Rupiah Hari Ini Perkasa di Level Rp 14.084 per Dollar AS, Ini Faktor penyebabnya
Serta valuasi bagus dengan latar belakang ekonomi yang cukup stabil dan solid.
Rupiah Perkasa di Level Rp 14.084 per Dollar AS
TRIBUNJAMBI.COM - Mata uang rupiah unjuk gigi di tahun pemilu. Nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 1,30% ke level Rp 14.084 per dollar Amerika Serikat (AS) pada Senin (7/1) pukul 8.42 WIB.
Penguatan rupiah ini terjadi setelah kenaikan 1,02% pada Jumat pekan lalu.
Ekonom Maybank Myrdal Gunarto mengatakan, penguatan rupiah didorong oleh foreign money inflow seiring dengan aksi investor global yang kembali masuk ke pasar keuangan negara berkembang yang menawarkan imbal hasil menarik.
Baca: BKN Berikan Informasi Penerimaan Pegawai Kontrak Pemerintah (P3K), Regulasi Sedang Disiapkan
Baca: Sidang Paripurna HUT Ke-62 Provinsi Jambi Digelar Siang Ini, Undangan Berjubel
Baca: 5 Fakta Viralnya Nurhadi - Aldo Capres-Cawapres Palsu 2019, Ini Kisah di Baliknya
Baca: Foto Syur Vanessa Angel Mandi Berdua di Kamar Mandi Beredar, Nama Artisnya Telah Dikantongi
Baca: Ketua RT Rawan Permainan di Pemilu Legislatif, Ini Penyebabnya
Baca: VIDEO: Ditangkap saat Berhubungan Badan, Vanessa Angel dan Pengusaha R Akhirnya Dipulangkan
Serta valuasi bagus dengan latar belakang ekonomi yang cukup stabil dan solid.
"Apalagi dalam beberapa hari terakhir, hasil rilis data ekonomi global mengecewakan dan imbal hasil obligasi Amerika Serikar semakin turun karena ekspektasi kenaikan bunga The Fed yang lebih longgar karena komentar terakhir dari gubernur The Fed yang dovish," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (6/1).
Tak hanya itu, Myrdal mengungkapkan alasan penguatan rupiah juga didukung oleh minat investor lelang SUN yang mencapai lebih dari Rp 55 triliun pekan lalu.
Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransuamitra melihat penguatan rupiah utamanya akibat adanya inflow ke Indonesia yang terlihat dari penguatan bursa saham Indonesia.
"Di sisi lain, rilis data aktivitas manufaktur Amerika Serikat sebesar 54,1 jauh turun dari sebelumnya 59,3. Hal ini menunjukkan potensi melambatnya ekonomi Amerika yang memberikan tekanan bagi dollar," ujar Putu.
Baca: Pria di Eks-Lokalisasi Tenda Biru Dibekuk Polisi, Simpan Sabu-sabu Dalam Freezer
Baca: Polemik Pencopotan Panelis hingga Tidak Dihadiri KPK, Fakta Jelang Debat Capres-Cawapres 2019
Inflasi menurun dan nilai tukar membaik
Analis menilai dua faktor yang cukup mempengaruhi sektor consumer goods adalah dari sisi inflasi serta nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Biaya emiten konsumen banyak dipengaruhi dua hal tersebut.
Baca: VIDEO: Celana Dalam Vanessa Angel Warna Ungu Disita Polisi untuk Barang Bukti
Analis Maybank Kim Eng Sekuritas, Isnaputra Iskandar dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Jumat (4/1) mengatakan, rendahnya inflasi dan penguatan nilai tukar rupiah akan berdampak positif tidak hanya kepada tingkat percaya diri konsumen, melainkan juga dari biaya yang akan timbul oleh emiten-emiten consumer goods.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, inflasi Desember 2018 sebesar 3,13% year on year (yoy). Inflasi tahunan di bulan Desember 2018 tersebut sama dengan inflasi keseluruhan tahun 2018. Pencapaian inflasi 2018 ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 3,61%.
Nilai tukar rupiah masih terus menunjukan penguatan. Rupiah berada di level Rp 14.270 per dollar Amerika Serikat.
Dus, pasar merespons positif. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks sektor consumer goods berhasil menghijau 2,98% year to date (ytd), yang tertinggi dibandingkan sektor lain.
Baca: Sekarang tubuh saya bolong Tubuh Novi Bolong Setelah Disuntuk, Diduga Klinik Tak Berizin
Baca: Hotman Paris: Jangan Cuma Artisnya, Ekspos Oknum Konglomerat atau Pejabat yang Bayar Rp 80 Juta
Baca: Terkait Kasus Prostitusi Online Artis VA, Hotman Paris Ingatkan Istri Pengusaha Cek Ponsel Suami
Baca: Pria di Eks-Lokalisasi Tenda Biru Dibekuk Polisi, Simpan Sabu-sabu Dalam Freezer
Baca: Kejutan Hasil Liga Spanyol Pekan 18. Real Madrid Vs Real Sociedad dengan Skor 1-2
“ICBP, buy, target harga Rp 11.500 per saham. Segmen menengah ke bawah juga akan mendapat manfaat dari kenaikan upah minimum 8,03%, tidak adanya kenaikan tarif listrik dan alokasi anggaran negara yang lebih tinggi untuk dana desa dan pemilihan umum,” ujar Isnaputra dalam risetnya.
Selain itu, saham consumer lain yang bisa diperhatikan adalah GGRM. Tidak adanya kenaikan harga cukai tahun ini akan mendorong pertumbuhan volume yang lebih cepat dari produk-produk dengan margin yang lebih tinggi. Target harga GGRM berada di Rp 100.000 per saham. (*)
Baca: Lowongan Kerja BUMN Perum Bulog, Pendaftaran Mulai 7 - 13 Januari 2019, Ini Syarat dan Link
Baca: Posisi Badan Artis VA saat Digerebek, Mengapa Tarifnya Bisa Rp 80 Juta?
Baca: Dipercaya Miliki Kekuatan Gaib di Tongkat Komandonya, Istri Ke 7 Bung Karno Bocorkan Kebenarnya
Baca: Semakin Jelas! Sosok Pengusaha yang Pesan Vanessa Angel Berinisial R dan Berusia 45 Tahun