Hanya Kekuatan Kopassus & Raider yang Dianggap Mampu Tumpas Kelompok Sipil Bersenjata Ali Kalora

Seperti Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua, hingga terbaru Kelompok Sipil Bersenjata pimpinan Ali Kalora di Poso.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
kompasiana
ILUSTRASI Prajurit Kopassus. Identik dengan baret merah. 

Mereka pun hampir pasti menguasai medan di sana.

Baca: Suami Berguru ke Dimas Kanjeng, Istri Kepala Desa Ini Kesepian Hingga Berselingkuh, Ini Pengakuannya

Namun, melihat pola serangan Ali Kalora yang hit and run, dapat dipastikan ketersediaan amunisi mereka tidak terlalu banyak.

Harits mengatakan, ini dapat menjadi celah bagi aparat keamanan untuk terus memukul mundur dan memaksa mereka menyerah.

Apalagi, jika keputusan menurunkan pasukan elite TNI Angkatan Darat (AD) tersebut ditambah dengan memutus suplai logistik ke kelompok mereka dari para simpatisan, Harits yakin eksistensi Ali Kalora cs akan terhenti.

"Ketahanan eksistensi mereka sangat bergantung kepada suplai logistik. Suplai ini bisa saja didapat dari simpatisan atau jejaring mereka di bawah," ujar Harits.

Baca Juga:

Serah Terima Tugas Pemimpin Perusahaan Tribun Jambi Erniwaty Kepada Arfiansyah

Ratusan Personil Polresta Jambi, Diperiksa Bid Propam Polda, Ini Kata Kapolresta

Dikabarkan Dekat dan Jadi Calon Istri Sule, Artis Cantik Naomi Zaskia Angkat Bicara Soal Kabar itu

Walikota Sy Fasha Sedih, Ada Pelaku Usaha, Larang Karyawannya Pakai Hijab. Ini Upaya Pemkot Jambi

Begini Reaksi Ifan Seventeen Saat Diceritakan Satu Perilaku Dylan Sahara Oleh Sahabat Sekolahnya

TNI-Polri juga dinilai jauh lebih unggul dari sisi jumlah personel, logistik, alat utama sistem persenjataan (alutsista), dan pengetahuan di bidang strategi tempur, terutama pertempuran teknik gerilya di hutan.

"Jadi, memang ini memerlukan keputusan politik yang tegas, agar tidak berlarut-larut dan Operasi Tinombala juga tidak berlangsung berjilid-jilid. Ingat, operasi militer terlalu lama itu juga dapat kontra produktif terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan psikologi masyarakat," lanjut dia.

Diketahui, Satgas Tinombala Polda Sulawesi Tengah mengejar 10 anggota MIT di pegunungan Poso.

Jumlah ini bertambah 3 orang dari yang sebelumnya hanya 7 orang.

Tujuh orang di antaranya bernama Ali Kalora alias Ali Ahmad, Qatar alias Farel, Abu Ali, Kholid, M. Faisal alias Namnung, Nae alias Galug dan Basir alias Romzi. Adapun, identitas tiga orang lainnya belum diungkap kepolisian.

Para prajurit Kopassus tengah meneriakkan yel-yel. Korps baret merah pernah menyelamatkan tentara Spanyol dari kejaran kelompok Hizbullah saat bertugas menjadi pasukan perdamaian PBB
Para prajurit Kopassus tengah meneriakkan yel-yel. Korps baret merah pernah menyelamatkan tentara Spanyol dari kejaran kelompok Hizbullah saat bertugas menjadi pasukan perdamaian PBB (TRIBUNNEWS)

Pengejaran ini terkait dengan kelompok yang diduga dipimpin Ali Kalora menembaki aparat yang sedang membawa jenazah RB, warga sipil korban mutilasi.

Dua aparat kepolisian terluka akibat peristiwa tersebut, yakni Bripka Andrew dan Bripda Baso.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengatakan, perburuan Ali Kalora cs diperluas tidak hanya dilakukan di pegunungan Poso, melainkan juga sampai ke wilayah Parigi Moutong.

"Satgas Tinombala sudah memiliki pola pengejaran. Selain fokus di Poso, juga tentunya pelarian mereka di Parigi Moutong menjadi titik pengejaran Satgas," ujar Dedi.

Ilustrasi Raider Kostrad
Ilustrasi Raider Kostrad (Jejaktapak.com)
Halaman
123
Sumber: Bangka Pos
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved