Selamat Jalan Sajjad Jacob, Pria Afganistan yang Tewas Bakar Diri Saat Digeledah Polisi
Sajjad Jacob (24) warga Afganistan di Rudenim Manado meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif di RSUP Kandou.
TRIBUNJAMBI.COM - Sajjad Jacob (24) warga Afganistan di Rudenim Manado meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif di RSUP Kandou. Sebelumnya ia melakukan aksi bakar diri pada Selasa (06/02/2019).
Lulusan Unsrat Manado ini menghebuskan napas terakhir setelah berjuang melawan derita luka bakar selama sepekan terakhir dirawat di
Jenazah Sajjad sudah dimakamkan di Malendeng pada Kamis (14/2/2019)
Saat dirawat, Sajjad mengungkapkan aksi nekatnya tersebut karena petugas rudenim dan kepolisian memaksa masuk ke area kamarnya.
Aksi bakar diri tersebut membuat pamannya yang berada dekat ikut terbakar.
Baca: (VIDEO) Gocekan Junior Cristiano Ronaldo Kecoh Lawan, Skill of the Day Liga Europa 2018-2019
Baca: Digaji Rp 1 Juta per Bulan, Anak Dibawah Umur Layani Pijat Plus-Plus
Baca: Relawan Demokrasi Berikan Pendidikan Pemilih Warga Binaan di Lapas Klas IIA Jambi
Sajjad mengungkapkan dia dan penghuni lain terus melakukan protes ke PBB terkait status mereka dalam beberapa tahun terakhir.
Mereka unjuk rasa hingga mogok makan untuk mendapatkan status sebagai pengungsi sebelum dideportasi ke negara tujuan.
Dia merasa hidup di rudenim seperti dalam penjara.
"Selama ini PBB terlebih khusus UNHCR telah menginjak hak kami. Sebab selama 20 tahun ini mereka tidak pernah lanjuti janji mereka," ujar aktivis HMI ini saat ditemui di RSUP Kandou kepada tribunmanado.co.di pada Sabtu (9/2/2019).
Atas aksi protes tersebut, dia dan keluarganya didatangi petugas dan kepolisian untuk digeledah.
Tampaknya sakit makin parah karena sudah menolak diwawancarai pada Minggu 9 Februari.
Dia mengaku kesakitan dengan luka-luka itu.
Baca: Dikira Mainan, Granat Dipukul Hingga Meledak, Seorang Bocah 10 Tahun Tewas
Baca: Insiden Lion Air JT-780 Pesawat Terbalik di Udara, Penumpang Histeris, Manajemen Beri Jawaban
Baca: Viral - Dua Bocah SD Temukan Alat Pendeteksi Kebocoran Gas LPG
Kepala Rudenim Manado Arther Mawikere mengatakan status penghuni rudenim final reject atau ditolak sebagai pengungsi.
“Yang jelas status mereka final reject, dan sejak 01 Februari 2019 berada dalam pengawasan Imigrasi sesuai surat UNHCR 31 Januari 2019. Termasuk Internasional Organizations for Migrations yang telah memutus pemberian fasilitas mereka, oleh karena ulah dan perbuatan mereka yang menolak beberapa kali pihak UNHCR untuk menemui mereka. Sehingga status mereka adalah Immigratoir,” ujar Mawikere kepada tribunmanado.co.id pada Sabtu (9/2/2019)
Pihaknya meminta bantuan polisi untuk mengecek kamar para penghuni karena pagar menuju kamar sudah ditutup.
Saat itulah Sajjad yang menolak digeladah melakukan aksi bakar diri.
Sayang, aksi nekad Sajjad yang gigih memperjuangkan nasibnya dan pencari suaka lain justru menyebabkan nyawanya hilang.
Sang pahlawan pencari suaka yang bergaul akrab dengan warga Manado ini sudah dimakamkan.
Kematian Sajjad meninggalkan duka, banyak protes pun dilayangkan warganet Manado terkait kematian Sajjad.
Sajjad dan keluarga memang sudah hampir 10 tahun tinggal di Manado setelah sebelumnya tinggal di NTB selama 10 tahun.
Baca: Siapakah Achmad Zaky? CEO Bukalapak Tulis Cuitan yang Bikin Netizen Terbelah, Ternyata dari Sragen
Baca: Hotman Paris Pertanyakan Undangan Nikah Syahrini dan Reino Barrack, Benarkah Seminggu Lagi?
Baca: Pasca Ahmad Dhani Ditahan, Benarkah Santunan Korban Kecelakaan Maut Dikabarkan Berkurang?
Alasan kemanusian tentu membuat banyak orang berempati atas peristiwa menimpa Sajjad.
Namun, ada hukum internasional yang harus dipatuhi dalam perjuangan para pencari suaka tersebut.
Apalagi Indonesia bukan negara peratifikasi konvensi Wina tentang pengungsi.
Sehingga tidak ada kewajiban untuk mengurus pengungsi.
Para pencari suaka tersebut hanya titipan yang kapanpun bisa dideportasi.
Kini, jenazah Sajjad sudah dimakamkan pada Kamis (14/2/2019).
Amar Karim, keluarga Sajjjad mengungkapkan sebagai warga yang lari dari negaranya, kedatangan mereka hanya untuk mendapatkan kedamaian. Indonesia dia anggap sebagai negara yang mampu memberi kedamaian itu.
"Kami pihak keluarga sangat berterima kasih atas bantuan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia membantu kami lebih dari keluarga kami, lebih dari negara kami," ujar dia
Dia menyebut, kebaikan yang mereka rasakan tidak hanya setahun melainkan sudah 20 tahun, yakni 20 tahun di Nusa Tenggara Barat dan 10 tahun di Manado.
"Karena masyarakat Indonesia kami bisa bernapas. Keluarga kami telah mendapatkan kehangatan yang diberikan masyarakat Indonesia selama ini. Kami berharap dukungan penuh dari Masyarakat Indonesia,” lanjut dia.
Banyak warga Manado bahkan aktivis yang datang memberikan penghormatan terakhir kepada Sajjad.
Para penghuni rudenim dan warga Manado mengenalnya pun akan terus merindukan sosok pemberani dan berpegang teguh pada kebenaran itu.