Pernah Bobol Situs NASA, Putra Aji Adhari hanya Butuh Waktu Sejam untuk Meretas Situs Pemerintahan
Nama Putra Aji Adhari meroket setelah berhasil membobol situs Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Pernah Bobol Situs NASA, Putra Aji Adhari hanya Butuh Waktu Sejam untuk Meretas Situs Pemerintahan
TRIBUNJAMBI.COM - Nama Putra Aji Adhari meroket setelah berhasil membobol situs Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Remaja 15 tahun ini tak seperti teman-teman seusianya yang asyik bermain game dan menjelajahi media sosial.
Putra Aji Adhari, siswa kelas 2 MTS di Ciledug ini justru menemukan celah keamanan sistem komputer dari berbagai instansi.
Dilansir Gridhot.ID dari Kompas.com, Senin (8/3/2019), Putra sudah ratusan kali melakukan pengecekan keamanan situs berbagai instansi, mulai dari situs instasi bisnis, perbankan, maupun e-commerce.
Baca: Najwa Shihab Sindir Setya Novanto Ketahuan Makan di Rumah Makan Padang, Bongkar Masa Lalu Setnov
Baca: Kini Ditangkap KPK! Bupati Cantik Asal Talaud Sempat Perintahkan Rakyatnya Kibarkan Bendera Filipina
Meskipun demikian, Putra menyebut ia paling sering memantau kelemahan sistem situs-situs milik pemerintah.
Menurutnya, tingkat keamanan situs pemerintah berlevel sedang sehingga cukup rawan untuk disusupi para hacker.
"Tapi tingkat keamanan dari situs pemerintah itu beda-beda sih tergantung developer-nya juga," kata Putra.
Putra mengaku hanya membutuhkan waktu sekitar 60 menit untuk menemukan celah kelemahan sistem situs pemerintah.
Bahkan, Putra pernah menemukan bug dalam waktu kurang dari sepuluh menit.
Catatan waktu itu cukup kontras jika dibandingkan dengan instansi-instansi swasta yang biasanya membutuhkan waktu satu hari.
Berbagai macam situs pemerintah sudah pernah ia retas, mulai dari situs pemerintah kota, provinsi, kementerian, Komisi Pemilihan Umum (KPU), hingga Badan Narkotika Nasional (BNN).
"Kalau (situs) pemerintah itu biasanya bisa masuk ke database, jadi data-data yang ada sama pemerintah bisa dilihat," ujarnya.
Data-data yang bisa dilihat cukup lengkap, mulai dari nama, tempat tanggal lahir, hingga kediaman setiap warga yang masuk dalam database tersebut.
Database itu kemudian bisa dijual para black hat hacker ke berbagai pihak dan disalahgunakan.