Sejarah Indonesia
Tetes Air Mata Tak Segan Dikeluarkan Soekarno Kala Sang Jenderal Kesayangan Harus Tewas Secara Keji
Tetes Air Mata Tak Segan Dikeluarkan Soekarno Kala Sang Jenderal Kesayangan Harus Tewas Secara Keji
Tetes Air Mata Tak Segan Dikeluarkan Soekarno Kala Sang Jenderal Kesayangan Harus Tewas Secara Keji
Zaman pemerintahan Soekarno, ada satu sosok Jenderal TNI yang sangat ia 'sayangi' dan bisa dikatakan jadi kepercayaan 'sang fajar'
TRIBUNJAMBI.COM - Presiden pertama Indonesia. Ir Soekarno merupakan sosok yang dikenal garang dan memiliki mental kuat.
Bahkan bisa dikatakan, hanya Soekarno merupakan Presiden RI yang pernah marah-marah di Gedung Putih, rumah presiden Amerika Serikat.
Namun ada cerita yang bisa membuat Soekarno menangis.
Semua karena sosok yang dia kenal dan menjadi Jenderal kesayangan Soekarno diculik dan dibunuh.
Soekarno menangis saat Jenderal kesayangannya diculik oleh Gerakan yang menamakan diri G30S PKI.
Baca Juga:
Kisah Dokter yang Takut Periksa Soeharto saat Sakit hingga Wafat Usai 32 Tahun Berkuasa di Indonesia
Tentara Brunei Darussalam Sampai Pingsan Dilatih Sniper Kopassus, Namun Jadi Hebat Lampaui Malaysia
Ini Sosok Pria yang Temani dan Azani Anak Nikita Mirzani Usai Dilahirkan di Rumah Sakit
Ternyata Ada 3 Orang Indonesia Terlibat Dalam Film Avengers: Endgame, Siapa Saja Mereka?
Tanggal 30 September menjadi hari yang kelam bagi sejarah bangsa Indonesia.
Para perwira tinggi di Angkatan Darat diculik dan dibunuh lalu dimasukkan ke sumur tua di Lubang Buaya.
Soekarno pada malam penculikan para Jenderal tengah berada di Istana Merdeka.
Pada 1 Oktober 1965 siang hari, sesuai yang tertulis dalam buku bertajuk Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno/Penerbit Buku Kompas 2014, seorang agen polisi, Sukitman, dalam keadaan bingung berada di depan kantor PENAS di By Pass, Jakarta Timur, ditemukan oleh Patroli Resimen Tjakrabirawa di bawah pimpinan Kapten Eko.
Patroli tersebut biasanya setiap pagi mengadakan kontrol di perumahan perwira di Pasar Rebo dan kembali siangnya melewati gedung PENAS yang berada di seputar Halim Perdanakusuma.
Sukitman dibawa ke markas Tjakrabirawa di sebelah Istana (sekarang gedung Bina Graha) untuk diperiksa dan diinterogasi.
Baca Juga:
Seperti Apa Hukumnya Membatalkan Puasa saat Perjalanan Jauh dalam Bulan Ramadan?
Andi Arief Bahas Pernyataan Provinsi Garis Keras dari Mahfud MD, Sebut tak Indahkan Wasiat Soekarno
Petugas KPPS di Jambi Meninggal Dunia Setelah Drop Beberapa Hari Usai Pemungutan Suara

Ternyata sewaktu penculikan para jenderal 1 Oktober 1965, dia sedang bertugas, dipaksa dan dibawa ke Lubang Buaya, yang akhirnya ditemukan oleh patroli Tjakrabirawa.
Pada 2 Oktober, Sukitman berikut hasil pemeriksaannya, sesuai prosedur diserahkan kepada Kodam V Jaya (Pangdam waktu itu adalah Mayjen Umar Wirahadikusuma).
Kodam V Jaya selanjutnya menyerahkan Sukitman kepada Kostrad.
Sementara itu, pada 2 Oktober 1965, terkait peristiwa G30S, Presiden Soekarno telah memanggil semua Panglima Angkatan Bersenjata bersama Waperdam II Leimena dan para pejabat penting lainnya dengan maksud segera menyelesaikan persoalan apa yang disebut Gerakan 30 September.
Tindakan Bung Karno itu merupakan langkah standar karena dirinya adalah selaku Panglima Tertinggi ABRI.
“Pada tanggal 3 Oktober 1965 pagi, saya menghadap Presiden Soekarno, menyampaikan laporan tentang perkembangan terakhir termasuk penemuan seorang agen polisi,” kata Maulwi yang menjabat sebagai pengawal pribadi Bung Karno dan Wakil Komandan pasukan Tjakrabirawa.
Baca Juga:
Suami Istri Melaju ke Parlemen, Ahmad Dhani Tulis Surat Dalam Penjara, Mulan Dapat Banyak Selamat
Atta Halilintar Gerebek Pemilik Akun Lambe Turah, Sebut Akun Gosip Itu Ditawar Miliaran Rupiah
Bintang Manchester United, Paul Pogba Dikabarkan Sepakat Pindah ke Real Madrid dengan Mahar Besar

“Presiden sedih sekali atas nasib para jenderal yang diculik, khususnya Jenderal Ahmad Yani, jenderal yang amat disayanginya. Karena nasib para jenderal dan seorang perwira pertama belum diketahui, Presiden memerintahkan saya untuk mencari tahu nasib mereka.”
Setelah mempelajari keterangan agen polisi Sukitman, Maulwi bersama Letnan Kolonel Ali Ebram dan Sersan Udara PGT Poniran menumpang Jip Toyota No.2 berangkat menuju Halim Perdanakusuma.
Mereka terlebih dahulu melapor dan bertemu dengan Kolonel AU/PNB Tjokro, perwira piket Halim Perdanakusuma.
“Saya sampaikan maksud kedatangan saya” kata Maulwi.
“Kami dibantu seorang anggota TNI AU berpangkat letnan muda penerbang, mencari lokasi yang diceritakan oleh agen polisi tesebut.”
Jip Toyota selalu membawa satu set generator listrik berkekuatan 1 PK yang sewaktu-waktu dapat digunakan karena pada waktu itu arus listrik sering mati-hidup.
Baca Juga:
GALERI FOTO: Koleksi Baju Muslim Anak Perempuan di Bee Bee Mart Jambi. Harga Mulai Rp 30 Ribuan
MAHASISWI yang Juga Model Cantik ini Blak-blakan Mengaku Kerap Diajak Tidur, Begini Pengakuannya
AJAKAN Berhubungan Intim Ditolak, Zulkifli Kalap Bacok Istrinya Hingga Tewas: Lalu Coba Bunuh Diri
Mereka menemukan sebuah rumah atau pondok kecil di Lubang Buaya yang didekatnya terdapat sebuah pohon besar.
Dilakukan pencarian di sekitarnya dan ditemukan sebidang tanah yang sudah tidak digunakan, tetapi terlihat tanda mencurigakan seperti baru dipakai.
Di tempat itu, tumpukan dedaunan dikorek-korek dan terlihat permukaan sebuah sumur tua.
Karena tidak memiliki peralatan untuk menggali tanah, mereka meminta bantuan warga sekitar untuk menggali sumur itu.
Tak berapa lama, muncul pasukan RPKAD dipimpin Mayor C.I. Santoso dengan membawa agen polisi Sukitman sebagai petunjuk jalan, dan ikut pula ajudan Jenderal Ahmad Yani, Kapten CPM Subardi.
“Setelah mendapat penjelasan dari kami dan dicocokkan dengan keterangan agen polisi tersebut,” kata Maulwi, “penggalian dilanjutkan.”
Penggalian sulit dilakukan karena lubang sumur itu hanya pas untuk satu orang, proses penggalian memakan waktu lama.
Hari mulai gelap, belum ditemukan tanda-tanda yang mencurigakan. Generator milik Tjakrabirawa dihidupkan untuk menerangi proses penggalian.
Lewat tengah malam mulai tercium bau tak sedap.
Setelah penggalian cukup dalam dan terus digali, akhirnya ditemukan sebuah tangan.
Penggalian dihentikan sementara karena orang-orang tidak tahan dengan bau yang keluar dari sumur.
Setelah berunding dengan C.I. Santoso, disepakati untuk melaporkan hal itu kepada Pangkostrad Mayjen Jenderal Soeharto guna instruksi selanjutnya.
Dan, untuk penggalian selanjutnya, diperlukan tenaga dan peralatan khusus misalnya masker dan tabung oksigen seperti yang dimiliki pasukan katak KKO.
Saat itu sudah pukul 03.00.
“Rombongan saya pulang untuk Salat Subuh dan istirahat karena mulai merasa flu,” kata Maulwi.
“Selanjutnya, saya perintahkan Letnan Kolonel Marokeh Santoso, Kepala Staf Resimen Tjakrabirawa, untuk menggantikan dan mewakili saya. Jadi, tidak benar sama sekali, berita yang mengatakan bahwa Presiden Soekarno mengetahui peristiwa penculikan G30S itu. Dan, tidak pernah ada perintah Presiden kepada kami untuk menghilangkan jejak para jenderal yang diculik.”
Baca Juga:
Penjelasan Resmi TNI AL Mengenai Video Viral Kapal Vietnam Tabrak Kapal Perang Indonesia di Natuna
FOTO: Proses Ijab Kabul Ammar Zoni dan Irish Bella, Adik Ibel Sean Ivan de Beule Jadi Wali Nikah
Fadli Zon Sebut Mahfud MD Ngawur, Yunarto Wijaya Singgung Klaim Kemenangan 02 di Pilpres 2019
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
NONTON VIDEO TERBARU KAMI DI YOUTUBE:
IKUTI FANSPAGE TRIBUN JAMBI DI FACEBOOK: