Apa Jadinya Tidak Berhubungan Intim Selama 2 Pekan, Ini Dampaknya Bagi Tubuh

TRIBUNJAMBI.COM - Berhubungan intim bagi pasangan sangat penting untuk kesehatan.

Editor: ridwan
zoom-inlihat foto Apa Jadinya Tidak Berhubungan Intim Selama 2 Pekan, Ini Dampaknya Bagi Tubuh
ist
Ilustrasi

Nah, yang juga perlu diketahui adalah efek jika tidak berhubungan intim selama dua minggu atau lebih.

Mama mungkin kelelahan karena harus bekerja dan mengurus anak-anak, sedangkan Papa kebetulan sering bertugas ke luar kota.

Ketahui apa dampaknya pada tubuh jika jarang berhubungan intim:

1. Jadi sering cemas

Hubungan intim membantu kita untuk rileks berkat adanya hormon endorfin dan oksitosin.

Baca: VIDEO: Home Alone Versi Kevin McAllister Dewasa Jadi Trending Google Jelang Natal 2018, Lebih Modern

Para peneliti Skotlandia mendapati bahwa orang-orang yang absen berhubungan intim kerap kesulitan menghadapi situasi yang menimbulkan stres, seperti berbicara di depan umum, dibandingkan pasangan yang rutin berhubungan intim sedikitnya sekali dalam dua minggu.

2. Lebih gampang kena flu

Jarang berhubungan intim bisa mengurangi paparan terhadap kuman.
Tetapi, Mama juga kehilangan manfaat kekebalan tubuh.

Baca: Clift Sangra Blak-blakan Ungkap Berseteru dengan Putri Artis Film Horor Suzanna Gara-gara Uang

Sebab, orang yang berhubungan intim sekali atau dua kali seminggu bisa meningkatkan antibodi A (Immunoglobulin A atau IgA) hingga 30%.

Antibodi A berperan dalam kekebalan mukosa (lendir atau cairan yang dikeluarkan tubuh) dengan mencegah penempelan bakteri dan virus ke selaput lendir, demikian menurut peneliti dari Wilkes-Barre University di Pennsylvania.

3. Sering sakit kepala

Berhubungan intim bisa meningkatkan produksi hormon "cinta", oksitosin.

Baca: BREAKING NEWS, Sungai Batang Merangin Kembali Makan Korban, Seorang Pemuda Dikabarkan Hanyut

Peningkatan ini kemudian memicu dilepasnya hormon endorfin, hormon penghilang rasa sakit.

Nah, menurut The Science of Orgasm by Beverly Whipple, ketika Mama mengalami orgasme, toleransi dan intensitas pendeteksi rasa sakit bisa meningkat hingga 74,6% dan 106,7%.

4. Risiko infeksi saluran kencing (ISK) berkurang

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved