Abdullah Diinjak Gajah di Desa Semambu, Ketinggalan saat Rombongan Berusaha Naik ke Ketinggian
Saat warga lain berusaha naik ke tempat yang lebih tinggi, Abdullah ketinggalan hingga akhirnya terkena serangan gajah. Informasi itu diperoleh ...
Penulis: Heri Prihartono | Editor: Duanto AS
Saat warga lain berusaha naik ke tempat yang lebih tinggi, Abdullah ketinggalan hingga akhirnya terkena serangan gajah. Informasi itu diperoleh ...
TRIBUN JAMBI.COM, TEBO - Tetesan air mata dan suasana haru terlihat di keluarga Abdullah.
Abdullah (32) menjadi korban keganasan gajah di Desa Semambu, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, di Rumah Sakit Sultan Thaha Tebo.
Abdullah harus dirujuk ke rumah sakit di Padang untuk menjalani perawatan intensif di wajahnya, akibat luka yang cukup parah.
Selang oksigen masih melekat di wajah dan matanya masih aktif melihat sekelilingnya, namun kondisinya masih lemah setelah menjalani perawatan semalam.
Kepada Tribunjambi.com, Agus yang merupakan ponakan Abdullah mengaku masih berupaya mencari biaya pengobatan.
Dia masih mencari-cari sekiranya ada bantuan.
"Kalau biaya dari keluarga, tapi kita juga berupaya kiranya ada bantuan pengobatan ," kata Agus.
Dia tak menyangka Abdullah harus terluka parah akibat kawanan gajah.
Baca Juga:
Bawaslu Peringatkan Sandiaga Uno saat Datang ke Jambi, Kegiatan Harus di Ruang Tertutup
Bripda Puput Foto Bareng Wanita Keluarga Ahok, Veronica Tan Keluar Rumah Pukul 08.00 WIB
Polantas Tilang Mayjen TNI, Kapolda Turun Tangan Minta Maaf, Jawaban Poniman Saya yang Salah
Polemik Kedatangan Sandiaga Uno ke Jambi, dari Peringatan Bawaslu hingga Pernyataan SAH
BREAKING NEWS Di Pasar Angso Duo Jambi, Sandiaga Uno Temukan Tempe Masa Depan
Agus menuturkan saat itu turut serta di lokasi, namun tidak mengetahui secara pasti kronologi Abdullah diserang gajah.
"Jadi saya ikut di sana cuma pulang duluan, " kata Agus.
Hingga saat ini, belum tahu pasti kronologi Abdullah diserang gajah.
Yang pasti, saat itu semua warga yang berada di lokasi berlari dan mencoba naik ke ketinggian.
"(Abdullah) Ketinggalan dan jatuh, akhirnya jadi korban, " ujar Agus.

//
Gajah di Jambi
Tribunjambi.com pernah menuliskan populasi gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di kawasan ekosistem Bukit Tigapuluh, Provinsi Jambi dan Riau, diperkirakan ada 143 ekor gajah Sumatera.
Akibat pesatnya pembangunan, proses alih fungsi kawasan hutan yang menjadi habitat gajah menjadi perkebunan dan pemukiman semakin marak.
"Sehingga potensi pertemuan manusia dan gajah semakin tinggi sehingga konflik antara manusia dan gajah kadangkala tak terhindarkan," kata Kepala BKSDA Jambi, Rahmad Saleh Simbolon.
Dari data yang dihimpun BKSDA Jambi, sejak awal tahun 2018 ini hingga Juni 2018, terdapat 188 konflik di kawasan tersebut.
Untuk mengatasi konflik antara gajah dan manusia ini kata Rahmad, pemerintah dan para pihak yang terdiri dari para penggiat konservasi, pihak swasta dan masyarakat, sepakat untuk membangun
koridor gajah di kawasan ekosistem Bukit Tigapuluh.
“Total luas kawasan yang diperuntukkan untuk koridor gajah adalah sekitar 54.000 hektar,” sebut Rahmad Saleh.
Adapun areal tersebut sebut Rahmad, terdiri dari konsesi PT. Royal Lestari Utama (RLU)/Lestari Asri Jaya (LAJ) seluas 11.000 hektar, PT. Alam Bukit Tigapuluh (ABT) seluas 35.000 hektar, PT. Wirakarya Sakti
seluas 5.000 hektar dan 3.000 hektar di kawasan hutan negara.

