Jual Beli Data Pribadi Nasabah Kartu Kredit, Data Gaji hingga Nama Orangtua Hanya Dijual Rp 300/data
Data yang dijual berisi informasi nama, nomor telepon, alamat, hingga nama orangtua. Data pribadi tanpa dilengkapi kemampuan finansialnya dijual
Menurut koordinator pemasaran kartu kredit salah satu bank di Jakarta Pusat, JS, pembelian data pribadi dari karyawan bank sudah lumrah di kalangan tenaga pemasaran kartu kredit.
Kata JS, data pribadi yang kualitasnya bagus bisa dijual Rp 1 juta untuk 50 data atau Rp 20.000 per data.
Data ini tipe ini dilengkapi informasi gaji dan ditambah informasi keuangan dari Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Menurut JS, kadang ada karyawan bank yang bersedia dibayar untuk memberikan data pribadi nasabah.
Komisinya sebesar Rp 50.000 untuk setiap data yang disetujui pengajuan kartu kreditnya oleh bank.
JS dan anak buahnya bisa meraup jutaan rupiah dari penjualan data diri nasabah.
Selain dapat Rp 1 juta untuk 50 data pribadi yang dijual, ada juga komisi Rp 200.000 untuk kartu kredit jenis gold dan Rp 400.000 untuk jenis platinum yang disetujui bank.
Selain itu JS mengatakan, jika datanya bagus, dari 50 ada peluang 30-40 orang di dalamnya bersedia mengajukan permohonan kartu kredit jenis platinum.
Total komisi yang bisa diraup JS dan anak buahnya pun bisa mencapai Rp 12 juta hingga Rp 16 juta.
JS mengaku memang tidak setiap saat data bagus itu tersedia.
Ia pun mengaku hanya membeli data pribadi jika ia terdesak harus memenuhi target aplikasi kartu kredit.
Tak hanya itu, JS juga mengungkapkan data diri nasabah bisa dijual berkali-kali ke sejumlah pihak.
Data ini disebut data sampah. Muaranya diperjualbelikan via online.
“Itu data (pribadi) yang dijual di online sudah dijual berkali-kali, makanya murah. Datanya sudah dijual ke bank A, kemudian ke bank B (untuk kebutuhan tele- marketing). Orang kan butuh data, butuh penuhi target. Makanya ada jual beli data,” katanya.
Penelusuran Kompas, jual beli data di daring mudah sekali dijumpai di pasar hingga situs daring.