Bukan Veronica Tan! Bocoran Dari Adik BTP, Perempuan Ini yang Ingin Dikunjungi Ahok Saat Bebas

Adik Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Fifi Lety Tjahaja Purnama, buka-bukaan soal kabar bebasnya Ahok pada Januari 2019 mendatang.

Editor: bandot
Ahok, Veronica Tan dan Bripda Puput Nasti Devi 

Ahok sebelumnya pernah mendapat remisi Natal 2017 selama 15 hari dan remisi pada 17 Agustus 2018 selama dua bulan.

Dengan demikian, total remisi yang diperoleh Ahok yakni 3 bulan 15 hari.

Dengan total remisi itulah, Ahok diperkirakan akan bebas pada 24 Januari 2019.

Sosok yang Pertama Ingin Dikunjungi Ahok

Siapa sosok yang pertama kali ingin dikunjungi Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat bebas nanti akhirnya terungap.

Sosok yang pertama kali ingin dikunjungi Ahok yakni Merry Roeslani Hoegeng, istri dari mantan Kepala Kepolisian RI Jenderal Hoegeng Imam Santoso.

Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menuliskan surat untuk Merry Roeslani Hoegeng, dari Rutan Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, Minggu (16/12/2018).

Surat tersebut diunggah adik kandung Ahok, Fifi Lety Indra, melalui fitur instagram story di akun instagram-nya, @fifiletytjahajapurnama, Rabu (19/12/2018).\

Bidik layar fitur Instagram Story di akun Instagram adik kandung Ahok, @fifiletytjahajapurnama, Rabu (19/12/2018).
Bidik layar fitur Instagram Story di akun Instagram adik kandung Ahok, @fifiletytjahajapurnama, Rabu (19/12/2018). (KOMPAS.com/NURSITA SARI)

Dalam surat itu, Ahok menyebut akan mengunjungi Merry setelah dia bebas dari penjara.

Ahok juga mendoakan Merry agar cepat sembuh.

"Yth Ibu Meri Hoegeng. Cepat sembuh ya bu. Saya sudah jadwalkan untuk mengunjungi ibu di rumah ketika sudah bebas," tulis Ahok dalam surat itu.

 

Melalui surat yang ditulis tangan, Ahok juga menginformasikan kepada Merry bahwa dia akan bebas pada 24 Januari 2019.

"Saya segera bebas di 24 Januari 2019. Tuhan dan juga kami semua sayang sama ibu. Salam dari Mako Brimob," tulis Ahok.

Di akhir surat itu, Ahok membubuhkan tanda tangan dan menulis inisial namanya, BTP, serta tanggal saat surat ditulis.

Adapun, Ahok divonis hukuman dua tahun penjara atas kasus dugaan penodaan agama.

Ahok langsung ditahan sejak vonis dibacakan pada 9 Mei 2017. Ahok kini ditahan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.

Kepala Bagian Humas Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM Ade Kusmanto mengatakan, Ahok diusulkan mendapatkan remisi satu bulan pada hari raya Natal 2018.

Pemotongan masa tahanan pada Natal 2018 merupakan remisi ketiga yang diperoleh Ahok.

Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok
Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok (Tribunnews.com-Instagram/Saveahok)

Ahok sebelumnya pernah mendapat remisi Natal 2017 selama 15 hari dan remisi pada 17 Agustus 2018 selama dua bulan.

Dengan demikian, total remisi yang diperoleh Ahok yakni 3 bulan 15 hari. Dengan total remisi itulah, Ahok diperkirakan akan bebas pada 24 Januari 2019.

Keluarga mantan Kapolri Hoegeng Iman Santosa pernah menyatakan dukungannya untuk kepemimpinan Basuki Tjahja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat.

Salah satu cucu Hoegeng, Rama Hoegeng menyampaikan dukungan keluarganya melalui sepucuk surat.

"Keluarga mendorong pak Ahok-Djarot terus menyebarkan benih-benih kejujuran kepada warga Jakarta," kata Rama di Rumah Lembang, Jakarta Pusat, akhir tahun 2016 silam.

Baca: Kelompok Kriminal Bersenjata Papua Mengira TNI Pakai Bom Fostor, Ternyata Amunisi Standar

Baca: Kisah Polwan Menikah Live Streaming, Tangis Briptu Nova Tumpah Tonton Ijab Kabul, Nasibnya Kini

Surat dukungan tersebut ditulis langsung oleh istri Hoegeng, Merry Roeslani.

Tak hanya surat, Merry, melalui cucunya menghantarkan sebuah buku untuk dibaca Ahok dan jadi bahan pegangan.

"Eyang nulis sendiri dan enggak ada di toko buku. Buku pertama ditandatangani Eyang. Jadi, buku ini diberikan kepada orang spesial yang menurut Eyang layak. Itu mengenai perjalanan hidup beliau," jelas Rama.

