Inilah Sistem Dynamic Pricing Penyebab Harga Tiket Pesawat Naik, Dengar Penjelasan Pengamat

Ternyata, kenaikan harga tiket itu karena maskapai menerapkan pola dynamic pricing. Ini penjelasannya.

Editor: Duanto AS
Tribun Batam
Suasana di Bandara Hang Nadim Batam yang sepi penumpang, akibatnya maskapai batalkan penerbangan 

Ternyata, kenaikan harga tiket itu karena maskapai menerapkan pola dynamic pricing. Ini penjelasannya.

TRIBUNJAMBI.COM - Beberapa minggu terakhir ramai keluhan dari pengguna jasa penerbangan lantaran harga tiket naik.

Ternyata, kenaikan harga tiket itu karena maskapai menerapkan pola dynamic pricing.

Pengamat penerbangan, Arista Atmajati, mengatakan saat ini perusahaan maskapai penerbangan tengah menerapkan pola dynamic pricing.

Akibatnya, harga tiket pun dikeluhkan dan menjadi perhatian publik.

Dynamic pricing adalah harga produk dan jasa akan bervariasi untuk satu produk dan jasa yang sejenis berdasarkan penentuan harga pada kondisi tertentu.

"Sebetulnya bukan harga naik, tapi memainkan (harga). Namanya dynamic pricing," ungkap Arista ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (12/2/2019).

Arista mengatakan langkah ini pertama kali diterapkan oleh Garuda Indonesia sebagai maskapai dengan status price leader yang memiliki fasitas full service.

Baca Juga:

 INI FOTO Hamish Daud Junior, Raisa Melahirkan Dalam Kondisi Seperti Ini

 Puisi Fadli Zon Mengundang Kontroversi, Bandingkan Dengan Puisi Sukmawati, Kasusnya Dihentikan

 BREAKING NEWS: Raisa Melahirkan, Ini Dia Penampakan Perdana Hamish Daud Junior, Namanya Siapa Ya?

 Terungkap Masa Muda Fachrori Umar, Pengganti Zumi Zola Ternyata Aktivis Mahasiswa, Gubernur Jambi

Mereka bisa menentukan sendiri kenaikan harga tiket.

"Dia (Garuda Indonesia) bisa mengutip 100 persen dari harga ketentuan yang ditentukan oleh pemerintah, berdasarkan Permenhub Nomor 14 Tahun 2016," ujarnya.

Dia menuturkan langkah maskapai pelat merah itu juga diikuti Lion Air Grup ihwal dyanic pricing.

Sebagai maskapai kelas Low Cost Carrier (LCC), selain kenaikan harga tiket juga ada pengenaan bagasi berbayar.

Penerapan skema maskapai ini hampir secara bersamaan, sehingga terkesan sepekat dan mendadak hingga akhirnya jadi sorotan.

"Rupa-rupanya diikuti Lion Air Grup, jadi kesannya semua naik. Selain itu, Lion Air Grup tambah berani mengenakan bagasi berbayar, hampir berbarengan dengan perubahan dynamic pricing," jelasnya.

Ilustrasi: Pesawat Lion Air berjejer di Bandara Hang Nadim Batam, beberapa waktu lalu.
Ilustrasi: Pesawat Lion Air berjejer di Bandara Hang Nadim Batam, beberapa waktu lalu. (Tribun Batam)

Ia menyatakan, apa yang dilakukan perusahaan penerbangan itu memang masih dalam koridor wajar dan tidak menyalahi aturan yakni termaktub dalam Permenhub Nomor 14 Tahun 2016.

Namun, langkah yang dipilih maskapai ini menimbulkan efek domino dan berkepanjangan.

Hingga kini terkait harga tiket pesawat yang dinilai masih mahal dibahasan.

"Lion Air Grup selain memainkan dynamic pricing, juga memainkan bagasi berbayar. Itu yang jadi runyam, jadi seolah-olah masyarakat kena dua "rudal", rudal tarif dan rudal bagasi. Jadi rame karena beban masyarakat ada dua," bebernya.

Menurutnya, manajemen maskapai penerbangan mengambil keputusan itu karena karena alasan keuangan.

Sebab, sejak dua sampai tiga tahun terakhir kinerja mereka terbilang buruk.

Salah satu cara memperbaikinya ialah menerapkan pola dynamic pricing tersebut.

"Memang rapot keuangan maskapai itu jeblok. Supaya bisnis maskapai ini tidak perang harga, jadi mempertahankan bisnis secara sustainable," tambahnya.

Besarnya market share kedua maskapai ini memberikan dampak besar ke dunia penerbangan Tanah Air, atas kebijakan yang diambil.

Hingga akhirnya polemik soal tarif atau harfa tiket masih hangat dibicarakan.

