Ramalan Soeharto Terbukti, Namun Beberapa Tahun Sebelumnya 'The Smilling General' Lengser

Beberapa tahun sebelum lengser, Soeharto memaparkan beberapa ramalan. Itu ada dalam beberapa buku yang saat ini terbit.

Editor: Duanto AS
Facebook
Soeharto 

Beberapa tahun sebelum lengser, Soeharto memaparkan beberapa ramalan. Itu ada dalam beberapa buku yang saat ini terbit.

TRIBUNJAMBI.COM - Sisi lain tentang Soeharto banyak yang tidak mengetahui.

Kisah di balik kekuasaan Soeharto sebagai Presiden RI selama 32 tahun, dituliskan di beberapa buku.

"The Smilling General" kelahiran 8 Juni 1921 itu "lengser" pada 1998, didahului dengan gelombang besar aksi mahasiswa.

Itu terjadi setelah munculnya reformasi dan krisis multidimensi yang melanda Indonesia.

Baca Juga

 SETELAH KAMI KALAH Surat Grace Natalie Setelah Mengetahui Hasil Quick Count

 Foto-foto Ranty Maria Ternyata sudah Ada di IG Mischa sejak 2017, Benarkah Pengagum sejak Lama?

 Lowongan Kerja di Jambi April 2019, untuk lulusan SMA s/d S-1, Ini Syarat dan Nomor Telepon

 Mulan Jameela Lolos jadi Anggota DPR RI? Tak Mau Sesumbar dan Punya Nazar Seperti Ini

Saat itu, harga kebutuhan pokok meningkat pesat. Kondisi diperparah munculnya kerusuhan di berbagai kota di Indonesia. Mahasiswa berdemonstrasi besar-besaran di Jakarta.

Akhirnya, Soeharto memutuskan mundur dari jabatannya dari jabatan presiden.

Meski demikian, saat masih menjabat sebagai presiden, Soeharto ternyata pernah meramalkan kondisi yang akan dialami oleh Indonesia pada abad 21.

Itu seperti yang terdapat dalam buku "Sisi Lain Istana, Dari Zaman Bung Karno sampai SBY", karangan J Osdar.

Dalam buku yang terbit pada tahun 2014 itu, Osdar mengungkapkan bahwa ramalan tersebut disampaikan Soeharto pada 5 September 1996.

Tepatnya, saat menyampaikan pidato pembukaan Pekan Kerajinan Indonesia ke-7, di Istana Negara, Jakarta.

Saat itu, Soeharto meramalkan pada abad ke-21 peranan utama dalam kehidupan, dan pembangunan bangsa Indonesia terletak di tangan rakyat.

Soeharto saat dilantik jadi Presiden
Soeharto saat dilantik jadi Presiden (net)

"Beberapa tahun lagi abad ke-20 akan kita tinggalkan dan kita akan memasuki abad ke-21. Berbeda dengan abad ke-20, abd ke-21 yang akan datang adalah zaman yang mengharuskan semua bangsa meningkatkan kerja sama yang erat. Di lain pihak, juga merupakan zaman yang penuh dengan persaingan yang ketat," tulis Osdar menirukan ucapan Soeharto saat itu.

Lebih lanjut, menurut Soeharto saat itu pada tahun 2003 kawasan Asia Tenggara akan menjadi kawasan perdagangan bebas.

Selain itu, pada tahun 2010, kawasan Asia Pasifik akan membuka diri bagi masuknya barang dan jasa dari negara-negara berkembang sebagai wujud kerja sama APEC.

"Tahun 2020 kita harus membuk lebar-lebar pasar kita bagi produk-produk negara maju. Perkembangan ini akan membawa pengaruh besar bagi kehidupan dan pembangunan bangsa kita," kata Soeharto.

Soeharto seolah ingin menunjukkan pentingnya mengembangkan industri kecil dan kerajinan rakyat untuk menghadapi abad ke-21.

 Lowongan Kerja di Jambi April 2019, untuk lulusan SMA s/d S-1, Ini Syarat dan Nomor Telepon

 Daftar Anggota Polisi yang Meninggal Saat Tugas Pengamanan Pemilu 2019, Ada Jenderal Bintang 1

 Foto-foto Ranty Maria Ternyata sudah Ada di IG Mischa sejak 2017, Benarkah Pengagum sejak Lama?

Namun, dalam kenyataannya Soeharto jatuh sebelum memasuki abad ke-21.

Terkait dengan buku tersebut, pengamat buku Sukardi Rinakit menyatakan ramalan Soeharto itu benar adanya.

Menurutnya, krisis segala bidang pada tahun 1998 telah mencapai puncaknya.

Namun, ekonomi bisa selamat karena kreativitas rakyat dalam usaha kecil dan menengah.

"Krisis ekonomi 1998 teratasi karena kreativitas rakyat dalam usaha kecil dan menengah lagi. Berkat penyelamatan itu, usaha besar juga bisa tumbuh," ujar Sukardi.

Ucapan Soeharto ke Soekarno sebelum tumbang ini terbukti saat G30S/PKI terjadi

Sejumlah jenderal Angkatan Darat diculik pada tanggal 30 September 1965.

