Demokrat & PAN Berpotensi Keluar dari Koalisi Prabowo-Sandiaga, Apa Sebabnya? Jatah Menteri?
"Memang bagi PAN dan Demokrat, mereka ada potensi juga untuk keluar dari koalisi karena beberapa alasan," ujar Arya
"Akses finansial menjadi penting. Kalau partai berada di luar, mereka kan enggak mendapat itu," kata Arya.
Baca: Gejala dan Cara Pencegahan Virus Cacar Monyet yang Sedang Mewabah di Singapura
Baca: Ingat Polisi Ganteng Saat Buru Teroris Bom di Sarinah,Tak Kalah dengan Polisi Nyentrik Aiptu Zakaria
Pengikat yang kurang kuat
Jika kembali pada 2014, kata Arya, PAN memiliki sejarah mengubah dukungannya dari Prabowo-Hatta ke Jokowi-Jusuf Kalla.
Perpindahan arah dukungan bisa terjadi meskipun Hatta Rajasa yang dulu merupakan cawapres Prabowo adalah kader PAN.
Hal itu tidak menjadi penghalang bagi PAN untuk melepaskan diri dari Koalisi Merah Putih pada waktu itu.
Oleh karena itu, Arya tidak melihat ada alasan khusus yang membuat PAN bersedia tetap dalam koalisi pendukung Prabowo-Sandiaga saat ini.
"Sekarang kan mereka relatif enggak ada beban. Sandi bukan kader mereka, Prabowo bukan kader mereka, suara mereka juga turun," ujar Arya.
Pada akhirnya, tidak ada pengikat yang kuat bagi PAN agar bisa terus bersama-sama Prabowo-Sandiaga.
Lalu bagaimana dengan Partai Demokrat?
Arya mengatakan Demokrat sudah sejak awal menunjukan perbedaannya dalam koalisi ini.
Misalnya terkait sikap Partai Demokrat yang membebaskan kadernya untuk mendukung paslon lain dalam Pilpres 2019.
Padahal sebagai bagian dari koalisi, Partai Demokrat harus menjamin seluruh kadernya mengikuti sikap partai.
Belum lagi soal drama sebelum penetapan Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden.
Ketika itu, Andi Arief yang merupakan wakil ketua umum Partai Demokrat mengungkapkan adanya mahar politik dalam penunjukan Sandiaga Uno.
Dengan berbagai kondisi ini, Arya mengatakan cukup beralasan jika memprediksi Demokrat dan PAN akan keluar dari Koalisi Indonesia Adil dan Makmur.