Granat sudah Siap Lempar, 80 Paskhas 'Siap Mati' saat Senjata Mengarah ke Pangkoopsau
Paskhas yang berjumlah 80 orang itu diam-diam telah siap melakukan pertempuran...
Di TNI, Angkatan Darat memiliki pasukan elite bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Angkatan Laut ada Komando Pasukan Katak (Kopaska). Di Angkatan Udara ada Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara, yang biasa disebut Korpaskhasau, Paskhas atau sebutan lainnya Baret Jingga.
Ada cerita menegangkan dari perjuangan Paskhas.
Itu dimulai dari ketika Provinsi Timor-Timur, sekarang Timor Leste, akhirnya lepas dari Indonesia pada September 1999. Saat itu dalam proses jajak pendapat dan ketegangan berkecamuk di sana.
Saat itu, warga Timor-Timur yang memilih untuk tetap bergabung dengan NKRI, berbondong-bondong meninggalkan Timor Timur.
Mereka pergi dengan tergesa-gesa karena dibayang-bayangi konflik bersenjata yang bisa meletus sewaktu-waktu, sebagaimana dilansir tribunjambi.com dari intisari online.
Pascareferendum, satuan-satuan pasukan RI yang semula bermarkas di Tim-Tim juga bergegas meninggalkan negara baru itu, sambil membawa perlengkapan tempur.
Mereka bergerak keluar Tim-Tim dalam konvoi serta formasi militer siap tempur.
Sosok Denjaka Pemburu Perompak Somalia Itu Kini Menjadi Komandan Korps Marinir TNI AL
Kisah Hartini, Pramugari Garuda Istri Anggota Kopassus, Suami Kerap Tiba-tiba Hilang
Teguran Maut di Meja Biliar untuk Soeharto, Akhirnya Jenderal Benny Moerdani Dicopot
Tapi, ketegangan justru makin memuncak sewaktu pasukan multinasional The Internal Force of East Timor (INTERFET), yang dipimpin pasukan khusus Australia, mulai mendarat demi melancarkan operasi stabilitas keamanan di sana.
Senjata terkokang
Pasukan INTERFET mendarat pertama kali menggunakan pesawat C-130 Hercules milik Angkatan Udara Australia pada 20 September 1999.
Pendaratan pasukan itu membuat suasana pagi kota Dilli yang semula tenang, langsung berubah tegang.
Ratusan pasukan INTERFET yang keluar dari badan pesawat, alih-alih berbaris rapi, lalu melaksanakan upacara dan briefing dan berkoordinasi dengan pasukan TNI (Paskhas) yang sedang mengamankan Bandara Komoro. Mereka langsung stelling (siap tempur).
Diiringi sirine yang meraung-raung, personel pasukan INTERFET keluar dari pesawat dalam kondisi siap menembaki dan berlarian ke berbagai arah untuk membentuk perimeter (pertahanan) pengamanan Bandara Komoro.
Sepak terjang pasukan INTERFET yang siap tempur dalam kondisi senjata terkokang dan siap menembak, itu jelas membuat para prajurit Paskhas yang sedang bertugas mengoperasikan dan mengendalikan bandara jengah.
Sebagai pasukan komando terlatih dan memiliki kemampuan khusus mengoperasikan bandara, Paskhas memang ditugaskan mengamankan bandara setelah para operator sipil Bandara Komoro dievakuasi ke Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Paskhas sekaligus menjadi pasukan paling terakhir yang meninggalkan Dili.