Aksi 'Kolonel Misterius' Ahli Penyamaran Tingkat Tinggi, Zulkifli Lubis Cikal Bakal Intelijen
Kolonel misterius ini belajar intelijen pertama saat ke Singapura, pandai menutup jati diri. Tak ada yang mengetahui kerja-kerja ...
Peristiwa yang lebih dikenal sebagai Peristiwa Cikini itu dilakukan oleh sekolompok teroris asal Nusa Tenggara Barat.
Oleh sejumlah lawan politiknya, Lubis sempat diduga sebagai dalang peristiwa tersebut.
Sebab, pada era itu memang terjadi sejumlah peristiwa pembangkangan militer.
Para teroris yang diadili mengaku kenal Lubis. Namun, selama persidangan, tidak pernah ada bukti dan petunjuk bahwa Lubis mendalangi aksi teror itu.
Hingga sekarang, Lubis belum pernah diajukan ke pengadilan untuk memperjelas kasusnya.
Daan Mogot, bekas rekannya yang belajar bersama di Seinen Dojo di Tangerang pada era penjajahan Jepang, tidak pernah yakin Lubis berada di balik Peristiwa Cikini.
Ia justru menduga ada rekayasa yang dilakukan oleh pihak tertentu sebagai tindak lanjut pelaksanaan Piagam Yogya.
"Dengan meletusnya teror Cikini, perundingan menjadi mentah. Sebaliknya, radikalisme semakin merangsang semua pihak yang selama itu baru dalam tahap berbeda pendapat," demikian kata Daan Mogot.
"Masa seluruh pelaku teror tersebut dalam sehari semuanya sudah bisa digulung? Mana mungkin kalau bukan hasil rekayasa...," lanjut dia.
Kedok terbongkar
Dalam dunia intelijen, kerahasiaan merupakan kunci keberhasilan BIN di dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dalam mengamankan negara.
Ketika kedok seorang agen terbongkar dan misinya diketahui pihak lain, dapat dikatakan agen itu gagal.
Sebuah operasi intelijen yang baik dalam mencari informasi dan mengolahnya sebagai laporan yang baik.
Seorang agen yang andal tak hanya mencari informasi di media massa. Dia akan pergi melakukan cek, ricek, dan kroscek mengenai kabar kebenarannya.
Selain itu, kemampuan analisis merupakan hal yang tak kalah penting yang harus dimiliki seorang personel, selain kewajibannya dalam menjaga kerahasiaan. Selain itu, penting juga kecepatan dan keberanian seorang personel dalam mengambil keputusan.