Jatuh Bangun Ahok BTP di Masa Orde Baru, Rahasia kekayaan dari 'Banhok' jadi 'BTP' Terungkap
Perjalanan Basuki Tjahaja Purnama dimulai sejak zaman Orde Baru. Itu dimulai sejak dari panggilan Ahok menjadi BTP.
Bisnis Ahok BTP semakin berkembang. Pada akhir 2004, seorang investor Korea berhasil diyakinkan untuk membangun Tin Smelter (pengolahan dan pemurnian bijih timah) di KIAK.
Pernikahan dan keluarga
Pada 1997, Ahok BTP menikah dengan Veronica, perempuan kelahiran Medan, Sumatera Utara. Pernikahan itu dikaruniai 3 orang putra-putri bernama Nicholas Sean Purnama, Nathania Berniece Zhong, dan Daud Albeenner Purnama.
Namun, pernikahan itu berakhir. Pasangan itu bercerai pada 2018 dan BTP mendapatkan hak asuh anak kedua dan ketiga.

Saat ini, dikabarkan bahwa Ahok BTP akan menikah setelah keluar dari penjara.
Kiprah politik
Bukan rahasia lagi, Ahok BTP sudah terjun ke dunia politik cukup lama. Awalnya pada 2004, dia bergabung Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB).
Dia menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur 2004-2009.
Pada Pilkada Kabupaten Belitung Timur 2005, berpasangan dengan Khairul Effendi, mereka menang dan menjadi Bupati-Wakil Bupati Belitung Timur periode 2005-2010.

Langkah itu berubah lagi, karena BTP mengajukan pengunduran pada 11 Desember 2006. Dia memilih maju Pilgub Bangka Belitung 2007, namun kalah.
Kariernya berlanjut ke legislatif, dengan mencalonkan diri pada 2009. Dia terpilih menjadi anggota DPR RI dari dapil Bangka Belitung mewakili Partai Golongan Karya.
Saat itu, satu di antara kontroversi setelah menyuarakan laporan dan keluhan masyarakat Bangka Belitung yang ditemuinya secara pribadi dalam masa reses tentang pencemaran lingkungan yang ditimbulkan kapal hisap dalam eksploitasi timah.
Pada 2010, dia juga menyuarakan pentingnya laporan kekayaan dan pembuktian terbalik bagi calon kepala daerah yang akan mengikuti proses pilkada
Dari legislatif, Ahok BTP melangkah ke eksekutif.
Pada 2011, dia berusaha mengumpulkan fotokopi KTP untuk bisa memenuhi persyaratan maju menjadi calon independen di Pilgub DKI Jakarta, namun akhirnya pada 2012 menggunakan jalur melalui partai politik.