Mangkok Cap Ayam Jago Kesukaan sang Kaesar China Kuno, Hingga Menembus Dapur Indonesia
Mangkuk ayam jago masih sering ditemukan pada penjual bakso atau mie ayam, di tengah sudah banyaknya brand mangkok lain, lalu seperti apa sejarahnya?
Bagaimana sebenarnya awal mula kisah mangkuk ayam jago ini?
Kisahnya berawal pada masa Dinasti Ming periode pemerintahan Kaisar Chenghua (1465-1487).
Baca: Bergaji Rp 12 Juta, Pemprov Buka CPNS 2019, Siapkan Syarat Ini
Saat itu, Sang Kaisar memesan empat buah cawan dengan gambar ayam jago dan ayam betina pada pengrajin keramik khusus kekaisaran di daerah Jingdezhen (Propinsi Jiangxi)-yang terkenal menghasilkan keramik untuk istana sejak abad 6 M.
Baca: Debat Calon Presiden Kedua Tanpa Kisi-Kisi Hingga Debat Bebas, Simak 5 Fakta Debat Pilpres 2019
Kaisar Chenghua memesan empat buah cawan keramik dengan teknik doucai, khusus untuk dirinya dan istrinya sebagai tanda cinta.
Cawan tersebut terkenal dengan Jigangbei atau cawan ayam.
Terdiri dari gambar ayam jago, betina, dan anak ayam yang bermakna kemakmuran. Banyak anak, banyak rejeki.
Cawan dan mangkuk ayam memiliki makna simbolis.
Kata Ji, yang berarti ayam, mirip bunyinya dengan kata Jia yang bermakna rumah.
Gambar tanaman peoni melambangkan kekayaan.
Baca: Danrem 042 Gapu Dijadwalkan Kunjungi Batanghari, Bupati & Forkopimda Siap Sambut Arh Elphis Rudi
Sementara pohon pisang dengan daun lebar bermakna keberuntungan untuk keluarga.
Kaisar-kaisar Tiongkok begitu menyukai cawan memakai gambar ayam jago tersebut.
Di antaranya ada Kaisar Wanli (memerintah tahun 1572-1620) dan Kaisar Kangxi (memerintah tahun 1661-1722) dari Dinasti Qing.
Saking menyukai cawan tersebut, mereka berani mematok harga mahal untuk gambar ayam jago.
Kaisar Qian Long (memerintah tahun 1735-1796), bahkan membuat puisi khusus yang memuja mangkuk ayam jago itu pada 1776.
Pada masa Dinasti Qing, mangkuk ayam jago mulai diproduksi massal.