30 'Hantu Putih' Kopassus Bergerak, Menaklukkan Pasukan Pemberontak Kongo

Kisah ini terjadi pada 1962, saat Kopassus yang masih bernama RPKAD, diminta PBB untuk menjaga perdamaian di Kongo.

Editor: Duanto AS
(tniad.mil.id)
Ilustrasi Kontingen Pasukan Garuda yang bertugas di Lebanon. 

TRIBUNJAMBI.COM - Kemampuan Kopassus yang tinggi, bukan hanya diakui bangsa Indonesia. Di luar negeri, Kopassus mendapat pengakuan sebagai pasukan elite yang mumpuni.

Ada kisah saat misi operasi anggota Kopassus ( Komando Pasukan Khusus) menjadi pasukan perdamaian PBB.

Kisah ini terjadi pada 1962, saat Kopassus yang masih bernama RPKAD, diminta PBB untuk menjaga perdamaian di Kongo.

Kala itu, Kongo tengah dilanda badai mencekam akibat adanya kumpulan pemberontak.

Akhirnya, Indonesia pun mengirimkan tim terbaik yang dikenal sebagai pasukan Garuda III.

Letjen Kemal Idris saat itu memimpin pasukan Garuda III. Mereka bermarkas di kawasan Albertville.

'Menyatu' dengan warga

Selama bertugas di sana, pasukan Garuda III mudah beradaptasi dengan warga setempat.

Baca: Gara-gara Hal Ini, Kopassus Nyaris Gagal Bebaskan Sandera di Pesawat Garuda

Baca: Peluru Sniper Berseliweran di Atas Kepala Prajurit Kopassus, Kompi C Dapat Musuh Terlatih di Saparua

Baca: Kopassus Temukan Peti Penuh Uang, Benny Moerdani: Tinggalkan saja, nanti kamu mati

Para anggota Kopassus kerap berinteraksi, hingga mengajarkan cara memasak makanan Indonesia. Tak heran, warga kerap menaruh kepercayaan tinggi.

Alhasil, pergaulan hangat yang dijalin pasukan Garuda III, membuat warga turut bersimpati atas program yang dilancarkan untuk mengamankan daerah tersebut dari pemberontak.

Hal itu membuat warga tanpa pamrih memberikan bocoran, terkait akan adanya serangan dari gerombolan pemberontak.

Diserang pemberontak

Memang benar, suatu waktu markas pasukan Garuda III diserang pemberontak.

Pemberontak merasa terusik terhadap kehadiran pasukan Garuda III.

Seorang anggota Kopassus saat bebaskan sadera Warga di Desa Binti dan Desa Kimbley, Tembagapura, Mimika, Papua.
Ilustrasi: Seorang anggota Kopassus saat bebaskan sadera Warga di Desa Binti dan Desa Kimbley, Tembagapura, Mimika, Papua. (instagram)

Penyerbuan para pemberontak pada tengah malam ini, membuat markas terkepung.

Penyerangan secara tiba-tiba itu terdiri dari 3.000 pemberontak, sedangkan pasukan di markas hanya 300 orang.

Akhirnya, pasukan Garuda III mencoba bertahan dan balik menyerang.

Pertempuran kedua pihak pada dini hari, membuat kawasan tersebut semakin mencekam.

Adanya baku tembak itu membuat sejumlah pasukan Garuda III mengalami cedera ringan.

Menjelang subuh, para pemberontak balik kanan. Namun, pasukan Garuda III justru tak tinggal diam.

Pasukan Garuda III menyiapkan strategi untuk balik menyerang.

Akhirnya, 30 anggota Kopassus pun diturunkan menjadi tim paling depan.

'Lembah mematikan'

Pagi hari, 30 anggota Kopassus ini memulai perjalanan menuju "lembah mematikan".

"Lembah mematikan" itu disebut "no man's land" atau kawasan tak bertuan di atas kekuasaan pemberontak.

Mereka melakukan pergerakan dalam tiga kelompok.

30 anggota Kopassus ini menyamar menjadi warga Kongo.

Tubuhnya dilumuri arang, kemudian membawa bakul sayuran, kambing dan sapi.

Mereka berjalan menyusuri danau. Setelah matahari terbenam, mereka memantapkan strategi penyerangan, sambil beristirahat di tepi danau.

Kemudian, 30 anggota Kopassus yang nekat itu melancarkan serangannya.

Ilustrasi: Satu diantara Pasukan Garuda yang ditugaskan TNI sebagai pasukan perdamaian
Ilustrasi: Satu diantara Pasukan Garuda yang ditugaskan TNI sebagai pasukan perdamaian ()

Bayangkan, bagaimana bisa 30 anggota Kopassus menyerang maskas pemberontak yang ditinggali ribuan orang?

Strategi cerdas dilakukan, tanpa diawali gempuran bom.

Tepat pukul 12 malam, anggota Kopassus ini beraksi.

Mereka membungkus diri menggunakan kain putih di atas kapal hitam.

Kain putih itu pun melayang-layang tertebak angin malam.

Semerbak bawang putih tercium dari sosok mereka yang melayang-layang bak hantu gentayangan.

Ya, mereka sengaja mengayamar menjadi hantu.

Hal ini dilakukan untuk menundukan pasukan pemberontak itu.

Pasalnya, pemberontak itu percaya dan sangat takut pada hantu putih.

Hal itulah yang dimanfaatkan anggota Kopassus untuk memberikan serangan ampuh.

Terbukti, saat 'hantu putih' itu mendekat menerobos pintu masuk, para pemberontak gemetar ketakutan.

Padahal, mereka memiliki senjata lengkap, tapi kali ini pemberontak itu tak bisa berkutik.

Kala itu, mereka percaya ada hantu putih di hadapan mereka. Oleh karena itu, mereka tak berani melawan.

Dalam waktu 30 menit, maskas pemberontak pun terkuasai. Sebanyak 3.000 pemberontak menyerah mohon ampun.

Ilustrasi Kontingen Pasukan Garuda yang bertugas di Lebanon
Ilustrasi Kontingen Pasukan Garuda yang bertugas di Lebanon (tniad.mil.id)

Memang terlihat mustahil, Panglima PBB Kongo Letjen Kadebe Ngeso pun seakan tak percaya.

Namun, itu merupakan strategi nyata yang kemudian menjadi legenda dalam sejarah penjaga perdamaian PBB.

Keberhasilan 30 hantu putih ini, membuat warga Kongo kagum.

Warga Kongo bahkan menjuluki si pasukan "hantu putih" ini dalam sebutan "Les Spiritesses".

Kisah perlawanan 30 anggota Kopassus di Kongo sempat ditulis pemilik akun Kaskus, Agung Mina.

Dalam artikel yang ditulisnya berujudul LES SPIRITESSES - Kisah Kontinden Garuda III di Kongo, 1962, menyebutkan kisah rinci ini berdasarkan informasi dari intelijen.

Baca: Hantu Gunung Geleng-geleng Lihat Kenekatan Anggota Kopassus Naik Puncak Everest, Iwan Selamat

Baca: Tahu-tahu Suami Siap Tempur di Pesawat Terbang, Mengungkap Kehidupan Istri Anggota Kopassus

Baca: Kopassus Temukan Peti Penuh Uang, Benny Moerdani: Tinggalkan saja, nanti kamu mati

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved