Hasil Sadapan Intelijen Amerika pada Putra Mahkota Arab Saudi Kuak Fakta Pembunuhan Jamal Khashogi
"Nampaknya penguasa de facto Arab Saudi itu sudah siap membunuh Jamal Khashoggi, meski dia tidak benar-benar menembaknya."
Hasil Sadapan Intelijen Amerika pada Putera Mahkota Arab Saudi Kuak Fakta Baru Pembunuhan Jamal Khashogi
TRIBUNJAMBI.COM - Kasus menggemparkan pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi yang menyeret keterlibatan putra mahkota Arab Saudi memasuki babak baru.
"Nampaknya penguasa de facto Arab Saudi itu sudah siap membunuh Jamal Khashoggi, meski dia tidak benar-benar menembaknya."
Baca: Video Polisi Interogasi Pelaku Jambret dengan Ular Kobra, Pihak Polda Jayawijaya Ambil Tindakan Ini
Baca: Prank Baim Wong di Bantar Gebang, Suami Paula Verhoeven Nyaris Nangis saat Diberi Nasi
Baca: Akhirnya Tuan Guru Bajang dan Ustaz Yusuf Mansyur Curhat, Bongkar Latar Belakang Jokowi
INTELIJEN Amerika Serikat (AS) dilaporkan menyadap percakapan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS).
Dalam percakapan tersebut, Pangeran MBS tengah membahas tentang jurnalis Jamal Khashoggi kepada ajudannya, setahun sebelum kolumnis The Washington Post itu dibunuh pada 2 Oktober 2018.
Badan intelijen AS seperti Dinas Keamanan Nasional menyadap percakapan para pemimpin dari seluruh dunia, termasuk sekutunya.

Dilansir New York Times via AFP Jumat (8/2/2019), percakapan itu terjadi pada September 2017 antara MBS dengan si ajudan Turki Aldakhil.
Putra Mahkota berusia 33 tahun itu berkata, jika Khashoggi tidak bersedia kembali ke Saudi secara sukarela, maka dia harus dibawa dengan paksa.
Jika kedua cara tersebut tidak berhasil, maka MBS bakal mengejar jurnalis berusia 59 tahun itu, dan menggunakan 'peluru' kepadanya.
Percakapan itu terjadi setelah para pejabat Saudi mulai gerah dengan kritikan yang dilontarkan Khashoggi. Terlebih setelah dia menulis bagi Washington Post.
"Nampaknya penguasa de facto Saudi itu sudah siap membunuh Khashoggi, meski dia tidak benar-benar menembaknya," ulas The Times mengutip sumber intelijen AS.
Baca: Datang Mengendap-endap, Tahu-tahu Musuh Hancur, Kopassus Pakai Sandi Rahasia Remeh Temeh
Baca: (VIDEO) Aksi Sadis Ayah Kandung saat Istri Layani Pelanggan Warung, Bayi 3X Jatuh
Rekaman itu baru ditranskrip menyusul meningkatnya usaha intelijen AS untuk mencari bukti lebih nyata yang menghubungkan MBS dengan pembunuhan Khashoggi.
Sempat menyangkal Khashoggi dibunuh, Riyadh akhirnya mengakui dia tewas di kantor konsulat Istanbul, Turki, karena operasi liar.
Khashoggi dibunuh oleh tim beranggotakan 15 orang di dalam gedung konsulat. Namun Saudi bersikukuh MBS tidak terlibat dalam pembunuhan itu. Pemerintah Saudi menyatakan telah menahan 11 orang yang diduga pelaku pembunuhan, dengan lima di antaranya dituntut hukuman mati.
(*)

FAKTA BARU Pembunuhan Wartawan Jamal Khashoggi, Pejabat PBB Ungkap Bukti Brutal Pejabat Saudi
Pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertugas memimpin penyelidikan internasional terkait kasus pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi memaparkan temuannya.
Agnes Callamard, Pelapor PBB untuk Eksekusi Ekstrayudisial, Arbitrase, dan Ringkasan melakukan investigasi di Turki pada pekan lalu.
Mereka mengunjungi sejumlah tempat yang dianggap berhubungan dengan kematian kolumnis media Amerika Serikat (AS) The Washington Post itu.
Berdasarkan pernyataan Callamard yang dirilis PBB, dia telah mengumpulkan berbagai bukti selama menjalankan misinya di Turki.
"Bukti awal menunjukkan Khashoggi adalah korban pembunuhan brutal dan terencana dari pejabat Saudi," ucap Callamard dilansir AFP Kamis (7/2/2019).
Laporan lengkap Callamard dijadwalkan bakal dipaparkan di hadapan Dewan HAM PBB di Jenewa Juni mendatang.
Namun publikasinya bisa terjadi pada Mei.
Dalam laporan tersebut, Callamard bakal memberikan sejumlah rekomendasi yang sifatnya tidak mengikat.
Dia berkata mendapat izin Turki guna menggelar investigasi.
Bertemu dengan kepala jaksa penuntut maupun kepala intelijen Turki, Callamard berujar dia sudah mendapat akses ke "informasi krusial" pembunuhan.
Di antaranya adalah akses menuju bukti rekaman pembunuhan yang diperoleh penyelidik Turki yang dideskripsikan "sangat, sangat mengerikan".
Meski begitu, Callamard mengakui timnya tidak mempunyai kesempatan untuk membuktikan rekaman pembunuhan tersebut asli.
Callamard melanjutkan, dia mempunyai perhatian besar terhadap peradilan yang dilakukan pemerintah Saudi kepada terduga pelaku pembunuhan.
Pada Desember 2018, Riyadh menuntut 11 orang sebagai pelaku yang mengeksekusi pembunuhan tersebut, dengan lima di antaranya dituntut hukuman mati.
Callamard mengatakan dia ingin mengunjungi Saudi sebelum mempresentasikan laporan akhir.
"Saya khawatir mereka tidak mendapat hukum yang adil," terangnya dikutip Sky News.
Khashoggi dibunuh oleh tim beranggotakan 15 orang di konsulat Istanbul tatkala mengurus dokumen pernikahan dengan tunangannya, Hatice Cengiz.
Berdasarkan rekaman pembunuhan yang dikumpulkan, Khashoggi tewas setelah dicekik oleh tim itu, dan jenazahnya kemudian dimutilasi.
Kasus tersebut menjadi sorotan negara Barat dengan Senat maupun intelijen AS menduga Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) berada di balik pembunuhan tersebut.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh Washington tetap diam karena adanya kekejaman dalam tewasnya jurnalis 59 tahun tersebut.
"Kasus pembunuhan Khashoggi bukanlah kasus biasa," tegas Erdogan dalam wawancara dengan kanal televisi pemerintah TRT.
TAUTAN: "PBB: Pembunuhan Brutal Jamal Khashoggi Dilakukan oleh Saudi" dan "Kepada Ajudannya, MBS Berkata Ingin Gunakan "Peluru" kepada Khashoggi"