Pemerintah Ingkar Beri Lahan, Kini Pemukiman Warga Tebing Jaya Justru Diserobot Pengusaha Sawit

Warga eks Unit Pemukiman Transmigrasi Tebing Jaya I, II, III dan IV Kabupaten Batanghari dirundung nestapa.

Penulis: Rian Aidilfi Afriandi | Editor: Teguh Suprayitno
ist
Sapi-sapi milik warga eks Unit Pemukiman Transmigrasi Tebing Jaya tumbuh besar. Sapi-sapi itu sebelumnya bantuan pemerintah sebagai ganti lahan usaha yang tak jadi diberikan. 

Solihin warga Tebing Jaya I justru berharap pemerintah mengajarkan mereka cara membuat Biogas. Menurutnya, jumlah kotoran sapi yang dikelola warga sangat banyak. Selama ini, kotoran sapi hanya dimanfaatkan untuk pupuk.

“Mungkin ke depan bisa dipakai untuk biogas. Karena potensi di sini besar. Kami perlu belajar,” katanya.

Solihin mengaku kompensasi lahan dalam bentuk sapi ini sangat bermanfaat. Tidak sia-sia. Menurutnya, sapi yang diberikan gemuk-gemuk, sehat dan sudah melewati proses karantina.

Baca: Tanpa Malu Soekarno Teteskan Air Mata Tangisannya saat Tahu Jenderal Kesayangannya Diculik & Dibunuh

Baca: Deretan 9 Film Box Office yang Bakal Tayang Bulan April 2019, dari Movie Horror hingga Superhero

Baca: Bakal Bagi-bagi Kursi Menteri di Kubu Prabowo-Sandi, TKD: Mereka sangat Haus Kekuasaan

Baca: Kampanye Jokowi di Brebes, Belum Sempat Pidato Pendukungnya Ada yang Pingsan

"Kami diberi tahu Dinas Sosial. Jangan diterima kalau tidak sesuai. Alhamdulillah bantuan sapinya sesuai dan gemuk-gemuk mas," katanya.

Sebelum diserahkan, sapi-sapi itu dikarantina dulu selama tiga hari. Kemudian, warga diajak mengukur tinggi dan kondisi sapi. Jika tak sesuai, mereka boleh menolak.

Setelah diterima pun, sapi-sapi itu masih dalam proses pengawasan dan pembinaan selama dua bulan. Kalaulah ada yang sakit, sapi itu segera diganti.

"Memang ada satu atau dua sapi yang sakit dalam masa pengawasan, tapi langsung diganti. Ada dokter hewan juga yang mengawasi selama dua bulan itu," kata Solihin.

Kepala Desa Tebing Jaya I Jaiz mengaku semua warga sudah mendapat kompensasi sapi. Menurutnya, hanya beberapa orang saja tidak menerima karena mereka enggan bantuan lahan diganti sapi.

Sehingga nama-nama mereka tidak diusulkan. Kades mengaku semua warga memperoleh sapi dalam keadaan sehat dan gemuk-gemuk. Ia dan warga bahagia karena bantuan itu sangat dirasakan manfaatnya.

"Program sapi itu memang sesuai minat warga," ujarnya.

Kades mengatakan, dua bulan pasca sapi disalurkan memang ada beberapa warga yang langsung menjual. Gara-gara ada kekhawatiran.

"Ada beberapa warga yang sapinya ditubo (di racun). Karena takut, yang lain ikut menjual. Tapi tidak banyak," atanya.

Baca: Detik-detik Pelaku Peluk Imam Masjid yang Ia Bunuh Disaksikan Istri Korban

Baca: Nurhidayah Dibunuh Tiga Pria Setelah Tolak Ajakan Hubungan Intim Berempat, Korban Sempat Berteriak

Baca: Kampanye Jokowi di Brebes, Belum Sempat Pidato Pendukungnya Ada yang Pingsan

Baca: Viral, Belum Ikhlas Putrinya Mati Gara-gara Tabrak Lari, Wanita di Demak Tidur di Atas Kuburan

Kades menjelaskan ada oknum yang sengaja meracuni sapi warga. Tujuannya, agar warga takut dan menjual sapi-sapi itu. Di luar sana, sudah ada penampung. Karena sapi-sapi bantuan itu gemuk-gemuk dan bagus-bagus.

"Orang nengok dagingnyo segar-segar. Terus ado oknum di sini yang sengajo nubo rumput-rumput. Warga yang takut terpaksa menjual sapinya. Tapi masih banyak warga yang tetap memelihara di kandang. Warga sangat senang," katanya.

Selain itu, Kades mengatakan sapi yang dijual warga diganti dengan membeli tanah sebagai tempat usaha. Sehingga tidak sia-sia.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved