Hidup Keras LB Moerdani, Umur 13 Tahun Serbu Markas Jepang & Jadi Mata-mata Kopassus yang Disegani
Ia merupakan anak ketiga pasangan Raden Gerardus Moerdani Sosrodirdjo dan Jeanne Roech.
Sang ayah menanyai teman-teman Benny mengenai keberadaannya.
Akhirnya, ia bisa menemukan Benny dan membujuknya agar mau pulang.
"Setelah pulang, saya terus masuk Tentara Pelajar, yang waktu itu sudah terbentuk. Enam bulan sekolah, enam bulan dikirim ke front. Begitu terus sampai saya kelas 1 atau 2 SMA," ucap Benny.
Benny Moerdani bergabung di Rayon I Sub Wehrkreise (SWK) 106 Arjuna yang dipimpin Mayor Achmadi.
Bersama pasukan Brigade V/Panembahan Senopati yang dipimpin Letkol Slamet Riyadi, mereka menyerang Belanda.

Benny Moerdani hampir kehilangan nyawanya saat berhadapan dengan pasukan Belanda.
Pada 21 Desember 1948, Belanda menyerbu Solo.
Saat itu, pasukan Tentara Pelajar tengah beristirahat di simpang empat Kampung Sekarpace, 400 meter ke arah barat dari tanggul Bengawan Solo.
Tiba-tiba sebuah Bren Carrier atau sebuah tank bertengger di atas tanggul dan memuntahkan peluru.
Salah satu peluru itu mengenai ujung senapan Benny.
Wajahnya luka terkena serpihan akibat benturan peluru tersebut.
Saat itu Benny masih berumur 16 tahun.
Ia seketika pingsan dan kemudian diselamatkan oleh teman-temannya dari gempuran armada Belanda.
Kejadian tersebut tak membuat tekad Benny untuk melanda menjadi ciut.
Justru Benny dikenal sebagai pemuda yang berani.
Baca: 7 Tempat Paling Misterius di Dunia, Air Terjun Darah hingga Api Abadi