Kisah Militer RI
Kala Marinir TNI AL Ramai-ramai Ingin Serbu Singapura, Karena Sosok Usman dan Harun Dihukum Gantung
Kala Marinir TNI AL Ramai-ramai Ingin Serbu Singapura, Karena Sosok Usman dan Harun Dihukum Gantung
Djanatin memakai nama samaran Usman bin Haji Muhammad Ali dan Tohir memakai nama Harun bin Said.
Sasaran utama misi rahasia itu adalah melakukan sabotase di pusat Kota Singapura dengan berbekal bahan peledak seberat 12,5 kg.
Target yang harus diledakkan adalah gedung McDonald House yang berada di pusat keramaian kota.
Berbicara soal pasukan khusus, nampaknya Indonesia belum begitu familiar dengan nama Usman dan Harun.
Karena ketatnya penjagaan di perairan Singapura, ketiga infiltran itu menyamar sebagai pemasok barang dagangan ke Malaysia dan Singapura.
Baca Juga:
Live Streaming MasterChef 2019 Sore Ini, Tantangan Mysteri Box Safe Or Risk Episode 11 Live di RCTI
VIDEO: Foto-foto Kondisi Terbaru Ani Yudhoyono, Wajahnya Makin Pucat Ditemani SBY dan Annisa Pohan
Pemilihan Duta Kampus STISIP Jambi, Mereka Ikon Mahasiswa Perwakilan Kampus
Tak Hanya Sebut Indonesia lagi Sakit, Prabowo Subianto: Ibu Pertiwi sedang Diperkosa Saudara-saudara
Ketika sedang menyamar sebagai pedagang itulah, mereka mempelajari sasaran yang harus diserang termasuk rute bagaimana harus melahirkan diri.
Setelah merasa yakin dengan semua rencana yang sudah dimatangkan ketiga infiltran itu pun siap melancarkan serangan sabotase.
Saat menjelang fajar menyingsing tanggal 9 Maret 1965 ketiga infiltran itu berhasil mendarat di pantai Singapura dan menyusup masuk ke pusat Singapura.
Gedung McDonald yang menjadi sasaran sabotase berhasil diledakkan pada pukul 03.07 waktu setempat.

Saat kembali menuju perahu karet yang ditempatkan di lokasi tersembunyi mereka sengaja berpisah dengan Gani bin Aroep.
Taktik memisahkan diri itu bertujuan untuk menghindarkan kecurigaan aparat kepolisian yang telah melancarkan operasi pencarian secara besar-besaran.
Djanatin dan Tohir berhasil mencapai pantai, selanjutnya melarikan diri menggunakan perahu motor rampasan.
Namun, pelarian yang berlangsung pada 13 Maret 1965 itu mengalami kendala karena secara tiba-tiba mesin perahu mati.
Tak lama kemudian polisi perairan Singapura berhasil menemukan dan menangkap keduanya.
Usman dan Harun, oleh Singapura, dianggap sebagai pelaku terorisme dan bukan tawanan perang karena ketika sedang melancarkan misinya tidak mengenakan seragam serta identitas militer.
Baca Juga:
Naomi Zaski Ditemui Sule Tengah Malam, Ini yang Terjadi, Rizky Febian dan Sule Saingan Cewek Muda
Polres Tanjab Timur Jambi Kebanjiran Pendaftar Pembuatan SIM Online, Cek di Sini Syarat Untuk Daftar
Soekarno Marah Besar! Kerahkan Pasukan Khusus Siap Mati Untuk Ganyang Malaysia, Ini yang Terjadi
Inilah Proses Tes SIM Online, Banyak Peserta yang Gugur Pada Tahapan Ini
Setelah diadili kedua infiltran yang bertempur demi tugas negara itu akhirnya dijatuhi hukuman mati.
Langkap diplomatik untuk membebaskan keduanya pun diupayakan secara serius oleh Pemerintah RI.