Prajuritnya Makan Tempe, Pilot TNI AU Ini Marah, Buang Makanannya saat Tahu Para Jenderal Makan Enak
Dia adalah Marsekal Muda Leo Wattimena. Pilot jagoan sepanjang sejarah TNI AU. Ya, sosok pendek dan kekar itu merupakan pilot andalan TNI AU
Dua tahun kemudian dia kembali dikirim ke Rusia untuk mempelajari jet tempur MiG 15 dan 17.
Baca Juga:
4 Hari Hilang di Hutan Kerinci, Tim Gabungan Belum Temukan tanda-tanda Warga Pentagen yang Hilang
UPDATE SKOR! Manu Dzalilov Cetak Gol Kedua Persebaya Surabaya vs Persib Bandung Skor 2-1
8 Pelaku Illegal Drilling di Batanghari Divonis Delapan Bulan
UPDATE SKOR! Laga Persebaya Surabaya vs Persib Bandung, Skor Terkini 3-1, Persib Masih Tertinggal
Aktivis HAM Robertus Robet Dipulangkan Kamis Sore, Ungkap Permintaan Maaf Bila Dirasa menghina ABRI

Pesawat terbaik pada masa itu. Lalu dia ke Mesir untuk mempelajari aneka teknik pertempuran.
Karir Leo melesat secepat pesawat jet yang dikemudikannya. Mulai dari komandan skadron pesawat pancar gas hingga menjadi Panglima Angkatan Udara Mandala dengan pangkat Komodor Udara tahun 1962.
Usianya saat itu baru 35 tahun dan sudah menjadi jenderal bintang satu.
Komodor Leo Wattimena juga dikenal egaliter dan selalu memperhatikan para prajuritnya lebih dulu. Saat mempersiapkan misi penyerbuan Irian Barat,
Leo melihat para prajurit cuma diberi makan tempe. Padahal mereka akan diterjunkan di belantara Irian dan belum tentu pulang dengan selamat.
Sementara itu, Leo melihat para jenderal yang cuma duduk-duduk di belakang meja enak-enak makan daging ayam.
Leo marah besar. Dibuangnya jatah makanannya sebagai bentuk protes untuk anak buah yang mau bertempur.
Itulah Leo, pilot dan komandan jagoan yang sangat peduli pada prajurit rendahan.
Baca Juga:
Fahri Hamzah Sebut Robertus Robet Lawan Debat yang Berat Usai Kabar Penangkapan Dosen UNJ Itu
Gollll Live Score Live Streaming Persib vs Persebaya Nonton Via HP, Erwin Ramdani Cetak Gol
Erwin Ramdani Cetak Gol, Persib Bandung Unggul Sementara dari Persebaya di Piala Presiden 2019
Lelaki Berpakaian Preman Ini Jaga Jokowi saat Naik KRL, Ternyata Sosok Itu Adalah Danpaspampres
Setelah Presiden Soeharto berkuasa, satu per satu Jenderal yang dianggap sebagai saingan atau membahayakan dikirim sebagai Duta Besar. Istilah Orde Barunya Didubeskan.
Mayjen Hartono, komandan Kko TNI AL (kini Marinir), dikirim sebagai Duta Besar di Korea Utara. Sementara Marsekal Muda Leo Wattimena menjadi Duta Besar di Italia.
Mayjen Sarwo Edhie Wibowo awalnya juga hendak dibuang ke Moscow, namun tidak jadi. Belakangan Sarwo didubeskan di Korea Selatan.
Semangat Leo langsung hilang. Menjadi Dubes berarti harus berpisah dengan pesawat tempur kesayangannya.
Seumur hidup yang dicita-citakan Leo hanya menjadi pilot tempur bukan diplomat berdasi.

Setelah masa dinasnya habis, Leo kembali ke Indonesia.
Kondisi kesehatannya terus memburuk. Dia meninggal dunia dalam usia 47 tahun. Jenazah Marsekal Muda yang berani itu dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata.
Nama Leo Wattimena diabadikan sebagai nama Lapangan Udara di Moro.
Baca Juga:
Debut di Liga Champions, Ini Profil Mason Greenwood, Pemain Termuda Dalam Sejarah di Liga Champions
Siapa Mason Greenwood? Profil Pemain Termuda Man United Ukir Sejarah Saat Debut di Liga Champions
Penyamaran Komandan Paspampres Bagai Copet, Naik KRL Bareng Jokowi Tapi Tak Terdeteksi
Profil Leo Wattimena
Dikutip dari Wikipedia, Marsekal Muda TNI (Anumerta) Leonardus Willem Johanes Wattimena (lahir di Singkawang, Kalimantan Barat, 3 Juli 1927 – meninggal di Jakarta, 18 April 1976 pada umur 48 tahun) adalah seorang perwira dan penerbang AURI yang terkenal di era 1950-1960-an.