Mengapa Hanya Megawati & Jusuf Kalla yang Disebut Bisa Pertemukan Jokowi-Prabowo Subianto?
Sampai saat ini, calon presiden nomor urut 01 Jokowi dan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto belum bertemu.
Mengapa Hanya Megawati & Jusuf Kalla yang Disebut Bisa Pertemukan Jokowi-Prabowo Subianto?
TRIBUNJAMBI.COM - Sampai saat ini, calon presiden nomor urut 01 Jokowi dan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto belum bertemu.
Adapun Jokowi sudah menegaskan ia telah berinisiatif untuk bertemu dengan Prabowo Subianto setelah hari pelaksanaan Pemilu, 17 April lalu.
Hal tersebut kembali diucapkan Jokowi atas banyaknya usul agar ia segera bertemu Prabowo Subianto untuk meredam kericuhan yang terjadi pada aksi 22 Mei 2019.
Baca: Siapa Sebenarnya Pengacara Prabowo-Sandi di MK? Disebut Bukan Sosok Biasa, Pernah Menangi Gugatan MK
Baca: Semasa Hidup Ustaz Arifin Ilham Pernah Serukan Tak Hujat Ahok hingga Jadi Penjamin Seorang Tersangka
Baca: Mahfud MD Sebut Bukan Prabowo yang Harus Bertanggung Jawab atas Kerusuhan Aksi 22 Mei tapi Sosok Ini
"Sudah saya sampaikan, saya sudah berinisiatif sejak awal setelah coblosan," kata Jokowi dalam konferensi pers di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (22/5/2019), seperti yang Tribun Jabar kutip dari siaran langsung Kompas TV.
Capres petahana itu mengatakan sudah mengutus orang kepercayaannya untuk berkomunikasi dengan Prabowo Subainto.
Namun, upaya tersebut belum membuahkan hasil.
Hingga saat ini, Jokowi dan Prabowo Subianto belum bertemu.
Pertemuan keduanya dianggap penting karena dinilai mampu mendinginkan situasi politik saat ini.
Berdasarkan analisis Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari, ada dua tokoh yang dinilai mampu mempertemukan Jokowi dan Prabowo Subianto.
Hal tersebut disampaikan oleh Qodari dalam program Breaking News KompasTV, kamis (23/5/2019), yang Tribunjambi.com kutip dari Tribunnews.
Kedua tokoh yang dimaksud Qodari adalah Megawati dan Jusuf Kalla.

Megawati dan Jusuf Kalla adalah orang dekat Jokowi.
Saat ini, Megawati menjabat sebagai Ketua Umum PDI-P, partai yang mengusung Jokowi.
Sementara Jusuf Kalla mendampingi Jokowi sebagai wakil presiden periode 2014-2019.
Menurut Qodari, Megawati bisa mempertemukan Jokowi dan Prabowo Subianto karena bisa diterima oleh keduanya.
"Dari sisi Pak Jokowi, tentu karena Pak Jokowi adalah kader PDI-P," katanya.
Kemudian, keluarga Megawati rupanya memiliki peran dalam karier politik Prabowo Subianto.

Sebelum meninggal, suami Megawati, Taufik Kiemas sempat meminta Prabowo Subianto pulang dari Yordania.
"Mungkin tidak banyak yang tahu, waktu Prabowo Subianto di luar negeri, di Yordania, yang memintanya untuk pulang namanya Pak Taufik Kiemas, suami Bu Mega," ucapnya.
Taufik Kiemas meminta Prabowo Subianto untuk pulang ke Indonesia agar berpartisipasi dalam membangun Indonesia.
Berdasarkan penilaian Qodari, Megawati seharusnya bisa diterima dan dihormati oleh Prabowo Subianto.
Apalagi, keduanya pernah berpasangan sebagai calon presiden dan calon wakil presiden di Pilpres 2009.
Baca: Tim Kuasa Hukum BPN vs TKN pada Gugatan Hasil Pilpres 2019 ke MK, Mana Tim yang Bawa Kemenangan?
Baca: Ratusan Kendaraan Dinas Tak Bayar Pajak, Bupati Al Hari Perintahkan Inspektorat Tarik Kendaraan
Selain Megawati, Jusuf Kalla juga bisa menjadi jembatan bagi keduanya untuk bertemu.
Selain sebagai tokoh senior dan usinya di atas Jokowi dan Prabowo, Jusuf Kalla merupakan representasi dari kalangan Islam.
Rekam jejak Jusuf Kalla sarat akan isu keislaman.
Selain itu, Jusuf Kalla juga menjabat sebagai Ketua Dewan Masjid Indonesia periode 2012-2022.
"Sementara di sekitarnya Pak Prabowo selama ini, termasuk retorika yang muncul adalan retorika keagamaan sehingga Pak JK lebih mudah diterima Pak Prabowo, minimal oleh orang-orang di sekitarnya," ujarnya.

Jokowi dan Prabowo Ingatkan Persatuan Indonesia
Pada 22 Mei 2019 sekitar pukul 16.30 WIB, Jokowi dan Prabowo Subianto sama-sama melakukan konferensi pers.
Mereka menyampaikan hal yang sama yakni mengenai kerusuhan yang terjadi di aksi 22 Mei dan mengingatkan persatuan Indonesia.
Selain itu, Jokowi dan Prabowo Subianto juga mengingatkan agar tak melakukan kekerasan terlebih umat Muslim sedang melakukan ibadah di bulan Ramadhan.
Dalam pidatonya, Jokowi mengatakan dirinya secara terbuka menerima pihak lain untuk bersama-sama bekerja sama demi kemajuan Indonesia.
"Ini adalah bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, penuh ampunan, penuh kasih sayang untuk kita saling menghormati, menghargai sebagai kewajiban umat Islam untuk mengamalkan amal soleh untuk berbuat baik," ucap Jokowi di Istana Negara.
"Saya membuka diri kepada siapapun untuk bersama-sama untuk bekerja sama membangun negara ini, memajukan negara ini," ujarnya.
Jokowi menyatakan secara tegas tidak akan memberikan toleransi terhadap pihak yang berusaha merusak demokrasi dan keamanan negara.
"Saya juga tidak memberikan toleransi kepada siapapun mengganggu keaman dan proses demokrasi dan persatuan terutama perusuh-perusuh," katanya.
Menurutnya, perusuh yang melakukan aksinya pada tanggal 21 Mei malam hingga 22 Mei akan ditindak tegas sesuai dengan peraturan yang ada.
"Kita tidak akan memberikan ruang untuk perusuh-perusuh yang akan merusak daerah kita negara Republik Indonesia," ujarnya.
Didampingi Menkopolhukam Wiranto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Jokowi mengatakan perusuh akan diberikan hukuman bila terbukti bersalah.
"Tidak ada pilihan, TNI dan Polri akan menindak tegas sesuai dengan aturan hukum yang berlaku."
Baca: Detik-detik Wafatnya Ustaz Arifin Ilham, Istri Minta Semua Anak Berkumpul & Berzikir via Video Call
Baca: Fadli Zon Bereaksi saat Polisi akan Rilis 4 Mobil Ambulans Gerindra yang Bawa Batu di Aksi 22 Mei
Di akhir pidatonya, Jokowi mengimbau agar masyarakat tetap tenang sebab situasi demonstrasi masih terkendali.
Jokowi juga mengajak masyarakat agar tetap mempertahankan persatuan Indonesia.
"Situasi masih terkendali, masyarakat tidak perlu khawatir. Saya mengajak mari kita merajut persatuan kita, persaudaraan, dan kerukunan karena Indonesia adalah rumah kita bersama," tandasnya.
Di waktu yang bersamaan, Prabowo Subianto juga melakukan konferensi pers di kediamannya di Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Prabowo Subianto mengatakan pihaknya tidak menempuh jalur kekerasan terkait penolakan hasil Pilpres 2019.
Ia lebih memilih untuk melaporkan dugaan kecurangan Pilpres 2019.
"Seperti yang sudah kami sampaikan berkali-kali sebelumnya, kami mendukung semua penggunaan hak konstitusional yang berakhlak, yang damai, dan tanpa kekerasan dalam perjuangan politk kebangasaan kita," katanya.
Prabowo Subianto juga mengimbau agar masyrakat tidak melakukan tindak kekerasan yang melanggar hukum.
Tak hanya itu, Prabowo Subianto juga meminta agar netizen dan politisi menahan diri melakukan provokasi melalui media sosial.
"Termasuk pejabat dan netizen untuk menghindari kekerasan verbal yang dapat memprovokasi apalagi di bulan Ramadan yangg suci ini."
Prabowo Subianto mengecam tindakan kekerasan yang terjadi di depan kantor Bawaslu, Jalan MH Thamrin dan Asrama Bromob di Petamburan.
"Kami meminta peristiwa kekerasan tadi malam dan tadi pagi yang telah mencoreng nama bangsa Indonesia jangan boleh terjadi lagi. Bila hal ini terjadi lagi maka kami khawatir rajutan dan anyaman kebersamaan kita akan tak terjalin lagi," katanya.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul 2 Sosok Ini Dinilai Bisa Pertemukan Jokowi & Prabowo, Punya Sejarah dengan Capres 02, Orang Dekat 01,