Luasan ini baru alokasi sementara karena menurut Rahmad, akan dilakukan pengecekan di lapangan dan kajian teknis terlebih dahulu agar kawasan koridor tersebut tepat sasaran.
Areal ini diharapkan cukup untuk menjadi wilayah jelajah populasi gajah yang ada di kawasan tersebut.
Untuk mendukung pengelolaan konservasi diluar kawasan konservasi ini, BKSDA Jambi mendapat dana dari Bank Pembangunan Jerman (KfW) sebesar Rp 2,1 miliar yang akan dikucurkan pada tahun 2019.
“Model kawasan konservasi untuk gajah tidak bisa hanya spot-spot saja, tapi harus membentuk ruang yang terintegrasi,” tegas Rahmad.
Kawasan koridor gajah yang berada diluar kawasan konservasi ini akan dibangun berdasarkan kriteria Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) yaitu menjadi sebuah kawasan yang dapat menciptakan konektivitas lansekap agar kantong populasi dapat saling terhubung untuk menjaga proses ekologi secara alami seperti imigrasi, emigrasi dan kolonisasi lokal.
Dalam kawasan koridor ini, nantinya kata Rahmad, akan dilakukan kajian untuk menentukan zonasi.
“Dengan manajemen pengelolaan kawasan berdasarkan zonasi ini akan memungkinkan fungsi konservasi dapat terwujud dan fungsi produksi kawasan koridor dapat terus berlangsung,” jelas Rahmad.
7 Pejabat Eselon IV di Tanjab Barat Dilantik, Berikut Nama-namanya dan Pesan Wabup Amir Sakib
John Mayer hingga Ed Sheeran ke Jakarta, Ini Daftar 8 Konser Musisi Dunia di Indonesia 2019
Yeslin Wang Blak-blakan ke Hotman Paris, Kata Hotman Laki Jangan Bokek! Cinta Wanitamu akan Pudar
Tantangan terbesar yang dihadapi dalam membangun koridor ini adalah kawasan yang dialokasikan untuk koridor gajah tersebut adalah perambahan seperti yang saat ini tengah dihadapi oleh PT. RLU.
Konsesi HTI (Hutan Tanaman Industri) karet ini telah mengalokasikan konsesinya yang terdiri dari kawasan konservasi, daerah perlindungan satwa liar, zona penyangga dan sempadan sungai sebagai areal koridor satwa liar. Namun 64 persen dari total kawasan itu telah dirambah pendatang.
“Sebagai langkah awal yang akan dilakukan untuk merealisasikan kawasan koridor ini adalah pembuatan masterplan pengelolaan alamiah habitat gajah bersama para pihak yang akan dimulai tahun depan,” beber Rahmad.
Oleh karena itu menurutnya dalam membangun koridor gajah ini semua pihak baik swasta, lembaga swadaya masyarakat dan pemerintah daerah agar habitat gajah dapat direstorasi sehingga populasi yang tersisa dapat diselamatkan.
Aspek sosial, ekonomi, teknis serta kebijakan adalah aspek yang harus diperhatikan dalam mengkonservasi habitat gajah.
“Dari aspek kebijakan misalnya pemerintah daerah dapat menjalankan perannya dalam menyusun aturan tata ruang daerah” ungkap Rahmad.

Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Aryen Dessy, mengatakan pihaknya mendorong komitmen pelaku usaha yang bergerak di bidang kehutanan dan non-kehutanan untuk membangun kemitraan khususnya pada kawasan yang merupakan wilayah jelajah gajah.
Ia juga juga mengungkapkan perlunya diadakan pendekatan dan sosialisasi pada masyarakat di sekitar hutan mengenai keberadaan satwa dilindungi itu.
Forum Konservasi Gajah Indonesia (FKGI) memprediksi selama 10 tahun terakhir setidaknya 700 ekor gajah sumatera mati akibat diracun, diburu untuk diambil gadingnya.
Pada 1985 Indonesia masih memiliki 44 kantung populasi gajah Sumatera. Namun pada 2007 jumlahnya turun menjadi 25 kantung populasi. Dari jumlah itu hanya 12 kantung saja yang memiliki populasi berjumlah lebih dari 50 ekor. Dan salah satu kantung tersebut adalah kawasan ekosistem Taman Nasional Bukit Tigapuluh.
IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:
Suyanti Melahirkan Bayi saat Jalan Kaki Belasan Kilometer ke Rumah Sakit di Labuan Bajo
Apakah Perbedaan Gaji dan Fasilitas yang Diterima P3K dan PNS? Ini Penjelasan Detail
Bawaslu Peringatkan Sandiaga Uno saat Datang ke Jambi, Kegiatan Harus di Ruang Tertutup
Veronica Tan Cabut dari Kompleks Perumahan saat Ahok Bebas, Terungkap Alasan Tak Ikut Ngumpul