Harta Karun Emas Soekarno di Sungai Batanghari, Ternyata Ini Asal Emas yang Terlarut di Aliran Air
Di balik panjangnya aliran Sungai Batanghari, ternyata ini asal emas yang terbawa arus sungai. Pernah juga warga menemukan perhiasan ...
Namun, keberadaan emas di hulu-hilir Sungai Batanghari dipastikan ada.
"Bisa saja terdapat kandungan emas tercampur di sana, namun untuk berapa kandungannya saya tidak bisa menyatakan besarnya," kata Irmansyah Rachman.
Kandungan emas yang bercampur sedimentasi pasir sungai tersebut belum dapat diprediksi tinggi rendahnya.
Kala itu, Irmansyah menyebut bahwa jenis emas yang berada di endapan tersebut adalah sekunder.
Jenis ini bukan seperti tambang-tambang emas seperti kebanyakan diketahui orang, melainkan larut terbawa dalam air.
"Jenisnya sekunder aluvial akibat terbawa arus air kemudian mengendap," jelas Irmansyah.
Asal emas yang larut
Sungai Batanghari panjangnya sekira 800 Km. Mata airnya berasal dari Gunung Rasan (2585 mdpl) dan yang menjadi hulu dari Batanghari adalah danau yang sekarang masuk kepada wilayah Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat.
Air Batanghari itu mengalir ke selatan sampai ke daerah Sungai Pagu, sebelum berbelok ke arah timur.
Alirannya ke beberapa daerah. Seperti di Provinsi Sumatera Barat dan Jambi, seperti Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Batanghari, Kota Jambi, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebelum lepas ke perairan timur Sumatera dekat Muara Sabak.
Wikipedia menuliskan pada Sungai Batanghari ini ada banyak sungai lain yang bermuara padanya di antaranya Batang Sangir, Batang Merangin, Batang Tebo, Batang Tembesi, dan lain sebagainya.

Sistem aliran sungai ini membawa banyak deposit emas, sehingga muncul nama legendaris Swarnadwipa ("pulau emas") yang diberikan dalam bahasa Sanskerta bagi Pulau Sumatera.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari merupakan DAS terbesar kedua di Indonesia, mencakup luas areal tangkapan (catchment area) sekira 4,9 juta Ha. Sekitar 76 persen DAS berada pada provinsi Jambi, sisanya berada pada Provinsi Sumatera Barat.
Namun, kondisi DAS mulai rusak karena adanya aktivitas pertambangan dan kegiatan pengusahaan (eksploitasi) hutan yang dilakukan secara mekanis sepanjang aliran sungai.
Kerusakan terjadi di alur sungai, erosi di tepian sungai, pendangkalan atau sedimentasi yang tinggi di sepanjang aliran DAS Batanghari terutama sebelah hilir.