Ketika akan Dieksekusi Robert Mongisidi Menolak Pakai Penutup Mata dan Tetap Teriak "Merdeka!"
Pada perlawananya kali ini, Robert Wolter Mongisidi dan pasukannya melancarkan serangan berbeda. Ia menargetkan individu atau kelompok kecil.
Salah satu personel yang terus bertempur secara gerilya adalah Maulwi Saelan, yang kelak menjadi pengawal pribadi Presiden Soekarno.
Maulwi yang pada puncak kariernya berpangkat kolonel juga menjabat sebagai Wakil Komandan Pasukan Pengawal Presiden, Cakrabirawa.
Setelah turun gunung dan kembali meneruskan perjuangan ke Makassar, Maulwi dan rekan-rekan seperjuangan kemudian mencari nama baru bagi pasukan gerilyanya yang juga merupakan pasukan khusus itu.
Karena pada masa penjajahan Jepang Maulwi dan rekannya suka menonton film yang ada harimaunya, pasukan gerilya Maulwi kemudian dinamai Pasukan Harimau Indonesia.
Laskar Harimau Indonesia ini memang terkenal militan karena terdiri dari para pejuang kelompok pelajar SMP Nasional yang umumnya mahir berbahasa Belanda.
Mereka pernah menyerang dan menduduki Hotel Empres pada 29 Oktober 1945 dari tangan NICA serta berhasil membebaskan rekan yang semula ditahan oleh NICA.
Baca: Update Baru Kasus Vanessa Angel, Satu Mucikari Kencan Artis Ditangkap, Sempat Bikin Polisi Repot
Baca: Jennie BLACKPINK Ulang Tahun, Tagar ShiningJennieDay jadi Trending Topik, Genap 23 Tahun
Baca: Fahri Hamzah Nilai Pidato Kebangsaan Prabowo: Maaf Bapak Gagal Menunjukkan kepada Publik dan. . .
Komandan Pasukan Harimau Indonesia adalah Muhammad Syah, Wakil Komandan Robert Wolter Mongisidi, dan Maulwi Saelan sendiri menjabat sebagai Kepala Staf.
Seperti tertulis dalam buku Maulwi Saelan: Penjaga Terakhir Seokarno, dalam strategi tempurnya Pasukan Harimau Indonesia memiliki taktik dan strategi tempur khusus.
Yakni menyerang dan merampas persenjataan pasukan Belanda dengan target individu atau kelompok kecil serdadu NICA, KNIL, polisi, kaki tangan Belanda, serta gudang amunisi.
Jika digambarkan sebagai pasukan jaman sekarang Pasukan Harimau Indonesia ini memang seperti pasukan khusus yang bertempur secara senyap, mahir melaksanakan sabotase sasaran vital musuh, menimbulkan ketakutan dan kepanikan terhadap kehidupan sehar-hari pasukan Belanda, menghadang distribusi logistik, dan lainnya.
Pertempuran besar itu terjadi pada 8 Agustus 1946.
Akibatnya, pasukan Lapris sempat turun gunung dan mengubah strategi perlawan.
Sejak saat itu, perlawanannya dilakukan secara gerilya.
Pasukan Gerilya ini dinamai Pasukan Harimau Indonesia.
Robert Wolter Mongisidi pun menjadi wakil komandan Pasukan Harimau Indonesia.
