Nasib Jenderal yang Menegur Soeharto di Meja Biliar, Benny Dapat Pembalasan 'Tragis' Kemudian Hari

Soeharto ternyata tidak terima oleh teguran Benny yang dianggap sangat kurang ajar. Setelah itu,

Editor: Duanto AS
IST
Benny Moerdani saat Operasi Seroja di Timor Timur 

Soeharto ternyata tidak terima oleh teguran yang dianggap sangat kurang ajar. Belakangan Benny Moerdani menerima 'pembalasan'

TRIBUNJAMBI.COM - Benny Moerdani merupakan pria berkepribadian keras. 'Raja intel' yang pernah buat geram Presiden ke-2 Indonesia.

Mungkin dia Jenderal TNI yang berani menegur Soeharto secara langsung, sehingga kariernya berakhir.

Ada banyak cerita tentang Soeharto sebagai Presiden RI ke-2, namun jarang yang mengetahui kisah ini.

Sejak masih berpangkat Kapten TNI AD dan menjadi anggota Kopassus, Benny Moerdani sudah menjalin hubungan yang akrab dengan Soeharto.

Dalam buku Benny Moerdani Yang Belum Terungkap, Tempo, PT Gramedia, 2015 dan Benny Moerdani Profil Prajurit Negarawan, Julius Pour, Yayasan Kejuangan Panglima Sudirman 1993, hubungan dua tokoh itu diulas dengan menarik.

Baca: Rahasia Soeharto Bisa Bertahan di Jajaran Jenderal, Meski Kerap Tak Sepemikiran dengan Soekarno

Baca: Daftar Mantan Danjen Kopassus di Kubu Jokowi dan Prabowo, Perang Jenderal di Pilpres 2019

Baca: Ayah dan Anak Masuk Prajurit Kopassus, Akhirnya Semua Jadi Jenderal TNI, Ini Aksinya

Baca: Spesial Februari, Honda Berikan Diskon Ratusan Ribu dan Kesempatan Menang Lucy Draw

Baca: VIDEO: Jadwal Pertandingan Piala Indonesia Persebaya Vs Persinga, Kick Off Pukul 15.30 WIB

Hubungan itu dimulai sejak era 1960-an, saat Soeharto sudah berpangkat Mayor Jenderal.

Soeharto sangat mengagumi Benny karena piawai dalam strategi tempur. Selain itu, Benny cerdas dalam memecahkan masalah secara intelijen.

Urusan pelik, baik di dalam maupun di luar negeri, selalu dipercayakan kepada Benny yang dikenal sangat loyal terhadapnya.

Misalnya ketika Indonesia terlibat konflik politik dan militer dengan Malaysia pada 1964.

Pak Harto yang merasa pemecahan masalah secara militer tidak menguntungkan Indonesia, lalu memutuskan mengambil langkah intelijen serta diplomasi.

Akhirnya, Indonesia dan Malaysia kembali berdamai serta terhindar dari bentrok militer yang bisa merugikan kedua negara.

Soeharto dan Benny Moerdany
Soeharto dan Benny Moerdany ()

Ketika Soeharto menjabat presiden kedua, hingga lebih dari 30 tahun (1967-1998), Benny Moerdani terus dipercaya sebagai ‘tangan kanan’ Pak Harto.

Benny menangani masalah keamanan, hubungan diplomatik dengan negara lain, sekaligus pengawal presiden yang loyal dan setia.

Tapi meski menjadi seorang loyalis Soeharto, Benny ternyata seorang yang kritis dan berani memberi masukan serta teguran kepada presiden.

Benny Moerdani memang berprinsip. Meskipun seorang loyalis Pak Harto, Benny bukan tipe penjilat dan suka menjatuhkan orang lain dengan memberikan informasi tidak benar.

Dia berprinsip harus bisa menjauhkan Soeharto dari orang-orang yang suka menjilat atau orang yang suka menfitnah demi mendapat perhatian Soeharto.

Para menteri risau

Pada 1984, sejumlah menteri merasa risau dengan anak-anak Soeharto yang sudah tumbuh dewasa dan mulai berbinis tapi dengan cara memanfaatkan kekuasaan bapaknya.

Bisnis anak-anak Soeharto bahkan merambah ke soal pembelian alutsista yang seharusnya ditangani pemerintah dan ABRI/TNI bukan oleh warga sipil.

Ketika ada kesempatan bermain billiar dengan Soeharto, Benny Moerdani yang saat itu menjabat sebagai Panglima ABRI memberanikan diri ‘menegur’ Pak Harto.

Teguran Benny Moerdani ke Soeharto itu terkait bisnis anak-anaknya yang sudah merambah ke mana-mana dan terkesan memonopoli.

Soeharto ternyata tidak terima oleh teguran Benny yang dianggap sangat kurang ajar.

Setelah itu, hubungan Pak Harto-Benny Moerdani memburuk.

Benny Moerdani kemudian dicopot dari jabatan Panglima ABRI, meski belakangan Soeharto menolak jika disebut pencopotan Benny akibat ‘teguran maut’ yang telah dilakukannya.

Suatu hari, pada Agustus 2004, Soeharto menjenguk Benny yang sedang sakit keras dan terbaring di Rumah Sakit RSPAD, Jakarta.

Di depan Benny, Soeharto secara terus-terang mengakui bahwa teguran yang pernah dilontarkan Benny pada 1984 ternyata benar.

Akibat bisnis anak-anaknya yang ikut memicu krisis ekonomi dan kemarahan rakyat terhadap keluarga Pak Harto, pada 21 Mei 1998, kekuasaan Pak Harto tumbang.

Soeharto juga mengatakan kepada Benny, jika teguran itu dipatuhi, dia tidak akan sampai lengser dari kursi presiden akibat demo besar-besaran dan kerusuhan sosial yang terjadi di mana-mana.

Karier militer Benny Moerdani:

- RPKAD, Kopassus
- Berbagai operasi militer: pembajakan pesawat Garuda Indonesia Penerbangan 206 pada 1981
- Asisten Intelijen Menteri Pertahanan dan Keamanan
- Asisten Intelijen Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib)
- Kepala Pusat Intelijen Strategis (Pusintelstrat)
- Wakil Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin)
- Pangkopkamtib.
- Panglima ABRI

Karier pemerintahan:

- Kepala Konsulat Indonesia di Malaysia Barat.
- Menteri Pertahanan dan Keamanan
- Konsul Jenderal Indonesia di Korea

Kisah-kisah Kopassus dapat dibaca di Tribunjambi.com.

Baca: Pramugari Garuda Indonesia Duduk Membeku Ketakutan, Peluru Kopassus Berhamburan Dalam Pesawat

Baca: Mayor Umar Nekat Minum Air Aneh Suguhan Warga, Kisah Kopassus Jinakkan 3.000 Pemberontak Sudan

Baca: Misi 16 Prajurit Kopassus di Lembah X, Bongkar Fakta Tentang Suku Kanibal di Papua

Baca: Danjen Kopassus Tiba-tiba Telan Telur Ular Sanca, Calon Kopassus Terkejut Lihat Aksi Kolonel Moeng

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved