20 Tahun Kemudian, Siswa yang Nonton Aksi Kolonel Makan Telur Sanca Itu Jadi Danjen Kopassus
Satu di antara siswa yang menonton aksi makan telur ular itu menjadi Danjen Kopassus. Dia menuliskannya dalam sebuah buku catatan.
Satu di antara siswa yang menonton aksi makan telur ular itu menjadi Danjen Kopassus. Dia menuliskannya dalam sebuah buku catatan.
TRIBUNJAMBI.COM - Saat itu, Kolonel Moeng memakan mentah-mentah beberapa butir telur ular sanca yang ditemukan. Para siswa para komando yang melihat sampai ternganga.
Sekira dua puluh tahun kemudian, satu di antara siswa yang menonton aksi makan telur ular itu menjadi Danjen Kopassus.
Nama Kolonel Moeng Pahardimulyo terkenal di pasukan khusus TNI sejak 1960-an. Saat itu, Komando Pasukan Khusus atau Kopassus masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat ( RPKAD).
RPKAD pernah memiliki komandan yang terkenal keras dan disiplin.
Sang komandan itu juga dikenal gemar menerapkan hidup sederhana.
Baca: Ibu Lindswell Kwok Merasa Dijebak, Paparkan Fakta Mengejutkan Jelang Pernikahan
Baca: 5 Artis Indonesia yang Masuk Nominasi 100 Wanita Cantik Dunia 2018
Baca: Tips Berbadan Atletis dari Jenderal TNI Andika Perkasa, Pamer Otot Bareng Petinggi TNI
Baca: Kenapa TNI Tidak Mengerahkan Kopassus untuk Memberantas KKB Pimpinan Egiaus Koyoga di Nduga Papua?
Namanya Kolonel Moeng Pahardimulyo.
Dia memiliki prinsip yang sangat keras. Setiap prajurit Kopassus, walau hanya bersenjata sebilah pisau komando, harus bisa memenangkan pertempuran.
Kolonel Moeng juga berpesan supaya pasukan khusus bisa survive ketika sedang berada di hutan selama berhari-hari hanya berbekal pisau komando.
Dalam soal survival, Kolonel Moeng memang bukan hanya bisa memberikan perintah. Dia langsung memberikan contoh nyata.
Bikin kaget
Suatu kali, Kolonel Moeng melaksanakan inspeksi ke lokasi pendidikan siswa komando di Citatah, Bandung, Jawa Barat.
Dalam suatu latihan survival, siswa komando berhasil menangkap ular sanca.

Setelah dikuliti, ternyata terdapat sekira 20 telur di dalam perut ular sanca itu.
Telur sanca berbentuk untaian seperti batang rokok berderet memanjang itu masih terbungkus balutan lemak yang tebal.
Kolonel Moeng lalu mengambil enam untaian telur sanca dan lemaknya, lalu menelannya mentah-mentah dalam sekejap.
Semua siswa komando dan para instrukturnya hanya bisa terbelalak melihat ‘keganasan’ Kolonel Moeng saat menelan untaian telur sanca.
Para siswa dan pelatih hanya bisa menjawab, ‘Siap...!’, ketika diperintahkan untuk menelan telur-telur sanca yang masih terbalut lemak dengan cara seperti dilakukan oleh Kolonel Moeng. (Intisarionline/Sumber: Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, 2009)
Letnan Jenderal TNI (Purn) Sintong Hamonangan Panjaitan atau biasa dirujuk Sintong Panjaitan lahir di Sumatera Utara, 4 September 1940.

Minat Sintong pada bidang militer muncul saat berumur tujuh tahun yang pada saat itu rumahnya kerap terkena bom P-51 Mustang Angkatan Udara Kerajaan Belanda. Itu membuatnya ingin masuk angkatan udara.
Dia merupakan TNI lulusan Akademi Militer Nasional (kini Akademi Militer) tahun 1963.
Kariernya di militer:
- Penasihat Militer Presiden BJ Habibie
- Sesdalopbang (Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan)
- Pangdam IX/Udayana
- Danjen Kopassus
Pangkat militer Sintong Pandjaitan
Letnan Dua Inf :
- Danton 1/A Yonif 321 Galuh Taruna/Brigif 13 Galuh / Kostrad (Operasi Kilat Menumpas DI/TII Kahar Muzakar)
- Danton 1/A Kompi Suryo Batalyon 2 RPKAD (Operasi Kilat Menumpas DI/TII Kahar Muzakar)
- Danton 1/A Kompi Tanjung Batalyon 2 RPKAD (Operasi Ganyang Malaysia Kuching-Serawak)
- Danton 1/A Kompi Tanjung Batalyon 2 RPKAD (Operasi Penumpasan G-30S/PKI)
Letnan Satu Inf :
- Komandan Prayudha 3 RPKAD (Pada Operasi Tempur Penumpasan OPM Di Irian Jaya)
- Perwira Operasi Tim Expedisi RPKAD Lembah X Irian Jaya
- Komandan Kompi 251 Grup 2 RPKAD
Kapten Inf :
- Kasi 1 Intel Grup 4 Sandhi Yudha RPKAD
- Perwira Operasi Pada Pusat Intelijen Strategis (Pusintelstrat)
- Kasi 2 Ops Grup 4 Sandhi Yudha RPKAD
- Wadan Operasi Pusintelstrat
Mayor Inf :
- Komandan Karsayudha Grup 4 Sandhi Yudha
- Komandan Satgas 42 Kopassandha Di Kalimantan Barat (Penumpasan Pemberontakan Gerombolan Komunis BARA/PGRS/PARAKU)
- Komandan Operasi GARU TNI Di Kalimantan Barat (Penumpasan Pemberontakan Gerombolan Komunis BARA/PGRS/PARAKU)
- Wakil Komandan Grup 4 Sandhi Yudha Kopassandha
- Wakil Komandan Grup 1 Parako Pada Operasi Lintas Udara Seroja Timor-Timur
Letnan Kolonel Inf :
- Wakil Asisten Operasi Kopassandha
- Komandan Satuan Pengamanan VVIP/Presiden Soeharto Di Timor-Timur
- Asisten Operasi Kopassandha
- Komandan Tim Operasi Khusus Intelijen Di Aceh (Penumpasan Gerakan Aceh Merdeka/GAM)
- Komandan Satuan Anti-Teror 81 (Penumpasan Pembajakan Pesawat Garuda DC-9 Woyla 206)
Kolonel Inf :
- Komandan Grup 3 Para Komando / Kopassandha Di Kariango Makassar
- Komandan Grup 4 Sandhi Yudha / Kopassandha
- Komandan Pusat Sandhi Yudha & Lintas Udara/Pusdikpassus
Brigadir Jenderal TNI :
- Komandan Jenderal Kopassus
- Komandan Pussenif
- Mayor Jenderal TNI :
- Panglima Kodam IX Udayana
- Panglima Komando Operasi Militer Kolakops/Koopskam/Teritorial TNI Di Timor Timur
- Perwira Tinggi Mabes TNI
- Koorsahli Panglima ABRI
Letnan Jenderal TNI :
- Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan (Sesdalopbang)
- Penasihat Wakil Presiden Bidang HANKAM
- Penasihat Presiden Bidang Hankam
Sintong Pandjaitan menerima 20 perintah operasi/penugasan di dalam dan luar negeri selama karier militernya. Dia tersandung lantaran peristiwa Santa CruZ di Dili.
Pada 1969, Sintong dikutsertakan dalam upaya membujuk kepala-kepala suku di Irian Baratuntuk memilih bergabung bersama Indonesia dalam Penentuan Pendapat Rakyat.
Berbagai prestasi Sintong di kesatuan khusus TNI-AD ini mengantarkannya ke kursi Komandan Kopassandha di periode 1985-1987, menggantikan Brigjen Wismoyo Arismunandar.

Sintong Panjaitan merupakan pemimpin Grup-1 Para Komando yang terjun dalam operasi pembebasan kontra terorisme dalam peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla, 31 Maret 1981.
Saat itu pangkatnya letnan kolonel. Walaupun terdapat dua korban jiwa (satu pilot dan satu anggota Para Komando), operasi tersebut dinilai sukses oleh pemerintah Indonesia karena selamatnya seluruh awak dan penumpang pesawat yang lain, sehingga ia beserta tim-nya dianugerahi Bintang Sakti dan dinaikkan pangkatnya satu tingkat. (*)
Baca: Update Klasemen Liga 1 2018, Jadwal Laga Pamungkas Hari Ini, PSM Makassar Vs PSMS Medan
Baca: Ramalan Zodiak 9 Desember 2018, Scorpio Harus Waspada Hari Ini, Libra ada Banyak Musuh
Baca: Kisah Mertua Jenderal Andika Perkasa Duel Lawan Ah San, Misi Kopassus di Kalimantan
Follow Akun Instagram Tribun Jambi