Kisah Kolonel Abunjani Sisihkan Uang untuk Sewa Pesawat Catalina (RI 05), Jembatan Yogyakarta-Jambi

Dalam usahanya, Abunjani memobilisasi pedagang karet ke Singapura dengan menyisihkan 10 persen keuntungan untuk perjuangan.

Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Duanto AS
Tribun Jambi/Mareza Sutan AJ
Pesawat Catalina (RI 05) di Museum Perjuangan Rakyat Jambi. 

Dalam usahanya, Abunjani memobilisasi pedagang karet ke Singapura dengan menyisihkan 10 persen keuntungan untuk perjuangan. Dana itu untuk membantu Pemerintah Pusat, di antaranya sewa-beli Pesawat Catalina (RI 05) sebagai pesawat penghubung ke Sumatera Barat maupun Yogyakarta dalam jaringan pemerintahan.

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Ayahnya berasal dari Pondok Tinggi, Kerinci, dan ibunya dari Desa Keladi. Dari rahim Siti Umbuk, lahir lima orang anak. Mereka adalah Siti Rodiah, M Kamil, Siti Raimin, Abunjani, dan M Sayuti.

Sosok Kolonel Abundjani merupakan pahlawan yang sosoknya dikenal hingga kini.

Mengulas kembali kisah pahlawan asal Jambi ini, Tribunjambi.com mencoba mencari informasi ke Museum Perjuangan Rakyat Jambi.

Dari sana, diperoleh beberapa informasi menarik mengenai perintis Angkatan Pemuda Indonesia (API) ini.

Anak keempat dari pasangan Makalam dan Siti Umbuk ini lahir di Batang Asai, Sarko (Sarolangun-Bangko, sekarang dipecah jadi Sarolangun dan Merangin) pada 24 Oktober 1918.

Informasi yang disampaikan Kasi Pengelola Koleksi Museum Perjuangan Rakyat Jambi (MPRJ), Helmiyeti, sejak kecil, Abundjani telah mendapat asupan pendidikan yang layak.

"Ayahnya (Makalam) adalah seorang demang. Dia memberi kesempatan untuk menyekolahkan anak-anaknya di lembaga pendikan formal, sampai akhirnya memiliki peran besar dalam memimpin pasukan di Jambi," jelasnya.

Lebih lanjut, berdasarkan makalah yang ditulis Junaidi T Noor diceritakan, pada 1926, Abunjani bersama kakaknya, M Kamil dikirim ke Jambi untuk bersekolah di bawah asuhan Ali Sudin, keponakan Makalam yang bekerja sebagai clerk (juru tulis) di kantor Kontrolir (Countroleur) Jambi.

Baca Juga:

 Video Brigpol Dewi Berdurasi 11 Menit, Ternyata Direkam di Hotel Dalam Posisi

 Mengapa Brigpol Dewi Bisa Dijebak Kirim Video Syur Durasi 11 Menit? AKBP Musa Blak-blakan

 Raja Intel Peringatkan Soeharto, Malah Terima Pembalasan Dendam Beberapa Waktu Kemudian

 Ngintip Isi Skripsi Dian Sastro yang Bikin Pening, Ternyata yang Bimbing Rocky Gerung

 TERBARU Gunung Anak Krakatau Status Siaga, Gunung Sinabung Level IV Awas

Saat itu Abundjani masih berusia 8 tahun, sedangkan kakaknya berusia 11 tahun.

Tidak sampai di sana, atas beberapa pertimbangan, Makalam menitipkan keduanya pada seorang teman berkebangsaan Belanda yang bekerja di Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM). Dari sanalah, keduanya akhirnya mulai mahir bahasa Belanda.

"Secara berturut-turut, tahun 1931 Abunjani berhasil menamatkan pendidikan di Hollandsc-Inlandsche School (HIS) selama 7 tahun dan tahun 1934 menamatkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Bandung. Pada 1940 Abunjani mengikuti pendidikan di Middelbare Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaar (MOSCVIA) di Bandung, tetapi tidak tamat karena berlangsungnya pendudukan Jepang," tertulis dalam makalah itu.

Meski begitu, masa pendudukan Jepang itulah Abunjani menamatkan pendidikan di Shonan Kao Kun Renjo (Sionanto) di Singapura selama 1 tahun.

Pesawat Catalina (RI 05) di Museum Perjuangan Rakyat Jambi.
Pesawat Catalina (RI 05) di Museum Perjuangan Rakyat Jambi. (Tribun Jambi/Mareza Sutan AJ)

Abunjani kemudian diangkat sebagai asisten Ki Imuratyo. Pendidikan militer ini kemudian diteruskan ke akademi militer Giyugun di Pagar Alam, Lahat dengan pangkat tamatan Letnan Dua (Shoi).

Alumni pendidikan Angkatan Darat (Kanbu Kyoyiku tai) Jepang ini merupakan cikal bakal tentara nasional di masing-masing daerahnya.

Berawal dari beredarnya berita Proklamasi Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, para pemuda Jambi langsung bergerak cepat dalam menyatakan kemerdekaan Jambi.

Bendera Merah Putih berkibar di Puncak Menara Air.

Sementara itu, prajurit lain menurunkan bendera Jepang (hinomaru) di Kantor Pengadilan Jepang, lalu menaikkan bendera Merah Putih.

