Pasukan Amerika Kelabakan Menghadapi Gerilyawan Vietkong: Mereka Punya Ranjau dan Terowongan
TRIBUNJAMBI.COM---Bayangkan, di bawah, di atas, di kiri-kanan semua tanah. Di Terowongan Cu Chi itulah
Apakah bisa membunuh orang kulit hitam maupun putih? "Saya meyakinkan mereka bahwa peluru mereka akan membunuh, asal ditembakkan di tempat yang tepat. Saya juga memberi tahu bahwa peluru Amerika juga akan membunuh mereka sama mudahnya. Empat hari kemudian, orang Amerika benar datang. Saya melihat dengan hati berat helikopter yang tak henti-hentinya menurunkan orang."
Hari-hari pertama di sana tidak tampak aktivitas VC, tetapi ada saja orang GI yang tertembak senapan Vietcong. Namun, 11 Januari ada berita bahwa kesatuan Australia di Utara akhirnya bentrok dengan Vietcong di terowongan.
Letkol Robert Haldane, komandan batalyon, sekarang insaf bahwa mereka berjalan di atas musuh. la mulai mencari mulut terowongan.
Beberapa GI dengan hati berat masuk ke dalam lubang untuk menyelidikinya. Mereka menemukan tempat perlindungan cukup untuk beberapa orang, tetapi tidak ada terowongan.
Tak heran kalau tentara Amerika tambah gugup, karena menghadapi lawan yang tidak tampak. Selain semrawut, terowongan itu juga penuh dengan kalejengking, semut api besar, dan ular.
Haldane sendiri juga tidak tahu cara menghadapi musuh seperti ini. Ketika batalyonnya dilatih di Fort Riley, Kansas, mereka tidak diajari berperang dalam terowongan.
Pernah Stewart Green dengan sukarela menawarkan diri untuk memeriksa terowongan yang ditemukan. la meloncat masuk dan ternyata di dekatnya ada peralatan rumah sakit.
Alat itu dinaikkan dan diserahkan kepada Unit S-2 (perwira intel) Kapten Marvin Kennedy. Ketika Kennedy sedang menganalisis sebuah bungkusan ia mendengar orang berteriak.
Para penyelidik terowongan keluar terengah-engah. Paling akhir muncul Stewart Green. la bukan cuma penuh keringat, tetapi juga kotoran. Ternyata dalam terowongan utama itu mereka tiba-tiba melihat sekitar tiga puluh tentara Vietcong dalam keremangan sinar lilin.
Kapten Kennedy merasa berhasil memerangkap tiga puluh VC dalam tanah. Jadi, ia memanggil seorang penerjemah Vietcong dan memerintahkan Stewart Green yang malang untuk turun lagi.
Mereka masuk dengan enggan. Beberapa menit kemudian kedua orang itu kembali dengan tangan kosong. Menurut penerjemah, ia tidak bisa berbicara karena harus menahan napas. Soalnya, tidak ada udara. Memang betul. Andaikata ia berteriak, mereka pasti ditembak.
Haldane lantas mengambil keputusan untuk mengusir musuh dengan asap. Ia meminta sebuah blower ringan yang dijalankan dengan minyak tanah. Alat penyemprot itu ditaruh di mulut terowongan untuk meniup asap dari granat asap merah.
Beberapa menit kemudian para GI heran karena melihat asap mereka yang tersebar di daerah itu. Namun, asap itu tidak membuat musuh keluar. Kemudian mereka menggunakan gas tidak mematikan yang biasa dipakai dalam demonstrasi. Sekali ini pun tidak ada hasilnya.
Akhirnya, Stewart Green masuk lagi, kali ini ditemani seorang ahli bahan peledak. Orang itu menaruh bahan peledak di setiap sisi terowongan utama dan sekunder dan merangkak kembali cepat-cepat ke permukaan.
Memang terjadi ledakan. Dengan puas Haldane memindahkan unitnya untuk bergabung dengan Batalyon II. Ternyata ditemukan lagi kompleks terowongan lain. (intisari)