 Tahu dari Pemberitaan, Dinsos Muarojambi, Usahakan Kaki Palsu Untuk Harmoko

 Dipukul Hingga Celana Melorot Oleh Orang tak Dikenal, Suprapti Hanya Bisa Pasrah

 Pesawat Lion Air Turbulensi, Penumpang Histeris. Ini yang Harus Dilakukan Penumpang Saat Turbulensi

"Lion Air Group menguasai 55 persen market share di Indonesia. Garuda Indonesia market share-nya 40 persen.

Jadi hampir 95 persen naik. Jadi kesannya seperti janjian naik, itu berdampak kepada masyarakat," lanjutnya.

"Pilihannya tinggal maskapai kecil-kecil, seperti AirAsia, XpressAir, TriganaAir, dan lainnya," sebut dia.

Petisi online

Harga tiket pesawat domestik yang tinggi menjadi perbincangan.

Sedang ramai, warganet mengeluhkan harga tiket pesawat tinggi meski peak season liburan Natal dan Tahun Baru telah selesai.

Di berbagai forum, harga tiket pesawat domestik itu diperbincangkan. Sebagian besar orang mengeluhkan harga yang tinggi, jauh berbanding sekira dua bulan sebelumnya.

Petisi online tolak kenaikan harga tiket pesawat domestik juga bergulir. Satu di antaranya di www.change.org.

Petisi online menurunkan harga tiket pesawat domestik itu berjudul "Turunkan harga tiket pesawat domestik Indonesia" itu telah ditandatangani 32.945 akun pengguna pada Jumat (11/1/2019) pukul 08.54 WIB.

Penerbangan domestik yang biasanya harga tiket pulang-pergi bisa di bawah Rp 1 juta, kini rerata di atas Rp 1 juta bahkan bisa Rp 2 juta-Rp 4 juta per orang. Harga tersebut terpantau stabil tinggi dari Januari hingga beberapa bulan ke depan.

Berikut isi petisi online di www.change.org:

"Turunkan harga tiket pesawat domestik Indonesia

Semenjak kejadian jatuhnya Lion Air JT 610 yang membuat seluruh warga negara Indonesia berduka, harga tiket penerbangan domestik mengalami kenaikan sampai batas atas..

Penerbangan domestik yang biasanya pulang pergi bisa dibawah 1juta rupiah, kini rata2 diatas 1 juta bahkan bisa 2-4 juta pp perorang.. Harga tersebut terpantau stabil tinggi dari Januari hingga beberapa bulan kedepan...

Di negara kepulauan seperti Indonesia, tentu maskapai penerbangan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan negara.. Tetapi dengan kenaikan harga tiket pesawat tentunya hal ini sangat mencekik masyarakat Indonesia yang akan bepergian menggunakan pesawat..

Apalagi kebanyakan masyarakat Indonesia adalah perantau yang mencari kerja diluar kampung halaman, dengan harga tiket yang melambung tinggi akan sangat memberatkan..

Ditambah dengan gerakan promosi "Wonderful Indonesia" yang saat ini digalakkan Pemerintah Indonesia dalam menarik wisatawan baik domestik maupun manca negara. Naiknya tiket domestik sampai hampir ke batas atas tentu menjadi hambatan tersendiri bagi wisatawan untuk menjelajah Indonesia.. sebuah Ironi tersendiri..

Kenaikan tiket domestik yang tidak wajar ini bertolak belakang dengan maraknya promo tiket ke luar negri dari maskapai-maskapai luar, sehinggga masyarakat Indonesia lebih memilih berlibur ke Luar Negeri daripada ke dalam negeri..

Maka daripada itu mari kita ajukan petisi agar maskapai lebih memikirkan kemajuan pariwisata Indonesia dan kemampuan masyarakat Indonesia dalam membeli tiket pesawat. Turunkan harga tiket pesawat domestik agar bisa bersaing dengan tiket pesawat ke luar negeri..."

Berbagai tanggapan muncul terkait petisi online ini. Hampir semua menuliskan komentar berisi keluhan.

"Saya merasakan mahalnya penerbangan, berhubung keluarga saya di pontianak sementara saya bekerja di timika. Harga tiket sangat tidak wajar terutama di hari hari besar, bahkan bisa sampai 6 jutaan hanya untuk satu kali jalan dan belum PP" tulis Luthfi Andi.

"Kami yg bekerja jauh dari keluarga sangat terbebani dengan tiket yg mahal dan pembatasan oleh pihak maskapai." tulis Imam Khoeruddin.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gaduh Tiket Pesawat Mahal, Ternyata Maskapai Terapkan "Dynamic Pricing""

SUBSCRIBE YUK ...

 Pesawat Lion Air Turbulensi, Penumpang Histeris. Ini yang Harus Dilakukan Penumpang Saat Turbulensi

 Inilah Sosok Pengganti Zumi Zola, Fachrori Umar Jadi Gubernur Jambi, Ternyata Semasa Muda Aktivis

 Terungkap Kisah Ranty Maria Putus dengan Ammar Zoni, Irish Bella Masuk Lalu Jalan

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved