Kemampuan Mengerikan Tatang Koswara Sniper Legendaris TNI yang Dilatih Kopassus, Pas Kepala Korban
Sniper, atau penembak runduk, merupakan seorang prajurit yang secara khusus terlatih untuk mempunyai kemampuan membunuh musuh
Namun, sebagai personel organik di satuannya, Tatang juga masih aktif bertugas di lingkungan Pussenif dan menjabat sebagai Bintara Komandan Peleton Komunikasi (Baton Tonkom) berpangkat Sersan Satu (Sertu).
Tugas utama Tatang di Pussenif adalah menguji persenjataan tempur ringan TNI AD setelah diperbaiki atau dikembangkan seperti senapan AK-47 dan G-3.
Baca: Ketika Benny Moerdani Bertemu Sniper SAS yang Batal Menembaknya Mati, Hingga Benny Berucap Hal ini
Baca: Kasus Istri Bunuh Suami Saat Tidur, Jaksa Tuntut Ester Nazara Bersalah, Vonis Siap Dibacakan Hakim
Baca: Benarkah Andi Arief Kerap Karaoke Jam 1 Malam, Pulang Lewat Pintu Darurat hingga Bawa Pemandu Lagu?
Kadang Tatang menguji banyak senapan serbu dengan cara menembakkan ke sasaran sehingga melalui kesempatan uji senjata itu akurasi tembakan jitunya selalu terpelihara.
Tatkala tiba di Timor Timur pada tahun 1977, Tatang yang membawa lengkap perlengkapan tempur sniper seperti pakaian kamlufase, senapan andalan Winchester M-70 yang sudah dilengkapi peredam, teleskop untuk keperluan tempur siang dan malam, peluru-peluru kaliber 7.62 mm yang dibuat khusus oleh AS, dan senapan serbu AK-47 sebagai wahana untuk melancarkan raid, sudah gatal untuk segera bertempur bersama para sniper dari satuan Kopassus.
Tapi tugas awal Tatang, seperti diperintahkan oleh Kolonel Edi Sudarajat sendiri, ternyata hanya mengawal Dansatgas Pamungkas itu yang dalam perannya sebagai Dansatgasus juga harus turun ke medan tempur.

Pengawalan Tatang terhadap Kolonel Edi pun bersifat pribadi dalam artian jika Dansatgasus itu diserang musuh, Tatang harus siap sebagai tameng hidup dari terjangan peluru.
Tugas sebagai pengawal pribadi Dansatgasus itu lama-lama membuat Tatang kurang berperan maksimal sebagai seorang sniper yang baru lulus dari didikan Green Beret.
Apalagi sesuai dengan doktrin pendidikannya, seorang sniper bukan hanya bertugas melaksanakan pengawalan tapi harus mampu menembus wilayah musuh secara senyap untuk melaksanakan missi intelijen.
Selain itu, sniper yang berhasil memasuki jantung wilayah musuh tanpa terdeteksi juga bertugas menciptakan kekacuan dengan cara melumpuhkan sasaran terpilih, khususnya komandan tertinggi yang bertugas mengendalikan jalannya peperangan.
Demi bisa menjalankan fungsi sniper yang sesungguhnya di medan tempur, Tatang pun kemudian memberanikan diri untuk minta ijin kepada Kolonel Edi untuk masuk ke medan tempur lawan dan ternyata diperbolehkan.
Tatang terjun dalam pertempuran di kawasan Lautem, Lospalos Utara, dan masih menghadapi perlawanan sengit dari Fretilin.
Melalui taktik perang gerilya yang dterapkan di kawasan pegunungan dan pantai, pasukan TNI harus bertempur mati-matian untuk menghancurkan kekuatan Fretilin.
Tatang untuk pertama kali menembak mati targetnya yang bertempur menggunakan senapan otomatis dalam pertempuran terbuka di Lautem.
Tembakan awal yang sempat mengguncang jiwanya karena dirinya ternyata telah membunuh manusia.
Tapi karena Tatang menyadari bahwa di medan perang seorang tentara hanya mengenal doktrin dibunuh atau membunuh, untuk menjatuhkan sasaran tembak berikutnya ia sudah merasa biasa.