Singkatnya, pada 22 Agustus 1945, bendera Merah Putih berkibar di Jambi dan beberapa kota lainnya di Keresidenan Jambi.

"Karier militer Abunjani dimulai pascakemerdekaan. Pada 22 Agustus 1945, Abunjani merintis terbentuknya Angkatan Pemuda Indonesia (API) yang merupakan bagian dari BKR (Badan Keamanan Rakyat). BKR nantinya menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI). Selanjutnya, Abunjani diangkat sebagai komandan BKR daerah Jambi dengan jabatan Kolonel. Hingga tahun 1949, jabatan Kolonel Abunjani adalah komandan Kodam Garuda Putih Jambi," tertulis dalam makalah itu.

Namun, dengan adanya kebijakan rasionalisasi di kalangan TNI, pangkat Kolonel Abunjani diturunkan menjadi Letnan Kolonel.

Kendati demikian, Letnan Kolonel Abunjani tetap di militer dengan jabatan rangkap sebagai Wakil Gubernur Militer Sumatera Selatan khusus daerah Jambi, juga sebagai Komandan STD sampai pertengahan Januari 1950.

Dalam karier militernya, peran besar Abunjani dalam menunjang perjuangan di masanya adalah membentuk Badan Keuangan Perjuangan yang memobilisasi pedagang karet ke Singapura dengan menyisihkan 10 persen keuntungan untuk perjuangan.

Usaha tersebut, selain dapat membantu perjuangan Pemerintah Pusat, sewa-beli Pesawat Catalina (RI 05) sebagai pesawat penghubung ke Sumatera Barat maupun Yogyakarta dalam jaringan pemerintahan.

Abunjani juga memasok perlengkapan dan perbekalan pasukan dengan sistem barter komoditas lada, vanili, karet, dan lain-lain.

15082018_lukisan_abunjani
15082018_lukisan_abunjani (TRIBUN JAMBI/NURLAILIS)

Hal yang tidak kalah penting, kepemimpinan Letnan Kolonel Abunjadi adalah memindahkan pusat pemerintahan dan pertahanan militer saat serangan Belanda pada 29 Desember 1948.

Bersama dengan Raden Inu Kertapati dan M Kamil mengungsi ke pedalaman, tapi terhenti di Sengeti.

Raden Inu Kertapati kemudian kembali ke Jambi untuk menenangkan keluarga dan masyarakat kota Jambi oleh bombardir pesawat dan serangan tentara Belanda melalui Kenali Asam dan Palmerah.

Pada 1 Januari 1949, terbitlah surat kuasa Residen Jambi, Raden Inu Kertapati, kepada M Kamil, Bupati Jambi Hilir, untuk meneruskan Pemerintahan Darurat Keresidenan Jambi.

Dalam rapat antara unsur pemerintah dan militer di Tebo, didapati keputusan bahwa H Baksan, yang saat itu menjabat sebagai Bupati Jambi Ulu, sebagai Residen Pemerintah Darurat Keresidenan Jambi.

Selain itu, Pusat Komando Militer dipindahkan ke Bangko.

Walaupun mengalami berbagai gempuran, perjuangan dan pemerintahan darurat berjalan sebagaimana mestinya.

Terhitung Februari 1950, Letnan Kolonel Abunjani mengundurkan diri dari TNI beralih profesi menjadi seorang pengusaha di Jambi dan Jakarta.

Dengan pengalamannya sebagai Sudantyo Giyugun dari tahun 1942-1945, Abunjani mempunyai kemampuan bahasa Belanda, Inggris, Jepang.

Belakangan, itu juga menjadi modalnya yang sangat berguna dalam kiprah di dunia bisnis selepas menanggalkan karier militernya.

Abunjani
Abunjani (museumperjuanganrakyatjambi.blogspot.com)

Letkol Abunjani akhirnya menutup kisahnya pada 28 Desember 1979.
Jasadnya tertidur panjang di Pemakaman Tanah Kusir, Jakarta.

Dia tidak dimakamkan di Makam Pahlawan, meski jasa-jasanya bisa menempatkannya ke sana.

Meski begitu, namanya kini masih dikenal. Nama besar Abunjani terpampang sebagai nama jalan di Jambi, juga di beberapa kota lain.
Selain itu, seperti di Bangko, Merangin, yang tak jauh dari tanah kelahirannya, namanya dijadikan nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di sana.

Kini, kediamannya masih berdiri kokoh di Telanaipura, Kota Jambi. Rumah itu kini masih didiami keluarganya, juga sebagai bukti nyata, seorang pahlawan luar biasa pernah tinggal di sana.(mareza sutan a j)

IKUTI KAMI DI INSTAGRAM:

 Kebijakan Bagasi Lion Air dan Wings Air Cuma-cuma 20 Kg Dicabut, Bawa Lebih dari 7 Kg Kena Tarif

 Daftar Nama 6 Panelis Debat Pilpres 2019, Tema yang Diangkat Hukum, HAM, Korupsi dan Terorisme

 Perubahan Perilaku Si Kopi Maut Bikin Heran, Kondisi Jessica Kumala Wongso di Dalam Sel Tahanan

 Intelijen Indonesia Bekuk Agen KGB Rusia Kawakan, Mayor Sutardi sempat Ajak Anak ke Restoran

 Video Brigpol Dewi Berdurasi 11 Menit, Ternyata Direkam di Hotel Dalam Posisi

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved