Tebing Curam
Baca: Makam Dibongkar, Keluarga Kaget Temukan Hal yang Tidak Biasa pada Jenazah yang Dikubur 4 Tahun Lalu
Terkait buku tentang Jambi dari sisi jaringan ulama di Jambi ada buku yang ditulis Ali Muzakir, dosen UIN Sultan Thaha dan dari genre sastra ada Meilani K Tansri yang banyak novelnya diterbitkan di Gramedia.
Jumardi menyebutkan masih banyak lagi penelitian tentang Jambi yang belum dibukukan atau belum dibukukan ulang.
Banyak Kesepakatan tak Tertulis tentang Jambi Perlu Dibukukan Ulang & Minimnya Buku Sejarah Jambi (Jaka HB/Tribun Jambi)