Peristiwa itu kemudian lebih dikenal sebagai G30S/PKI.

Sampai saat ini, peristiwa tersebut masih menjadi kontroversi.

Meski demikian, sejumlah tokoh pun juga pernah berbicara mengenai peristiwa itu, dan berbagai hal yang melatarbelakanginya.

Itu seperti yang disampaikan oleh seorang politisi yang pernah menjabat sebagai anggota MPR RI, Pontjo Sutowo.

Soeharto dan uang bergambar Soeharto
Soeharto dan uang bergambar Soeharto (Kolase/kompas.com)

Kisah itu disampaikan Pontjo dalam buku berjudul "Pak Harto, The Untold Stories".

Dalam buku itu, Pontjo menceritakan, suatu saat menjelang Konferensi Tingkat Tinggi APEC pada tahun 1994, dia pernah hanya berdua dengan Soeharto.

Kala itu, Soeharto sedang melakukan inspeksi persiapan acara di Istana Bogor.

Ruangan demi ruangan yang ada di Istana Bogor pun mereka lewati.

"Saya lewat sini bersama Bung Karno. Saya berbicara sangat dekat dengan Bung Karno untuk menyampaikan bukti keterlibatan Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam pemberontakan bersenjata," kata Pontjo menirukan ucapan Soeharto kala itu.

Pontjo menyebutkan, saat itu Soeharto mengaku sudah membawa barang bukti berupa senjata Tjung yang berhasil dirampas dari tangan Pemuda Rakyat di Lubang Buaya, setelah RPKAD masuk ke wilayah Halim.

"Bantuan senjata jenis ini dari RRC mengemuka ketika PKI mengusulkan dipersenjatainya kaum buruh dan petani sebagai Angkatan Kelima," ujar Pontjo.

Saat itu, Presiden Soekarno dalam kondisi sangat berkuasa.

Oleh karena itu, Soeharto pun berusaha meyakinkan Soekarno bahwa dirinya tidak bermaksud merebut pengaruh, dan kekuasaan dari tangan Soekarno.

Soeharto juga ingin menunjukkan bahwa PKI-lah yang berada di balik semua itu.

"Pak, ini bukti bahwa PKI mengkhianati Bapak," kata Pontjo menirukan ucapan Soeharto kepada Soekarno.

Bahkan, saat itu Soeharto juga sempat mengulangi kalimatnya kepada Soekarno.

"Saya waktu itu menghadap Panglima Tertinggi, kan?" kata Pontjo lagi-lagi menirukan perkataan Soeharto.

Dalam hati Pontjo pun bertanya-tanya tentang alasan Soeharto menceritakan masalah itu kepadanya.

"Yang pasti peristiwa itu menambah keyakinan saya bahwa Pak Harto sudah mengingatkan Bung Karno tentang pengkhianatan yang dilakukan PKI," tutup Pontjo.

Pemain film "Pengkhianatan G30S/PKI" ungkap alasan Soeharto tak pernah gunakan bahasa asing saat pidato

Dalam berbagai kesempatan, Soeharto tidak pernah menggunakan bahasa asing saat berpidato.

Soeharto memang selalu berpidato menggunakan bahasa Indonesia.

Hal itu berbeda dengan Soekarno.

Terkait hal itu, soerang pemain film yang juga pernah memerankan tokoh Soeharto dalam film "Pengkhiatan G30S/PKI", Amoroso Katamsi, mengungkapkan penyebab Soeharto tak pernah gunakan bahasa asing saat berpidato.

Dalam buku "Pak Harto, The Untold Stories", dia pernah menanyakan hal itu kepada orang dekat Soeharto, Gufron Dwipayana.

Soeharto
Soeharto (Facebook)

Menurutnya, terdapat dua alasan yang menyebabkan Soeharto selalu menggunakan bahasa Indonesia saat berpidato.

Alasan pertama karena Soeharto sangat menghargai bahasa Indonesia.

"Coba kamu lihat pemimpin-pemimpin dunia lainnya, misalnya dari Jepang atau China, mereka berpidato menggunakan bahasanya sendiri. Apalagi kalau berunding, kan mewakili bangsa, jangan sampai terjadi kesalahan karena akan berbahaya," katanya menirukan ucapan Soeharto.

Alasan lainnya, Soeharto khawatir penguasaan bahasa Inggrisnya kurang tepat untuk berunding.

"Jadi lebih baik orang lain yang ahli bahasa saja yang menerjemahkan omongan saya," lanjutnya menirukan Soeharto.

Baca kisah-kisah sejarah tokoh Indonesia di Tribunjambi.com.

Subscribe Youtube

 Rahasia Rayuan Maut Sopir Bus Bikin Siswi SMA (16) Mau Datang ke Kamar 2 Minggu, Terbongkar

 Sandiaga Uno Unggah Foto Saat Dirinya Diperiksa, Tak Berikan Selamat ke Prabowo Atas Kemenangannya?

 Kabar Duka Polri, Brigjen Pol Syaiful Zachri Meninggal saat Tugas Pantau Pemilu 2019 di NTT

 Siapa Sebenarnya Grace Natalie? Terungkap Suaminya Ahli Aplikasi-Inovasi dan CEO Perusahaan

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved