MAYAT dalam Karung Itu Tergeletak, Ada Luka Tembak di Kepala: Petrus Incar Preman Bertato

TRIBUNJAMBI.COM--Pada 1980-an suasana kota Yogyakarta tiba-tiba berubah menjadi mencekam.

Editor: ridwan
net
Ilustrasi 

Turunnya aparat militer dalam operasi OPK itu diakui sendiri oleh Letkol M.Hasbi yang saat itu menjabat sebagai komandan Kodim 0734 yang juga merangkap Kepala Staf Garnisun Yogyakarta. Meskipun cara kerja tim OPK itu tidak pernah diumumkan, modus operandinya mudah ditebak.

Tim OPK melakukan briefing terlebih dahulu, menentukan sasaran yang akan disikat, melaksanakan penyergapan pada saat yang paling tepat, saat korban berhasil ditemukan langsung ditembak mati atau dibawa ke suatu tempat dan dieksekusi.

Mayat korban yang tewas biasanya langsung dimasukkan karung atau dilempar ke lokasi yang mudah ditemukan.

Baca: TERUNGKAP Pesan Terakhir Rayhan Sebelum Tewas Dianiaya Senior: Mengejutkan, Dia Curhat Soal Ini

Hari berikutnya tim OPK bisa dipastikan akan mengecek hasil operasinya lewat surat kabar yang terbit hari itu sambil memberikan penilaian terhadap kehebohan yang berlangsung di masyarakat.

Aksi OPK melalui modus Petrus itu dengan cepat menimbulkan ketegangan dan teror bagi para pelaku kejahatan secara nasional karena korban OPK di kota-kota lainnya juga mulai berjatuhan.

OPK yang berlangsung secara rahasia itu secara psikologis justru merupakan tindakan menekan angka kriminalitas yang dilaksanakan terang-terangan.

Di tingkat nasional sendiri operasi rahasia untuk menumpas para bromocorah itu malah bisa dirunut secara jelas meskipun pelakunya tetap misterius.

Baca: Jadi Pembicara Acara BSN, Ihsan Yunus: Standarisasi UMKM di Jambi Penting untuk Bersaing di Nasional

Pada tahun 1982 misalnya, Presiden Soeharto memberikan penghargaan kepada Kapolda Metro Jaya saat itu, Mayjen Pol Anton Soedjarwo atas keberhasilannya membongkar aksi perampokan yang meresahkan masyarakat.

Selain mampu membongkar aksi perampokan, Anton Soedjarwo juga dinilai sukses dalam melancarkan aksi OPK. Pada Maret tahun yang sama pada acara khusus yang membahas masalah pertahanan dan keamanan, Rapim ABRI, Presiden Soeharto bahkan meminta kepada Polri (masih menjadi bagian dari ABRI) untuk mengambil langkah pemberantasan yang efektif dlam upaya menekan angka kriminalitas.

Keseriusan Soeharto agar Polri/ABRI menggencarkan operasi yang efektif untuk menekan angka kriminalitas bahkan kembali diulangi dalam pidato kenegaraan pada 16 Agustus 1982.

Baca: 3 Pemilik Zodiak yang Ternyata Rajin Bergosip, Diluar Bilang Nggak Ternyata Malah Ratunya Gosip

Karena permintaan atau perintah Soeharto disampaikan pada acara kenegaraan yang istimewa, sambutan yang dilaksanakan oleh petinggi aparat keamanan pun sangat serius.

Permintaan Soeharto itu sontak disambut Pangkopkamtib Laksamana Soedomo melalui rapat koordinasi bersama Pangdam Jaya, Kapolri, Kapolda Metro Jaya dan Wagub DKI Jakarta yang berlangsung di Markas Kodam Metro Jaya 19 Januari 1983.

Dalam rapat yang membahas keamanan di ibukota itu kemudian diputuskan untuk melaksanakan operasi untuk menumpas kejahatan bersandi, Operasi Celurit di Jakarta dan sekitarnya.

Operasi Celurit itu selanjutnya diikuti oleh Polri/ABRI di masing-masing kota serta provinsi lainnya.

Dari segi jumlah, Operasi Celurit yang notebene merupakan aksi Petrus itu, pada tahun 1983 berhasil menumbangkan 532 orang yang dituduh sebagai pelaku kriminal.

Baca: Alasan Sepi Job, Eddo Idol Susul vokalis Band Zivilia Zulkifli ke Penjara Atas Kasus Narkoba

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved