Kisah Nekat IPDA Bambang yang Selamatkan Pilot dari Drama Pembajakan Pesawat Pertama di Indonesia
Dari sederet peristiwa, pembajakan pesawat komersial yang pertama di Indonesia dialami pesawat Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 171.
Kerahkan Kopasgat
Pada tahun-tahun itu, otoritas keamanan, seperti kepolisian dan TNI AU, masih awam dengan kasus pembajakan pesawat.
Namun, Komandan Lanud Adisucipto bergegas mengerahkan pasukan Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Cepat, sekarang Paskhas) TNI AU, untuk mengepung pesawat yang parkir di apron dengan mesin masih menyala.
Tak lama kemudian, petugas kepolisian Koresko 961 (Komando Resort Kepolisian Kota) Yogyakarta di bawah pimpinan Letnan Kolonel Polisi Sujono telah berada di ruang operasi bandara, untuk membicarakan strategi pembebasan sandera.
Sempat kebingungan
Sudah beberapa menit berlalu, tapi otoritas keamanan setempat masih bingung mencari cara membebaskan para sandera. Saat itu belum ada pengalaman dan SOP.
Seorang intelijen polisi bernama Inspektur Polisi Tingkat II (IPDA) Bambang Widodo Umar, tidak diijinkan masuk ke kawasan bandara, lantaran berpakaian preman.
Dari rel kereta api di dekat kawasan bandara, alumni Akabri Kepolisian 1971, itu melihat sebuah pesawat baling-baling dengan mesin masih menyala persis di apron bandara.
Bambang yang masih 24 tahun baru 5 bulan lulus Akmil. Sebagai perwira intel, dia tidak berseragam polisi. (24 tahun). Perawakan tubuhnya tidak terlalu besar masih seperti anak SMA.
Bedanya, dia menyelipkan sebuah revolver Colt Special besar di pinggangnya.
Setelah melambung melewati berbagai jalan tikus, Bambang akhirnya bisa masuk ke ruang tunggu penumpang.
Di ruang tunggu tersebut sudah ramai pejabat dan petinggi aparat keamanan. Ada Pangkowilhan II, Danrem, Dantares, dan Danres Yogjakarta, semuanya sedang berkoordinasi.
Dalam suasana tersebut, percakapan detail antara pembajak hanya berlangsung dengan petugas menara Air Traffic Control (ATC) yang selanjutnya diteruskan ke para pejabat di ruang tunggu.

Dari pembicaraan para jenderal dan petinggi keamanan yang terdengar oleh Bambang, sempat menyebut-nyebut pembajak minta uang tebusan sebesar Rp 20 juta.
Namun, uang sebanyak itu disebut-sebut tidak bisa didapatkan, karena uang yang dikumpulkan dari bank-bank di Yogyakarta pun tidak mencapai jumlah sebanyak itu.