Info Kesehatan

Kanker Sudah Ada Sejak Jaman Purba, Ilmuwan Bergerak Temukan Obatnya Meski Sempat Gagal

Kanker menjadi satu diantara penyakit yang paling banyak menjadi penyebab kematian di Indonesia, bagaimana sejarah dan pengobatannya?

Editor:
Obat tekanan darah pemicu kanker. (Medical Today) 

Tapi para peneliti bersemangat tentang berbagai aplikasi yang berbeda.

"Kita bisa membayangkan akan ada kanker tertentu di mana mekanisme ini kami targetkan benar-benar menjadi pengendali kanker, dan kemudian dalam situasi lain mungkin lebih bermanfaat sebagai terapi untuk mencegah kambuh," katanya.

"Tapi kami kira tidak semua kanker di bawah setiap keadaan akan rentan, dan ini karena kami menargetkan mekanisme tertentu, daripada hanya pertumbuhan secara umum.".

Pernah Gagal

Menurut Dr Thomas, sejumlah perusahaan farmasi besar telah mencoba mengembangkan obat di masa lalu yang dapat menghambat mekanisme sel di pusat penelitian ini.

Sayangnya, mereka gagal.

"Ini adalah kelas protein yang sangat sulit untuk ditargetkan... ia bahkan dianggap mungkin tidak dapat diolah," katanya.

"Kami memulai ini 10 tahun yang lalu dan menyaring hampir seperempat juta senyawa yang berbeda," sambungnya.

Dia juga menjelaskan, butuh beberapa tahun untuk mengembangkan senyawa sangat spesifik yang hanya menargetkan proses tertentu (yang diminati peneliti).

Baca: Update Hasil Pertandingan Myanmar vs Indonesia U22, Rahmad Irianto Samakan Kedudukan

Baca: Ani Yudhoyono Jalani Terapi Injection & Obat Untuk Bunuh Sel Kanker, Ada yang Bikin AHY Terharu

Baca: Video Insiden Kecelakaan 21 Mobil Pembalap NASCAR Daytona 500

"Kemudian butuh beberapa tahun untuk menunjukkan ini benar-benar berhasil dalam model laboratorium," tegasnya.

"Butuh waktu sekitar satu dekade untuk sampai ke titik ini... dan 52 orang telah terlibat," kata Dr Thomas.

Dr Thomas mengatakan, langkah selanjutnya adalah mencari kemitraan industri untuk mengambil konsep obat baru ini diujicobakan pada manusia.

"Sangat penting bahwa kami memastikan perawatannya aman, sehingga kami perlu melakukan banyak studi keamanan dan kemanjuran sebelum kami dapat mengatakan bahwa ini siap untuk diluncurkan di klinik," jelas Dr Thomas.

Penelitian ini merupakan kolaborasi jangka panjang antara Walter and Eliza Hall Institute of Medical Research, Universitas Monash, Cancer Therapeutics CRC, The University of Melbourne, Pusat Kanker Peter MacCallum, dan CSIRO.

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved