Korban Bom Thamrin 14 januari Beri Pesan, Ini isinya
Bom Thamrin yang terjadi pada 14 januari 2016 menyisakan cerita kelam. Berikut Pesan para korban selamat
Dwi menyatakan, perbedaan pilihan yang disikapi secara negatif dengan tindakan terorisme bisa memunculkan korban-korban seperti mereka.
“Yang perlu disadari adalah perbedaan merupakan rahmat, perbedaan pilihan politik ada di dada masing-masing, jangan sampai perbedaan menimbulkan tindakan menebar teror karena banyak saudara yang membutuhkan bantuan karena bencana alam,” pungkasnya.
Setelah pernyataan sikap itu dibacakan anggota komunitas Sahabat Thamrin pun berbaur dengan masyarakat dan berfoto bersama, menjaga perbedaan di kawasan Thamrin tetap damai.
Selain banner mini, selebihnya ada flyer yang disebarkan kepada orang-orang yang lewat. 'Menerima Perbedaan untuk Merayakan Kebersamaan dan Perdamaian,' begitu tema yang diangkat dalam momen kali ini.
Baca: Tak Tahan Dengar Tubuhnya Dibilang Lebar, Via Vallen Beri Reaksi Tak Terduga, Ungkap Soal Biaya
Baca: VIDEO: Bak di Film, Pesinetron Ammar Zoni Berlutut di Depan Irish Bella, Maukah Kau Jadi Istriku?
Lebih lanjut Dwi menyebutkan, kami bukan hanya sekedar komunitas sekadar kumpul-kumpul. Kami membentuk persahabatan dan menjadi keluarga besar yang saling mengingatkan apa saja yang kita rasakan saat itu kemudian apa yang harus kita lakukan pada saat kita sakit, kita harus ke rumah sakit mana atau dokter spesialis mana yang untuk menangani rasa sakit kita.
Pada saat itu, total ada 11 orang meninggal terdiri dari empat pelaku dan tujuh warga sipil saat kejadian.
Menurut Dwi, pada dasarnya, teror itu upaya pelaku untuk menunjukkan pilihan dan keyakinan yang berbeda dengan masyarakat umumnya.
"Perbedaan itu hendak mereka paksakan agar kita mau memilih sikap yang sejalan dengan pemikiran mereka. Cara apapun yang mereka lakukan, termasuk dengan cara mengancam dan menebar ketakutan," katanya.
Dijadikan film
Ledakan bom di kawasan Sarinah-Thamrin pada tanggal 14 Januari 2016 lalu, telah dijadikan sebuah film. Film bergenre aksi yang diberi judul '22 Menit' ini disutradarai oleh Eugene Panji dan Myrna Paramita.
Selaku sutradara, Eugene Panji menjelaskan jika film yang berlatar belakang kejadian nyata ini merupakan upaya untuk merekam salah satu jejak sejarah bangsa.
Film '22 Menit' inipun terinspirasi dari keberanian warga Jakarta dalam menghadapi ledakan bom Thamrin.
Pemeran utama dalam film '22 Menit' adalah Ario Bayu.
Dalam film ini Ario Bayu akan memerankan tokoh Ardi yang merupakan seorang polisi anggota unit terorisme.
Selain Ario Bayu, beberapa artis berbakat seperti Hana Malassan, Mathias Muchus, Ade Firman Hakim, dan Ence Bagus juga akan meramaikan film tersebut.
Sebagai film aksi, film '22 Menit' yang berdurasi 100 menit ini memiliki banyak aksi mendebarkan, mulai dari adegan bom meledak, baku tembak di tengah jalan hingga aksi berbahaya turun dari helikopter yang hanya bisa dilakukan oleh anggota kepolisian yang sudah terlatih.