 

Tak hanya Merry, anak-anak Hoegeng yaitu Reni Soerjanti, Aditya Soetanto, dan Sri Pamujining Rahayu juga memeberikan buku ke Ahok.

Meriyati Roeslani, istri mantan Kapolri Jenderal Hoegeng.
Meriyati Roeslani, istri mantan Kapolri Jenderal Hoegeng. (IST)

Buku tersebut ditulis mantan Sekretaris Hoegeng saat menjabat Menteri Sekretaris Negara.

"Buku kedua ini dari kami anak dan cucunya. Dan diserahkan bude Renny ke pak Ahok tadi. Ayah saya tadinya mau ikut, tetapi batal ikut karena ada urusan di kantor,” tuturnya.

Mendengar dukungan itu, Ahok mengaku senang.

Ahok sempat bercerita soal kepribadian Kapolri Hoegeng yang sangat sederhana dan jujur.

Ahok pun terinspirasi dengan kepribadian Hoegeng.

“Di Indonesia hanya ada 2 orang polisi yang jujur, satu mantan Kapolri Hoegeng dan satunya lagi polisi tidur. Ini sindiran yang sangat tajam. Kita ingin ada Hoegeng-Hoegeng baru di Kepolisian dan di negara kita,” kata Ahok. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Lewat Surat, Ahok Sampaikan Akan Kunjungi Istri Hoegeng Setelah Bebas."

Polisi Paling Jujur 

Banyak kisah heroik menumpas kejahatan di Indonesia, seperti kisah Kopassus dan yang lainnya.

Namun, di antara berbagai kisah heroik polisi menumpas kejahatan, ada satu kisah yang bisa jadi menggetarkan hati Anda.

Kisah ini muncul di balik mendiang perwira tinggi polisi, Jenderal Hoegeng.

Kapolri Jenderal Pol Drs. Hoegeng Imam Santoso (kanan) bersama Rektor ITB Prof Dr. Dody Tisna Amidjaja hadir dalam sidang pertama dan kedua dan II kasus penembakan 6 Oktober 1970 di pengadilan Bandung, 1 Desember 1970. Dalam percakapan-percakapan selesai sidang, ia menginginkan agar orang yang bersalah dalam peristiwa 6 Oktober dihukum.
Kapolri Jenderal Pol Drs. Hoegeng Imam Santoso (kanan) bersama Rektor ITB Prof Dr. Dody Tisna Amidjaja hadir dalam sidang pertama dan kedua dan II kasus penembakan 6 Oktober 1970 di pengadilan Bandung, 1 Desember 1970. Dalam percakapan-percakapan selesai sidang, ia menginginkan agar orang yang bersalah dalam peristiwa 6 Oktober dihukum. (KOMPAS/Hendranto)

Jenderal Hoegeng adalah aparat penegak hukum yang menjabat sebagai Kapolri sejak 9 Mei 1968.

Namun, saat duduk di puncak kariernya, Jenderal Hoegeng justru harus menelan pahitnya kenyataan.

Jabatan Jenderal Hoegeng tiba-tiba dicopot Presiden Soeharto pada 2 Oktober 1971.

Dilansir Tribunjabar.id dari Kompas.com, sebelumnya, Jenderal Hoegeng sempat ditawari menjadi duta besar Swedia dan Belgia.

Namun, tawaran itu ia tolak mentah-mentah.

 Jenderal Hoegeng bersikukuh ingin mengabdikan dirinya di tanah air.

Namun, fakta berkata lain.

 

Usianya yang masih 49 tahun harus digantikan senior yang berusia empat tahun lebih tua, Jenderal Moh Hasan.

Akhirnya, Jenderal Hoegeng terpaksa pensiun dini pada usia yang masih produktif.

Mencuat pertanyaan banyak pihak mengapa Jenderal Hoegeng pensiun dini.

Ternyata, sebelum dipensiunkan dini oleh Presiden Soeharto, Jenderal Hoegeng rupanya tengah mengusut tuntas kasus pemerkosaan.

Berita Unik dan Menarik Ikuti Fans Page Tribun Jambi

Kasus pemerkosaan ini dikenal sebagai kasus Sum Kuning.

Kasus pemerkosaan ini menimpa seorang gadis berusia 18 tahun, Sumarijem.

Melansir dari Intisari, Sumarijem adalah seorang penjual telur.

Pada 21 September 1970, Sum diseret oleh sejumlah pria tak dikenal.

Ia dimasukan ke dalam mobil, kemudian dibius.

Ia lalu diperkosa di kawasan Klaten secara bergilir oleh sejumlah pria tak dikenal itu.

Puas melampiaskan hasratnya, sejumlah pria tak dikenal tersebut lengsung menelantarkan Sum di pinggir jalan.

Sum tak mau tinggal diam, ia lantas melaporkan kejadian itu pada pihak kepolisian.

Dengan dalih mencari keadilan.

Namun, Sum justru balik diserang pihak berkuasa.

Ia malah dijadikan tersangka atas tuduhan laporan palsu.

Sum bahkan dituding sebagai anggota Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).

Ia dituntut tiga bulan penjara dan satu tahun masa percobaan.

Namun, majelis hakim menolak tuntutan itu karena tak terbukti membuat laporan palsu.

Akhirnya, Sum pun dibebaskan dari hukuman.

Namun, polisi justru menunjukkan sosok yang disebut orang yang telah memerkosa Sum.

Ia bernama Trimo, seorang penjual baso. Namun, Trimo justru mengelak semua tuduhan tersebut.

Kemudian, terkuak pula fakta lain dari hasil putusan sidang.

Rupanya, Sum mengalami hal memilukan di dalam tahanan.

Sambil dianiaya, Sum dipaksa mengakui pelakunya adalah Trimo.

Tidak hanya Sum yang dianiaya, Trimo pun mengalami hal yang sama saat diperiksa polisi.

Melihat peliknya kasus ini, Jenderal Hoegeng pun turun tangan.

Setelah Sum bebas, Jenderal Hoegeng memerintahkan Komjen Suroso mencari orang yang mengetahui fakta dibalik pemerkosaan Sum.

Ia bahkan membentuk tim khusus yakni Tim Pemeriksa Sum Kuning.

“Kita tidak gentar menghadapi orang-orang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jadi kalau salah tetap kita tindak,” ujar Jenderal Hoegeng, seperti dikutip Intisari.

Akibatnya, kasus ini semakin menjadi sorotan media massa.

Follow Instagram Tribun Jambi

Tersiar pula bahwa pelakunya adalah sejumlah sejumlah anak pejabat dan anak seorang Pahlawan Revolusi. Namun, mereka tetap membantah tuduhan tersebut.

Presiden Soeharto pun akhirnya ikut ambil langkah. Kasus ini dinilai guncangkan stabilitas nasional.

Akhirnya, ia memerintahkan penghentian kasus ini dan diserahkan ke tim pemeriksa Pusat Kopkamtib.

Kemudian, pada sidang lanjutan kasus Sum.

Polisi pun mengumpulkan 10 tersangka.

Namun, mereka bukanlah anak penjabat yang Sum tuduhkan.

Mereka bahkan membela diri dan menyebut siap mati demi menolak tuduhan itu.

Pada akhirnya, Jenderal Hoegeng pun tak bisa berkutik karena dipensiunkan dini.

Kariernya yang tiba-tiba merosot, membuat Jenderal Hoegeng mengembalikan semua barang yang dipakai saat menjadi Kapolri.

Kemudian, ia pun langsung menghampiri sang ibu.

Momen ini dituliskan dalam buku Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan seperti yang dikutip Intisari.

"Saya tak punya pekerjaan lagi, Bu," kata Jenderal Hoegeng bersimpuh di depan ibunya.

Namun, ibunya tetap menenangkan sang anak.

"Kalau kamu jujur dalam melangkah, kami masih bisa makan hanya dengan nasi dan garam," kata sang ibu.

Akhirnya, Jenderal Hoegeng pun tak bisa lagi unjuk gigi memberantas kejahatan.

Ia bahkan harus hidup sengsara selama bertahun-tahun.

Melansir dari Kompas.com, putra Heogeng, Aditya Soetanto sempat blak-blakan bahwa ayahnya hanya menerima uang pensiun Rp 10 ribu setiap bulan.

Heogeng pun harus banting setir untuk menafkahi keluarganya.

Ia menjelma menjadi seorang pelukis dan menjual lukisannya.

Namun, hasil penjualan dari lukisan tak seberapa.

Ia bersama keluarganya harus mengalami masa yang sangat sulit.

Ia harus banting tulang karena tak memiliki aset mahal dan berharga.

Setelah bertahan 10 tahun, akhirnya ia mendapatkan penyesuaian uang pensiun menjadi Rp 1 juta, pada 2001.

Tiga tahun kemudian, ia meninggal karena sakit.(*)

Subscribe Youtube Tribun Jambi

Baca: Jalani Program Anak, Dewi Perssik Lakukan Gaya Spesial Ini Dengan Suami, Kadang Jadi Singa, Kucing

Baca: Cara Nekat Steve Emmanuel Bawa Kokain Pakai Pesawat Komersil dari Belanda, Lolos dari Detektor

Baca: Ramalan Peruntungan Shio Tikus 2019 Tahun Babi Tanah, Lengkap Asmara, Kesehatan, dan Keuangan

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved