Puasa Sebagai Recharge Kepedulian Sosial
Selama ini masih ada kesan diantara kita yang memahami puasa Ramadan sekedar ritual tahunan, sekedar menahan diri dari makan-minum dan syahwat
Oleh : Dr Bahrul Ulum MA
Dosen UIN STS Jambi/PWNU Prov. Jambi/Pengurus MUI
Prov. Jambi
Selama ini masih ada kesan diantara kita yang memahami puasa Ramadan sekedar ritual tahunan, sekedar menahan diri dari makan-minum dan syahwat, dan memanfaatkan semkasimal mungkin untuk beribadah sebanyak-banyaknya.
Karena bonus pahala yang dijanjikan Tuhan amat luar biasa besarnya, segalakebaikan dilipatgandakan pahalanya, dosa diampuni, pintu neraka tertutup. Kesan seperti itu muncul karena belum adanya pemahaman bahwa puasa memiliki urgensi secara multidimensional, bahwa ada makna dan pesan lain yang lebihbesar.
Puasa Ramadan mengajarkan kepada manusia bagaimana mengubah orientasi hidup dari kehiduan pemenuhan fisik yang bersifat konsumtif belaka menuju kehidupan yang berorientasi pada peningkatan derajat sosial yang lebih tinggi, kehidupan yang lebih bermakna dan bermartabat, yang ditandai dengan semakin meningkatnya kualitas ibadah dan sekaligus kepedulian sosial.
Puasa di bulan Ramadan menjadi moment yang efektif bagi umat Islam mendapatkan cas ulang (recharge) untuk menumbuhkan kepedulian sosial. Rasa lapar dan haus yang dialami sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari akan menggugah hati dan jiwanya betapa banyak orang-orang di luar sana, yang kehidupan ekonominya sangat miskin, akrab dengan keadaan menahan lapar dan haus,yang sepanjang tahun berjuang untuk mendapatkan kebutuhan pangannya, sedangkan kita kurang memperhatikan nasib mereka, karena sibuk dengan urusan masing-masing. Dengan rasa lapar dan haus yang melilit, kita seolah diajak merasakan bahwa beginilah penderitaan saudara-saudara kita selama ini.
Dengan terketuk hatinya melihat penderitaan orang lain, diharapkan juga akan terketuk hatinya untuk menunjukkan kepedulian dan memberikan pertolongan kepadamereka yang benar-benar memerlukan santunan.
Maka umat Islam yang sedang melaksanakan puasa yang masih memiliki energi baru, sejatinya dapat memanfaatkan energinya untuk menjalankan amar ma’ruf, yaitu memberikan teladan yang baik dengan cara memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan agar tidak ada lagi kaum terpinggirkan dalam kehidupan bermasyarakat karena kondisi mereka yang tidak berdaya. Inilah makna sabda Rasulullah SAW bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling banyak manfaatnya bagi yang lain. (*)