Sama-sama Berbentuk Kereta, Apa Perbedaan dan Persamaan MRT & KRL? Bagaimana dengan Tarifnya?
Setelah pengoperasian kereta rel listrik (KRL) Commuter Line, Trans Jakarta, serta Kereta Rangkaian Listrik (KRL) Jabodetabek, kini muncul pendatang b
KONTAN mencatat stasiun-stasiun KRL memilih lebih banyak memasang sandaran berdiri daripada tempat duduk di area tunggu kereta.
Perihal area parkir, hampir semua stasiun KRL menyediakan area parkir, meski sebagian di antaranya hanya mampu menampung sepeda motor.
Adapun MRT baru menyediakan tiga kantong parkir (park and ride), satu di Lebak Bulus, dan dua di sekitar stasiun Fatmawati.
Namun demikian, para penumpang MRT yang butuh memarkir tunggangannya relatif tidak akan kesulitan menemukan tempat parkir karena setiap stasiun bedekatan dengan area parkir lain.
4. Tarif
Sama-sama menjadi transportasi umum, tarif keduanya berbeda. Tarif KRL Rp 3.000 hingga jarak 25 kilometer (km) pertama.
Penumpang KRL akan terkena tambahan tarif Rp 1.000 per 10 km berikutnya.
Berbeda dengan tarif MRT. Moda transportasi anyar ini mematok tarif berdasar jarak antar stasiun dengan patokan Rp 10.000 per 10 km.
Jarak maksimal Lebak Bulus-Bunderan HI bertarif Rp 14.000.
Baca: Cantiknya Istri Haji Isam Diunggah Nikita Mirzani & Beri #Restu, Apa Hubungannya dengan Syahrini?
Baca: Punya Bayi Kembar Tapi Tidak Mirip, Suami Curiga Sampai Tes DNA Ketahuan Dosa Istri
5. Jenis kereta
PT Kereta Commuter Indonesia mengimpor sebagian besar rangkaian kereta langsung dari Jepang.
Seluruh kereta yang diimpor merupakan kereta bekas yang sebelumnya digunakan oleh Tokyo Metro, operator KRL di Jepang.
Saat ini KRL mengoperasikan tujuh jenis kereta: JR 205, JR 203, TM 6000, TM 7000, 8000/8500, 05 Metro, 1000/5000, dan KFW2.
Terdapat 83 rangkaian yang melayani penumpang KRL, setiap rangkaian rata-rata terdiri dari 12 gerbong.
PT MRT Jakarta memesan rangkaian kereta baru juga dari Jepang, langsung dari Sumitomo Corporation dan Nippon Sharyo.