Mantan Anak Buahnya di Kopassus Buka Sifat Asli Luhut Binsar Panjaitan Menko Presiden Jokowi
Letjen Herindra mengukap soal sosok Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan saat menghadiri Rapim TNI-Polri, Minggu (23/2/2019)
Pria kelahiran Magelang, 30 November 1964 tersebut adalah lulusan terbaik Akmil tahun 1987.
Sebelum menjabat sebagai Perwira Staf Ahli Tingkat III Bidang Hubungan Internasional Panglima TNI, Herindra diketahui pernah menjabat Pangdam III/ Siliwangi.
Herindra juga sebelumnya pernah menjabat sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus.
Baca Juga:
Kisah Dibalik Nama Tommy, Terjadi saat Soeharto Berjibaku Menumpas Belanda Saat Ibu Tien Hamil Tua
PSK Ini Sudah Dandan Untuk Layani Pelanggan Pria yang Booking 2 Jam, Eh Ternyata Disuruh Begini
Perayaan Ulang Tahun Cristiano Ronaldo: Ini 22 Prestasi Menterang Sang Megabintang
Dapat Hadiah Es Krim Setahun, Wanita Asal Jepang ini Justru Kaget
Wartawati Tribun Jabar Daianiaya saat Akan Meliput, Pelaku Diduga Seorang Wanita
Sebagian besar karier militer Herindra dihabiskan di Kopassus, terutama di pasukan elit Sat 81 Gultor yang dibentuk oleh Luhut Binsar Panjaitan.
Ia pernah menjabat sebagai Wadanjen Kopassus dengan pangkat brigjen pada 2013 - 2014 dan Asintel Danjen Kopassus dengan pangkat kolonel pada 2008.

Berikut cerita lengkap Luhut Binsar Panjaitan
"Kami perwira Kopassus lebih takut Pak Luhut daripada sama Fretilin," begitulah kata Letjen Herindra, salah satu mantan anak buah saya yang menceritakan kisah saat dulu kami melaksanakan tugas operasi di Timor Timur. (Sekarang Timor Leste)
Kadang nostalgia tak terduga seperti ini muncul ketika saya bertemu mantan-mantan anak buah saya. Seperti video ini yang direkam di acara Rapim TNI-Polri tanggal 29 Januari 2019 silam.
Di acara itu saya juga baru dengar apa kata mereka tentang leadership saya sebagai komandan di militer. Harus saya akui, memang betul dulu mereka itu takut sekali kalau lihat saya.
Sekarang kami tertawa bersama mendengar nostalgia itu.
Bukan lagi sebagai komandan dengan bawahan, tapi sebagai seorang senior dengan adik-adiknya yang pernah sama-sama menenteng senjata, berjalan puluhan kilometer menjelajah hutan, lalu sama-sama mengalami baku tembak dengan musuh.
Kebersamaan itu menjelma menjadi hubungan baik sampai sekarang. Respek itu timbul dan tetap ada karena pengalaman masa lalu.
Dan tidak ada yang lebih membuat saya bangga selain melihat mantan anak-anak buah saya memiliki karir yang bersinar seperti sekarang.
Lalu pertanyaannya, apakah dulu saya betul terkenal galak?
Ya. Sampai sekarang saya juga masih galak. Walaupun sekarang galaknya pakai ketawa, beda dengan dulu yang tidak pakai ketawa.